Kemenangan pertama Inter Milan di derbi Milan pada semifinal Liga Champions mendekatkan mereka ke partai puncak. I Nerazzurri menaklukan AC Milan hanya dalam waktu 11 menit.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MILAN, KAMIS – Inter Milan memutus rekor buruk mereka terhadap AC Milan di Eropa pada pertemuan pertama semifinal Liga Champions, Kamis (11/5/2023) dini hari WIB, di Stadion San Siro. Kemenangan 2-0 membuat skuad I Nerazzurri telah menyentuhkan satu kaki di partai puncak yang akan berlangsung di Istanbul, Turki, 10 Juni mendatang.
Sebelum pertemuan di semifinal musim ini, Inter dihadapkan pada catatan tanpa kemenangan pada empat duel di fase gugur Liga Champions kontra AC Milan. Mereka sempat menahan Milan dua kali di babak empat besar 2002-2003, tetapi gugur karena kalah agregat gol tandang.
Kemudian, I Nerazzurri tidak berdaya pada dua duel di perempat final edisi 2004-2005. Mereka tumbang pada laga ganda di Stadion San Siro dengan kekalahan agregat mutlak, 0-5.
Setelah menanti selama 18 musim, Inter tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencetak sejarah baru pada rekor pertemuan derby della Madonnina berkat keunggulan dua gol tanpa balas. Itu tidak hanya menjadi keunggulan Inter untuk pertama kali di Liga Champions atas Milan.
Inter juga menghasilkan rekor baru karena bisa mengalahkan Milan pada tiga ajang berbeda dalam satu musim. Selama kompetisi edisi 2022-2023, Pelatih Inter Simone Inzaghi membantu skuad Nerazzurri menumbangkan I Rossoneri di Piala Super Italia, Liga Italia, dan Liga Champions dengan agregat kemenangan 6-0.
Namun, keunggulan itu tidak ingin membuat Inter terlena. Henrikh Mkhitaryan, pemain terbaik pada duel pertama di San Siro, menuturkan, timnya sukses mendominasi permainan sejak awal babak pertama berkat keinginan kuat untuk menang. Inter sudah unggul dua gol pada menit ke-11 melalui sumbangan gol dari Eden Dzeko (8’) dan Mkhitaryan (11’).
“Kredit besar untuk rekan setim saya, tetapi laga ini belum berakhir. Kami harus menyiapkan diri sebaik mungkin untuk pertandingan kedua,” ucap Mkhitaryan kepada UEFA.com.
Inzaghi juga sependapat dengan Mkhitaryan, sang playmaker. Menurut dia, Inter bakal memiliki keuntungan lebih besar di laga kedua karena akan berstatus sebagai tim tuan rumah. Dengan kondisi itu, I Nerazzurri akan mendapat jatah tiket pendukung lebih banyak dibandingkan Milan.
“Kami lebih terdepan, tetapi kami tahu bahwa masih perlu melakukan usaha yang sangat besar sebelum mulai bermimpi (tampil di final),” ujar Inzaghi dilansir La Gazzetta dello Sport.
Meski ingin menjaga fokus, Inter bisa memulai gim kedua dengan kepercayaan diri lebih tinggi. Sebab, dalam sejarah Liga Champions, hanya Barcelona di musim 2018-2019 yang gagal lolos ke partai puncak setelah unggul lebih dari dua gol pada laga pertama.
Inzaghi berpeluang pula menjadi juru taktik ketiga yang bisa mengantarkan Inter menembus final kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu. Dua manajer lainnya ialah Helenio Herrera pada musim 1963-1964 dan 1964-1965 serta Jose Mourinho di edisi 2009-2010. Pada tiga edisi final sebelumnya, I Nerazzurri selalu bisa mengakhiri laga dengan mengangkat trofi “Si Kuping Besar”.
Serba pertama
Kepastian Inter bisa menghadirkan sejarah berkat efektivitas serangan mereka di awal laga. Sumbangan gol pertama yang dicetak Dzeko pada menit kedelapan diawali peluang sepak pojok pertama yang mereka hasilkan.
Tanpa pengawalan berarti, Dzeko bisa meneruskan eksekusi sepak pojok Federico Dimarco untuk menaklukan kiper Milan, Mike Maignan. Lewat gol itu, Dzeko menyamai rekor gelandang Real Madrid, Luka Modric, yang menjadi pencetak gol tertua di Liga Champions musim ini. Keduanya mencatatkan nama di papan skor pada usia 37 tahun dan 54 hari.
“Memainkan derbi di semifinal Liga Champios tidak terjadi setiap tahun. Jadi, kami benar-benar menyiapkan diri untuk laga penting ini. Kami mendapatkan hasil sesuai kerja keras kami dan saya juga senang bisa memberikan peran penting untuk klub,” ucap Dzeko, penyerang berpaspor Bosnia dan Herzegovina.
Hanya dalam tiga menit berselang, Mkhitaryan menghasilkan gol melalui proses permainan terbuka pertama Inter yang bisa menembus kotak penalti Milan. Pergerakan tanpa bola pemain asal Armenia itu dari lini tengah gagal diantisipasi pemain bertahan Milan.
Performa Inter di babak pertama dilengkapi dengan performa kokoh di lini pertahanan. Penerapan blok garis pertahan rendah membuat Milan kesulitan menciptakan peluang. I Rossoneri tidak mampu menghasilkan satu pun tembakan tepat sasaran pada paruh pertama laga.
Bek Inter, Francesco Acerbi, menuturkan, Milan tetap tidak bisa diremehkan di laga kedua. Menurut Acerbi, segalanya masih bisa terjadi pada pekan depan, termasuk peluang AC Milan membalikkan skor agregat.
“Kami baru melakukan satu langkah kecil untuk menembus final. Mereka bisa lakukan apa yang kami lakukan di malam ini pada laga kedua. Jadi intensitas dan kesulitan laga kedua bakal tetap sama,” ucap Acerbi kepada Sky Sport Italia.
Memainkan derbi di semifinal Liga Champios tidak terjadi setiap tahun. Jadi, kami benar-benar menyiapkan diri untuk laga penting ini.
Milan baru bisa menghasilkan peluang tepat sasaran setelah laga memasuki 10 menit terakhir. Junior Messias menjadi pemain pertama yang memaksa kiper Inter, Andre Onana, melakukan penyelamatan. Lalu, Tommaso Pobega juga memiliki peluang di masa perpanjangan waktu babak kedua.
Sementara itu, Milan, yang didapuk sebagai tuan rumah, gagal memanfaatkan dukungan mayoritas tifosi mereka di laga pertama. Itu adalah kekalahan pertama Milan sejak 2020 dari Inter dengan status tampil di kandang.
Pelatih Milan Stefano Pioli mengakui Inter lebih baik dari skuadnya pada laga pertama. Rencana permainan yang ingin diterapkan Milan, lanjutnya, justru dijalankan secara optimal oleh sang rival sekota.
“Tujuan kami adalah bermain agresif, tetapi Inter yang bisa lebih baik dalam mayoritas duel dan (perebutan) bola kedua,” kata Pioli dilansir laman UEFA.
Ia menambahkan, “Dua gol Inter pada awal laga menciptakan kerumitan bagi kami secara taktik dan mental. Kami kecewa, tetapi bertekad memperbaiki hasil pada laga kedua”.