Skuad muda Indonesia akan berebut medali emas dengan Thailand dalam final beregu putri bulu tangkis SEA Games Kamboja 2023. Indonesia harus mengatasi tekanan dalam pertemuan dengan pemain yang lebih berpengalaman.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
PHNOM PENH, RABU — Untuk ketiga kali beruntun, tim bulu tangkis Indonesia akan menantang Thailand dalam final beregu putri SEA Games. Pemain-pemain muda yang dipercaya membela ”Merah Putih” ini mendapat kesempatan untuk belajar mengatasi tekanan dalam laga puncak melawan pemain yang lebih berpengalaman.
Sejak kekuatan pebulu tangkis putri Thailand muncul di pentas dunia pada pertengahan dekade pertama era 2000-an, mereka pun menguasai kategori beregu putri SEA Games. Thailand adalah peraih emas nomor itu dalam lima penyelenggaraan beruntun sebelum SEA Games Kamboja 2023. Pada final 2011, 2019, dan 2021, Thailand mengalahkan Indonesia dalam perebutan medali emas. Adapun pada SEA Games Myanmar 2013, nomor beregu tak dipertandingkan.
Tahun ini, dalam final yang akan berlangsung di Morodok Techo National Stadium, Kamis (11/5/2023), Thailand memiliki kesempatan meraih kembali emas dengan diperkuat pemain peringkat 30 besar dunia.
Di antara mereka, ganda putri Jongkolphan Kititharakul/Rawinda Prajongjai bahkan menempati peringkat kesembilan. Dua bersaudara Benyapa/Nuntakarn Aimsaard berada di posisi ke-12. Adapun tunggal putri Lalinrat Chaiwan dan Supanida Katethong memiliki peringkat ke-23 dan ke-24.
Sementara pemain Indonesia dengan peringkat terbaik pada nomor putri adalah Febriana Dwipuji Kusuma/Amalia Cahaya Pratiwi di ranking ke-14. Catatan ranking itu menempatkan Thailand sebagai unggulan teratas yang berarti menjadi favorit juara.
Namun, status ranking itu justru bisa menjadi keuntungan Indonesia jika Komang dan kawan-kawan bisa memanfaatkannya. Dengan prestasi lebih rendah, skuad muda Indonesia yang berusia antara 16-22 tahun bisa tampil tanpa beban.
Mereka pun bisa membawa pengalaman saat mengalahkan Filipina dengan skor 3-0 pada semifinal, Rabu. Sebagai tunggal pertama, Komang Ayu Cahya Dewi telah mendapat pengalaman tampil pada laga pembuka saat berhadapan dengan Filipina dan Kamboja.
Komang bisa menghilangkan rasa tegangnya ketika tampil pada semifinal. ”Saya tegang karena tampil di laga pertama bisa menjadi penentu perjalanan tim di semifinal ini. Namun, saya bisa bermain tanpa beban pada gim kedua,” ujarnya setelah mengalahkan De Guzman Mikaela Joy dengan skor 21-13, 21-5.
Jika dipercaya lagi turun, semoga saya bisa mengemban tanggung jawab itu lagi.
Selain pada dua laga dalam debutnya di SEA Games, Komang juga memiliki pengalaman pada Piala Uber 2022 yang bisa dibawanya saat final. Dia menjadi tunggal pertama ketika Indonesia berhadapan dengan Perancis dan Jerman dan bisa mengalahkan pemain dengan peringkat lebih tinggi darinya.
”Saya sangat senang bisa selalu menyumbang poin untuk tim pada dua pertandingan. Jika dipercaya lagi turun, semoga saya bisa mengemban tanggung jawab itu lagi,” ujar pemain asal Bali tersebut.
Ester, yang bermain setelah Febriana/Amalia menang pada laga kedua juga belajar mengatasi rasa tegangnya karena tampil pada partai ketiga saat berhadapan dengan Maria Bianca Ysabel Carlos. Meski nomor beregu ini dimainkan dalam lima partai (tiga tunggal dan dua ganda), Ester membawa tanggung jawab untuk meraih kemenangan ketiga bagi tim.
