Tim gulat berharap bisa melewati target medali di Kamboja, agar bisa melangkah lebih jauh ke level Asia. Mereka ingin mengulangi kejutan di Vietnam.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim gulat Indonesia menyambut SEA Games Kamboja 2023 dengan ekspektasi tinggi. Dengan persiapan khusus di Korea Selatan serta jumlah atlet berkali-kali lipat ketimbang di Vietnam, tahun lalu, mereka berharap bisa mencuri emas di antara total 30 nomor pertandingan.
Gulat, cabang olahraga Olimpiade sejak 1896, akan menjadi gudang medali di Kamboja. Meskipun sempat beberapa kali absen di SEA Games dalam satu dekade terakhir, cabang itu kembali dipertandingkan. Sebanyak 30 emas diperebutkan, terbanyak setelah atletik dan renang.
Optimisme ditunjukkan Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PB PGSI) dalam pelepasan atlet di Gelanggang Remaja Matraman, Jakarta, pada Kamis (11/5/2023) WIB. Mereka mengirim 9 atlet putra dan 5 atlet putri untuk berlaga pada 14 – 16 Mei.
Tim gulat akan bersaing di 14 nomor, dari maksimal 18 nomor per negara. Mereka ditargetkan 2 emas, 3 perak, dan 4 perunggu. Meskipun tidak mengikuti seluruh nomor yang tersedia, jumlah itu sudah jauh lebih banyak dibandingkan tahun lalu di Vietnam, hanya 4 atlet dalam 4 nomor.
“Target itu tidak muluk-muluk karena jumlah atlet naik dari 4 jadi 14. Belum lagi ada di beberapa kelas kita tidak bertemu unggulan, seperti Vietnam (karena batas nomor maksimal). Intinya kita harus memberikan yang terbaik, agar selanjutnya dipercaya naik tingkat ke Asian Games,” kata Ketua Umum PB PGSI Trimedya Panjaitan.
Tahun lalu, tim gulat berhasil meraih 3 perak, melampaui target 1 perak dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Para peraih perak itu adalah Muhammad Aliansyah (Greco Roman/GR 67 kg) dan Andika Sulaeman (GR 77 kg), dan Kharisma Herlina (gaya bebas putri 62 kg). Mereka dipercaya kembali berangkat.
Pelatih tim gulat Suryadi Gunawan mengatakan, para atletnya semestinya bisa melampaui target itu. Adapun mereka sempat meraih 6 emas, 9 perak, dan 5 perunggu dari total 18 atlet dalam ajang uji coba SEA Games di Kamboja, Desember lalu. Beberapa negara seperti Vietnam turut mengirim pegulat terbaik kala itu.
Belum lagi, sebanyak 14 pegulat nasional baru saja pulang dari kamp pelatihan di Korea Selatan selama 3 pekan. Mereka bergabung dengan latihan tim gulat Kota Daegu, dipimpin langsung oleh pelatih Cho Sang-wuk. Para atlet berlatih tanding dengan pegulat lokal setiap hari.
Target itu tidak muluk-muluk karena jumlah atlet naik dari 4 jadi 14. Belum lagi ada di beberapa kelas kita tidak bertemu unggulan, seperti Vietnam (karena batas nomor maksimal).
“Di sana terlihat perkembangan mereka. Terutama pegulat putri, salah satunya Kharisma, berpotensi besar bisa meraih emas. Fokusnya di sana melatih teknik dan fisik, serta mental bertanding yang selama ini jarang didapatkan,” ujar Suryadi.
Di sisi lain, tim gulat harus cepat beradaptasi dengan cuaca. Mereka merasakan cuaca dingin, bisa di bawah 20 derajat celsius, di Daegu. Sementara itu, cuaca di Kamboja sedang panas, bisa mencapai 40 derajat celsius.
Menurut Kharisma, perubahan cuaca itu sudah bisa diantisipasi. Sebab, mereka telah berlatih di Jakarta selama kurang lebih sepekan terakhir. Adapun cuaca di Jakarta tidak terlalu berbeda jauh dengan di Phnom Penh, Kamboja. Dia sudah merasakannya saat ajang uji coba.
Pegulat asal Jabar itu nyaris saja meraih emas di Vietnam. Namun, dia kurang beruntung karena harus bertemu dengan pegulat tim tuan rumah, yaitu Nguyen Thi My Hanh. Seperti diketahui, atlet tuan rumah hampir pasti selalu diuntungkan.
“Saya belajar banyak dari tahun lalu, juga dari latihan di Korsel kemarin. Saya sempat sparing dengan dua mantan atlet nasional Korsel. Pastinya banyak hal yang bisa dibawa ke Kamboja. Semakin banyak tanding, semakin bagus untuk kami,” kata Kharisma.
Indonesia terakhir kali meraih emas di Gulat pada SEA Games Naypyidaw 2013. Setelah itu, cabang gulat sempat absen dalam dua gelaran beruntun. Adapun tim gulat tidak diberangkatkan di Filipina 2019. Mereka baru dikirim lagi di Vietnam.
Sebanyak 30 nomor di Kamboja terdiri dari masing-masing 10 nomor GR dan gaya bebas putra, serta gaya bebas putri. GR merupakan nomor yang menggunakan gaya lebih tradisional, hanya mengandalkan tubuh bagian pinggang ke atas. Bagian tubuh bawah tidak boleh digunakan.
Sementara itu, gaya bebas boleh menggunakan kaki untuk bantingan dan kuncian. Alhasil, nomor itu membutuhkan kelincahan lebih dari para pegulat. GR lebih bertumpu terhadap kekuatan tubuh bagian atas. Adapun satu atlet hanya boleh turun dalam satu nomor.