Timnas Indonesia harus segera memperbaiki performa versus Thailand pada penyisihan grup bola basket putra SEA Games 2023. Dua calon lawan berat sudah menanti di semifinal.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
PHNOM PENH, KOMPAS - Tidak ada pilihan lawan yang lebih baik untuk tim nasional Indonesia di babak semifinal bola baske putra SEA Games 2023. Dua calon lawan dari Grup A, Kamboja dan Filipina, sama berbahayanya. Timnas hanya perlu fokus terhadap penampilan yang masih jauh dari standar.
Indonesia akan menghadapi laga penentu Grup B versus Thailand di Morodok Techo National Stadium, Phnom Penh, pada Minggu (14/5/2023). Kedua tim telah memastikan tiket semifinal dengan koleksi dua kemenangan. Artinya, laga itu hanya untuk menentukan status juara grup.
Tidak ada jaminan juara grup akan lebih diuntungkan setelah kejutan besar di Grup A. Tim tuan rumah menumbangkan Filipina, yang dijuluki raksasa terkuat Asia Tenggara, untuk pertama kali dalam sejarah SEA Games. Kamboja menang, 79-68, sehingga finis sebagai pemuncak grup, disusul Filipina.
Sebelum digelar, SEA Games kali ini dipercaya akan menjadi panggung balas dendam Filipina yang datang dengan pemain naturalisasi terbaru, yaitu Justin Brownlee. Andakara Prastawa dan rekan-rekan merebut emas dari juara bertahan selama 33 tahun itu di SEA Games Vietnam 2021, Mei tahun lalu.
Namun, ancaman tidak kalah besar justru datang dari Kamboja. Mereka bukan tim yang sama seperti ajang terdahulu. Kamboja membawa enam pemain naturalisasi. Sebanyak tiga pemain keturunan Amerika Serikat itu bahkan telah menyumbang emas terlebih dulu, yaitu di nomor 3x3. Salah satunya Dorsey Darrinray.
Jika kalah dari Thailand, Indonesia akan bertemu Kamboja. Begitu pun sebaliknya. Namun, sebenarnya mereka tidak perlu memilih lawan. Indonesia hanya perlu fokus berbenah di laga selanjutnya. Tim asuhan pelatih Milos Pejic itu belum menunjukkan potensi terbaiknya, seperti tercermin dalam duel versus Vietnam, Jumat lalu.
Tantangan SEA Games kali ini jauh lebih sulit. Selain punya target mempertahankan emas, mereka juga kehilangan banyak pemain terbaik dibandingkan tahun lalu.
Indonesia menang susah payah atas Vietnam 88-82, setelah sempat tertinggal pada paruh pertama dan imbang pada paruh ketiga. Padahal, tim lawan tidak menurunkan skuad terbaik seperti ketika menjadi tuan rumah tahun lalu. Hal itu yang membuat mereka kalah telak, 63-104, dari Thailand pada laga pembuka.
"Kami mendapat banyak pelajaran berharga. Sejak awal lawan tampil percaya diri, mereka bisa mengembangkan permainan dan kami tidak mampu mengantisipasi dengan baik. Permainan anak-anak juga tidak konsisten. Naik turun. Kami tidak boleh lagi bermain seperti ini,” kata asisten pelatih timnas Indonesia, Johannis Winar.
Vietnam mengekspos banyak kelemahan Indonesia, mulai dari sistem serangan yang tampak belum mengalir sampai pertahanan yang kurang intens. Dengan separuh permain berbeda dibandingkan di Vietnam, mereka tampak masih beradaptasi, terutama dengan dua pemain naturalisasi, yaitu Lester Prosper dan Jerome Beane.
Tantangan versus Thailand akan jauh lebih sulit. Mereka salah satu tim favorit juara di Kamboja. Pemain naturalisasi andalan mereka, Tyler Lamb, memutuskan ikut berangkat. Lamb didampingi lima pemain yang merupakan keturunan campuran AS dan Thailand.
Salah satu hal yang positif adalah penampilan konsisten dari guard veteran, Andakara Prastawa. Pemain yang turut menyumbang emas di Vietnam itu dua kali beruntun menjadi pencetak skor terbanyak, 21 poin (versus Laos) dan 27 poin (versus Vietnam). Harapannya, pemain lain bisa mengikuti jejak Prastawa.
Lebih sulit
Sejak di Jakarta, Prastawa sudah berkata, tantangan SEA Games kali ini jauh lebih sulit. Selain punya target mempertahankan emas, mereka juga kehilangan banyak pemain terbaik dibandingkan tahun lalu. Ada sebanyak enam dari 12 pemain berbeda dibandingkan pada edisi Vietnam. Absennya center naturalisasi, Marques Bolden, paling terasa.
"Banyak pemain baru. Banyak yang juga baru pertama (ikut SEA Games). Belum sekarang kan balik Lester lagi (naturalisasinya). Ada Beane juga yang baru. Banyak yang baru main dengan mereka. Maka, tugas utama ya masih bikin chemistry. Pekerjaan rumah pelatih juga untuk nyatuin sistem dengan wajah-wajah baru ini," ujar Prastawa.
Prastawa merupakan satu dari dua pemain inti di Vietnam yang kembali tahun ini. Satu pemain inti lainnya adalah forward berdarah campuran, Brandon Jawato. Masalahnya, Brandon belum kembali ke kondisi terbaik sepulang dari Liga Jepang. Dia tidak tampil versus Laos dan hanya menjadi pemain pengganti versus Vietnam.