Seni ”Perpanjang Nyawa” Priska Madelyn Berbuah Emas di Kamboja
Priska Madelyn mengembalikan gelar bergengsi tenis putri yang sempat hilang dari genggaman Indonesia di SEA Games. Namun, perjuangan merebut medali emas itu tidaklah mudah. Ia dipaksa ”memperpanjang nyawa” berkali-kali.
Oleh
I Gusti AB Angga Putra dari Phnom Penh, Kamboja
·4 menit baca
PHNOM PENH, KOMPAS — Petenis Indonesia, Priska Madelyn Nugroho, tidak bisa lekas ditaklukkan walaupun kekalahan sempat berjarak sejengkal dari dirinya pada laga final tunggal putri tenis SEA Games Kamboja 2023, Sabtu (13/5/2023). Berbekal spirit pantang menyerah dan tekad yang gigih, Priska menaklukkan Lanlana Tararudee dan mengembalikan gelar bergengsi yang sempat hilang dari genggaman Indonesia itu.
Lewat laga sengit yang berlangsung dalam tiga set, Priska (19) dibuat kewalahan dengan permainan agresif Lanlana (18). Petenis Thailand itu mengandalkan fisik yang prima. Ia mampu menjelajah ke seluruh sudut lapangan dan mengeluarkan pukulan-pukulan top spin yang sangat bertenaga dan akurat.
Priska tidak mau kalah begitu saja dan memberikan perlawanan sengit kepada Lanlana. Akan tetapi, berkat kemampuan mengontrol permainan, Lanlana mampu unggul 7-6 atas Priska di set pertama. Kegigihan Priska memaksa set pertama diselesaikan dengan tie break.
Bertanding di bawah sengatan matahari bukanlah hal mudah bagi Priska. Dia pun harus merebut set kedua agar laga dilanjutkan ke set ketiga. Apabila Priska kalah saat itu, Lanlana akan langsung menjadi pemenang. Kegigihan Lanlana membuat Priska tertekan sepanjang pertandingan itu.
Ketangguhan serta kekuatan fisik dari Priska benar-benar diuji pada set kedua. Saat itu, Lanlana sudah unggul 5-3. Dengan demikian, ia hanya membutuhkan satu poin untuk mengunci kemenangan. Priska yang nyaris kalah terus mencoba memberikan perlawanan hingga akhir.
Ketenangan permainan diperlihatkan Priska di momen krisis ini. Alih-alih memilih menyerang secara agresif untuk mengumpulkan poin, Priska justru lebih banyak melakukan pukulan-pukulan slice dengan mengarahkan bola melambung tinggi. Dari sana, ia mencoba memancing Lanlana untuk melakukan kesalahan sendiri.
Mungkin mental saya terasah dari pengalaman di tur. Namun, saya tidak pernah savedmatch point sebanyak pada pertandingan tadi.
Strategi itu berjalan sukses. Lanlana, yang tergesa-gesa ingin menyudahi laga, kerap salah dalam mengantisipasi bola pengembalian Priska. Pukulan-pukulan Lanlana pada akhirnya hanya bersarang di jaring atau keluar lapangan. Kesalahan-kesalahan itu terus dilakukan Lanlana hingga Priska akhirnya bisa mengejar dan merebut set kedua.
”Tadi, pertandingannya berat sekali, ya. Apa yang saya pikirkan pokoknya hanya berjuang sampai akhir,” kata Priska di Lapangan Tenis Kompleks Olahraga Morodok Techo, Phnom Penh, Kamboja.
”Nyawa” untuk Priska telah kembali. Laga pun berlanjut ke set ketiga. Priska sempat memercikkan asa untuk meraih kemenangan dengan mudah setelah unggul 2-0. Namun, kali ini, giliran Lanlana yang bangkit dan mengejar sehingga skor berubah menjadi 4-2, lalu 5-3.
Seperti halnya set kedua, Lanlana pun lagi-lagi berada di atas angin karena hanya butuh satu poin untuk menyudahi laga. Dalam situasi ini, Priska kembali terdesak. Ia pun banyak mengeluarkan ”jurus” favoritnya, yaitu pukulan slice, yang sulit diantisipasi Lanlana.
Priska, yang semula tertinggal 3-5, perlahan mulai bisa meraih poin hingga akhirnya menang pada set itu dengan skor 7-5. Ia 11 kali mematahkan match point lawannya. Itu hal yang fenomenal.
Setelah itu, Priska seketika terjatuh ke tanah seolah tidak percaya bisa memenangi laga itu. Ia pun tak bisa menahan tangisnya. Perjuangan dalam laga terpanjang yang pernah dijalaninya itu membuat Priska harus menjalani pemulihan cukup lama karena dehidrasi. Laga itu berlangsung selama 4 jam 15 menit.
”Tadi, kami sudah adu fisik banget sampai terakhir. Karena badan, kan, sudah enggak bisa terlalu dipaksakan atau bagaimana. Jadi, kalau ada peluang, harus diambil. Begitu momentumnya,” ujar Priska yang sempat kesulitan berdiri saat pengalungan medali karena terlalu lelah.
Ditempa pengalaman
Priska mengatakan, ketangguhan mentalnya didapat berkat pengalaman menjalani turnamen internasional. Pada tahun ini, dia telah mengikuti delapan turnamen, termasuk dalam debutnya di level WTA 1000 yang digelar di Miami, AS, pada April. Priska tampil pada babak kualifikasi, meskipun langsung kalah dari petenis Austria, Julia Grabher.
”Mungkin mental saya terasah dari pengalaman di tur. Namun, saya tidak pernah savedmatch point sebanyak pada pertandingan tadi,” tuturnya.
Maka, medali emas tunggal putri tenis, yang sempat dipersembahkan Aldila Sutjiadi di Filipina pada 2019, kini kembali ke dekapan Indonesia. Pada edisi Vietnam 2021, medali itu diraih petenis Thailand, Luksika Kumkhum.
Priska, yang memulai debut SEA Games pada 2019 dengan meraih perunggu, telah memberikan dua emas untuk Indonesia di Kamboja. Sebelumnya, ia turut menyumbangkan kemenangan saat tim Indonesia mengalahkan Thailand pada final beregu putri. (IYA)