Sejarah memihak AC Milan menjelang derbi Milan di fase semifinal Liga Champions Eropa. Sementara Inter Milan bermodalkan taktik pragmatis untuk mengukuhkan dominasinya atas rival sekotanya itu pada musim ini.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MILAN, SELASA — AC Milan mencatatkan rekor negatif melawan Inter Milan pada derbi Milan sepanjang musim ini. Dua kekalahan dari tiga duel membuktikan inferioritas ”Si Merah Hitam” dari rival sekotanya itu. Meskipun demikian, Milan masih berkesempatan memperbaiki catatan pertemuan itu pada dua laga semifinal Liga Champions Eropa.
Bagi Milan, Liga Champions adalah ajang pertaruhan harga diri mereka. Mereka memang tidak bisa menyaingi Juventus dalam sejarah raihan scudetto (gelar juara Liga Italia). Namun, Milan bisa mengangkat kepala paling tinggi di antara tim Italia lainnya karena telah mengoleksi tujuh trofi ”Si Kuping Besar” sejauh ini.
Hanya Real Madrid, pemilik 14 gelar juara Liga Champions, yang bisa lebih hebat dari Milan. Maka, Milan tidak akan merasa gentar ketika bertemu Inter di semifinal kompetisi antarklub Eropa itu. Pada duel pertama, Kamis (11/5/2023) pukul 02.00, Milan akan bertindak sebagai tuan rumah lebih dulu.
Selain punya prestasi lebih baik di Eropa dibandingkan Inter (tiga gelar), Milan juga tidak ingin mencoreng rekor bagus saat berjumpa rival sekotanya di Liga Champions. Milan telah dua kali menyingkirkan Inter di fase gugur Liga Champions. Momen itu tercipta pada semifinal musim 2002-2003 dan perempat final 2004-2005.
Milan bahkan meraih gelar Liga Champions keenam setelah menumbangkan Inter berkat keunggulan gol tandang pada 2002-2003. Kini, keuntungan gol tandang tidak lagi dihitung sehingga pemenang fase gugur adalah tim yang benar-benar mencetak gol lebih banyak dalam dua laga.
Inzaghi menginginkan Inter bermain dengan solid. Ia menyiapkan skuad Inter untuk bermain dengan konsentrasi tinggi sejak awal demi menghindari sedikit mungkin Milan membuat peluang. (La Gazzetta dello Sport)
Olivier Giroud, penyerang Milan, mengatakan, dua laga derbi Milan akan menghadirkan pertarungan yang istimewa. Menurut Giroud, kekalahan pada dua duel terakhir menghadirkan motivasi untuk membalaskan dendam kepada Inter. Milan dibekap Inter, 0-3, pada final Piala Super Italia, Januari lalu. Milan kembali takluk, 0-1, di Liga Italia, Februari lalu.
”Saya percaya diri karena memiliki statistik bagus di derbi Milan dengan mencetak tiga gol dalam tiga penampilan. Namun, saya juga ingat kekalahan di Piala Super Italia. Inter tampil sangat mendominasi. Kami harus menampilkan performa terbaik untuk mengalahkan mereka,” ujar Giroud kepada UEFA.com, Selasa (9/5/2023).
Pada laga pertama semifinal, Giroud kemungkinan besar kehilangan tandemnya di lini depan, Rafael Leao, yang menderita cedera pangkal paha pada laga melawan Lazio, akhir pekan lalu. Leao pun harus diganti pada menit ke-11.
Namun, Giroud tidak cemas. Menurut dia, Milan masih memiliki sejumlah pemain berkualitas yang bisa mengisi posisi Leao, salah satunya Alexis Saelemaekers. Milan mampu menumbangkan Lazio, 2-0, meski tanpa Leao sejak menit ke-12.
Pelatih Milan Stefano Pioli meminta pemainnya tidak berhenti untuk mengejar impian tampil di final Liga Champions. Musim ini, Milan hanya menyisakan harapan mengangkat trofi di ajang kontinental.
”Kami telah melakukan kerja keras untuk mencapai titik ini. Tentu, kami tidak akan berhenti untuk menciptakan sejarah baru bagi klub,” ujar Pioli dilansir Sky Sport Italia.
Setelah mengakhiri penantian selama 16 musim tampil di babak empat besar Liga Champions, Milan juga ingin melanjutkan rekor positif berlaga di babak itu. Milan sembilan kali menembus final dari 13 kali tampil di babak empat besar.
Dari empat kali semifinal dalam dua dekade terakhir, Milan tiga kali lolos ke final. Dalam kurun waktu itu, mereka dua kali menjadi juara, yaitu pada 2002-2003 dan 2006-2007.
Fokus bertahan
Pelatih Inter Milan Simone Inzaghi berpotensi menjaga konsistensi gaya permainan bertahan dengan garis pertahanan rendah. Skema taktik itu telah membantu Inter mengalahkan dua duta Portugal, Porto dan Benfica, pada fase gugur musim ini.
Dalam empat duel melawan raksasa Portugal itu, Inter hanya mencatatkan rerata 43,5 persen penguasaan bola. Angka itu menurun drastis dibandingkan rata-rata 47,6 persen penguasaan bola per laga di enam laga fase grup. Pola permainan penguasaan bola yang minim, yaitu dengan catatan 34 persen, juga terbukti mampu melibas Milan di Piala Super Italia.
”Inzaghi menginginkan Inter bermain dengan solid. Ia menyiapkan skuad Inter untuk bermain dengan konsentrasi tinggi sejak awal demi menghindari sedikit mungkin Milan membuat peluang,” ungkap La Gazzetta dello Sport, Selasa.
Gelandang Inter, Nicolo Barella, mengungkapkan, seluruh skuad Inter merasakan semangat yang berlipat ketika tampil di Liga Champions. Ia menyebut ”Si Hitam Biru” bisa bermain lebih baik di Eropa dibandingkan pada level domestik. Mereka juga bisa bersaing dengan Bayern Muenchen dan Barcelona di penyisihan grup.
”Kami mengalami banyak momen baik dan buruk selama musim yang aneh ini, tetapi kami bekerja luar biasa di Eropa. Hati, keberanian, dan kekuatan adalah modal kami untuk menghadapi derbi Milan di babak semifinal,” ujar Barella dilansir laman resmi Inter.
Terakhir kali Inter tampil di semifinal adalah pada edisi 2009-2010. Saat itu, mereka meraih gelar juara Liga Champions yang melengkapi raihan tiga trofi mayor. Musim ini, Inter setidaknya masih berpeluang meraih dua gelar. Selain di Liga Champions, mereka sudah memastikan lolos ke partai puncak Piala Italia.
Menurut Luis Figo, juara Liga Champions 2001-2002, sangat sulit menebak pemenang dalam dua duel derbi Milan. Pertarungan taktik, katanya, adalah ciri khas dari salah satu derbi terpanas di Eropa itu. Maka, laga akan berjalan menarik.
”Pencetak gol (striker) akan berperan sangat penting untuk menentukan pemenang di laga nanti. Detail kecil amat krusial pada Liga Champions,” ujar Figo yang pensiun bersama Inter pada 2009. (AFP)