Rasa tegang itu membuat pergerakan kakinya lambat pada awal hingga pertengahan gim pertama. ”Setelah itu, saya mencoba mempercepat permainan, menguasai permainan di depan net agar mendapat banyak kesempatan untuk menyerang. Pada gim kedua, saya semakin yakin mengeluarkan semua kemampuan. Pastinya, saya senang bisa membawa tim ke final,” tutur Ester yang akhirnya menang atas Carlos, 21-19, 21-9.
Ketika Ester menentukan kemenangan pada partai ketiga bagi tim putri, kakaknya, Chico Aura Dwi Wardoyo, membuka kemenangan Indonesia atas Singapura pada beregu putra. Indonesia menang 3-1 atas Singapura dan akan melawan Malaysia pada final. Malaysia melangkah ke laga puncak setelah mengalahkan juara bertahan, Thailand.
Tanpa kehadiran dua senior, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie yang akan tampil pada Piala Sudirman, Chico menjadi tunggal pertama tim putra Merah Putih di Kamboja. Saat berhadapan dengan Singapura, dia pun harus melawan tunggal putra terbaik negara itu yang berperingkat keempat dunia, Loh Kean Yew.
Chico teringgal 1-3 dari pertemuan sebelumnya, tetapi membawa bekal kemenangan pada pertemuan terakhir dalam babak kedua Indonesia Masters, Januari lalu. Pengalaman mengalahkan juara dunia 2021 itulah yang menjadi bekal keyakinan Chico di lapangan, termasuk ketika Loh mendapat tiga kali match point pada gim ketiga.
Loh di ambang kemenangan ketika unggul 20-19, 21-20, lalu 22-21, tetapi Chico tak gentar menghadapi tekanan. Dia berani melayani permainan cepat lawannya itu hingga menang 10-21, 21-7, 24-22.
”Pertandingan ini ditentukan siapa yang paling siap di lapangan, terutama di poin-poin kritis gim ketiga. Kemenangan pada pertemuan terakhir dengan Loh juga menjadi motivasi saya,” kata Chico.
Pemain berusia 24 tahun itu menuturkan, dia tak memikirkan skor saat lawan membutuhkan satu poin untuk menang. ”Saya fokus ke permainan. Pertandingan belum selesai. Jadi, saya pun fokus pada setiap perebutan poin,” katanya.
Indonesia sebenarnya berpeluang menang 3-0 ketika Christian Adinata unggul pada awal gim ketiga saat berhadapan dengan Jia Heng Jason Teh di partai ketiga. Pada partai kedua, kemenangan didapat oleh Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri.
Namun, keunggulan 2-0 tim Indonesia membuat Christian terlalu menggebu-gebu ingin cepat menang. Ini menjadi bumerang hingga dia tak bisa mengontrol ritme permainan.
”Pada pertandingan berikutnya, saya harus lebih tenang dalam setiap keadaan,” ujar Christian tentang tantangan yang akan dihadapinya di final.
Kemenangan ketiga bagi Indonesia akhirnya didapat Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Pasangan pelapis di pelatnas utama itu menang atas Nge Joo Jie/Johann Prajogo, 21-18, 21-16.
Laga semifinal itu menjadi pertandingan pertama tim putra Indonesia. Sebagai unggulan teratas, Chico dan kawan-kawan mendapat bye pada babak pertama. Pertandingan melawan Singapura pun menjadi proses adaptasi setiap pemain pada kondisi lapangan dan atmosfer pertandingan.
Pertemuan terakhir tim putra Indonesia dan Malaysia dalam SEA Games terjadi di final Filipina 2019. Saat itu, Indonesia menang 3-1. Kedua tim diperkuat pemain terbaik, seperti Anthony dan Jonatan serta Lee Zii Jia dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik di tim Malaysia.