Kemauan untuk berjalan menuju perdamaian membimbing Kamboja menjemput mimpi menjadi tuan rumah SEA Games. Dahaga 64 tahun yang tertunda akhirnya terbayarkan
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA dan DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO dari PHNOM PENH, KAMBOJA
·5 menit baca
PHNOM PENH, KOMPAS - Ajang multicabang olahraga terbesar di Asia Tenggara, SEA Games Kamboja 2023, dibuka secara resmi di Stadion Nasional Morodok Techo, Phnom Penh, Kamboja, pada Jumat (5/5/2023) malam. Serangkaian pertunjukkan yang ditampilkan tuan rumah kental dengan nilai-nilai perdamaian. Adapun bagi masyarakat Kamboja, kesempatan menghelat SEA Games untuk kali pertama ini seperti mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan.
Suguhan acara pembukaan begitu lekat dengan budaya tradisional bangsa Khmer. Pengunjung diajak menyelami sejarah awal terbentuknya Kerajaan Kamboja.
Layar transparan raksasa seolah melayang di udara. Dari layar itu bermunculan gambar-gambar Angkor Watt dengan segala kemegahannya. Selain itu, penampil juga mempertontonkan seni wayang kulit tradisional Kamboja melalui layar melayang itu.
Menteri Pertahanan Kamboja yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Komite Olimpiade Kamboja (CAMSOC), Samdech Pichey Sena Tea Banh menyampaikan, kemauan untuk lepas dari belenggu kelam masa lampau lah yang menjadikan Kamboja bisa seperti sekarang ini. Termasuk berhasil menjadi tuan rumah SEA Games untuk pertama kalinya sejak 64 tahun yang lalu.
”Kami menunggu selama 64 tahun untuk menjadi tuan rumah dan sekarang adalah mimpi yang jadi kenyataan. Seluruh rakyat sangat bergairah untuk merasakan momen langka ini dengan semangat persatuan, persahabatan, dan kerja sama melalui pembangunan sektor olahraga. Seluruh elemen masyarakat Kamboja telah bekerja keras menyelenggarakan SEA Games untuk memastikan ini akan jadi sejarah baik bagi Kamboja,” tutur Tea Banh, dalam sambutannya pada pembukaan SEA Games 2023.
SEA Games kali ini diikuti lebih dari 5.000 atlet yang berlomba di 579 nomor dari 36 cabang olahraga. Selain menjadi tuan rumah untuk pertama kali, Kamboja juga mencetak sejarah sebagai tuan rumah pertama yang menggratiskan tiket pertandingan, hak siar, dan juga akomodasi bagi kontingen dari negara lainnya.
Perwakilan dari 11 negara memeriahkan defile peserta. Barisan kontingen Indonesia terdiri atas 45 atlet dan ofisial dipimpin perenang putri Flairene Candrea Wonomiharjo yang membawa bendera Merah Putih. Mereka mewakili 599 atlet Indonesia yang turun di 31 dari 36 cabang olahraga.
Masa kelam
SEA Games Kamboja mengusung semboyan ”Sports, Live in Peace” atau Olahraga, Hidup dalam Perdamaian. Melalui tema ini, Pemerintah Kamboja ingin menunjukkan pada negara-negara tetangga bahwa masa kelam Kamboja telah berlalu. Negara ini pernah terlibat dalam kecamuk perang saudara berkaitan dengan kudeta Jenderal Lon Nol terhadap Pemerintahan Raja Norodom Sihanouk pada 1960-an.
Mimpi buruk rakyat Kamboja berlanjut setelah Pemerintahan Jenderal Lon Nol digulingkan Khmer Merah di bawah pimpinan Pol Pot pada 1975. Hingga pemerintahan otoritas Pol Pot berkuasa pada 1976-1979, lebih dari 2 juta rakyat Kamboja terbunuh. Hal itu terjadi karena rezim Khmer Merah sangat anti-asing dan paranoid terhadap hal-hal yang berbau pemerintahan sebelumnya.
Kami menunggu selama 64 tahun untuk menjadi tuan rumah dan sekarang adalah mimpi yang jadi kenyataan.
Kegembiraan lepas dari masa kelam akibat perang saudara itu juga diwakilkan dalam salah satu fragmen pertunjukan di upacara pembukaan. Segera setelah era pemerintahan tangan besi Khmer Merah berakhir pada 1979, Kamboja memulai babak baru sebagai negara yang damai dan masyarakatnya memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri. Sekelompok anak-anak tampak bermain dengan riang dan belajar bersama-sama. Dengan latar belakang perumahan serta gedung-gedung megah.
”Di masa lalu, kami hidup dalam perang saudara. Sekarang kedamaian sudah tercapai. Rakyat Kamboja hidup dalam perdamaian. Melalui SEA Games ini, kami ingin menunjukkan keindahan budaya Kamboja dan kehidupan di sini yang mulai kondusif,” kata warga Phnom Penh, Lean Leak (26), yang bertugas sebagai salah seorang penampil di upacara pembukaan SEA Games.
Hal serupa juga diungkapkan warga Phnom Penh lainnya, Khem Pakrinha (28), yang datang bersama teman-temannya khusus untuk menonton pembukaan SEA Games. Menurut Khem, warga Kamboja sudah lama menantikan ajang ini. Kamboja seharusnya sempat merasakan menjadi tuan rumah SEA Games pada 1963, saat masih bernama SEAP Games. Namun, ajang ini akhirnya dibatalkan akibat situasi politik dalam negeri.
Sekarang, mereka berkesempatan menyambut para pendatang sesama bangsa Asia Tenggara. Khem terlihat antusias mengikuti upacara pembukaan sejak awal hingga akhir. Tiada henti-hentinya ia berswafoto bersama rekan-rekannya. Setiap kali tema pertunjukan berubah, mereka berteriak kegirangan. Dalam satu kesempatan, seluruh penonton di tribune stadion memekik ”Kamboja! Kamboja!”
”Tentu kami sangat gembira. Sudah lama sejak 1963 kami menantikan kesempatan ini. Sekarang ini tercapai. Selamat datang di Kamboja dan menikmati pertunjukan budaya dari kami di upacara pembukaan ini,” kata Khem.
Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari, yang ditemui di Phnom Penh, mengungkapkan, pemerintah Kamboja menyiapkan upacara pembukaan yang luar biasa. Untuk negara yang baru pertama kali menyelenggarakan ajang multicabang, Kamboja bekerja keras untuk memenuhi dan melayani keinginan tamu.
Okto mengungkapkan, sejauh ini tidak ada masalah krusial dalam penyelenggaraan SEA Games Kamboja 2023 ini. Masalah-masalah teknis yang dalam beberapa hari ini dihadapi tim atlet dan ofisial selalu bisa diatasi.
“Kamboja menunjukkan betapa luar biasanya budaya mereka ya, ini momen yang begitu penting untuk Kamboja,” ungkap Okto.
Dengan keberhasilan penyelenggaraan pembukaan SEA Games, berakhir sudah penantian panjang warga Kamboja. Sebagai negara yang dulunya senantiasa menangis karena perang, negara Asia Tenggara lainnya bisa belajar dari Kamboja tentang betapa pentingnya arti sebuah perdamaian di antara sesama saudara sebangsa. Pesan-pesan itu coba disebarkan melalui pertunjukkan budaya di pembukaan SEA Games. Sour sdeuy, Kamboja!