Kebangkitan Lazio Tunda Perayaan Juara yang Diidamkan Napoli
Usai kalah dalam dua laga terakhir, Lazio bangkit dengan menang 2-0 atas Sassuolo pada laga pekan ke-33 Liga Italia. Hasil itu sekaligus menunda perayaan juara Napoli yang sudah di depan mata sejak pekan sebelumnya.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
ROMA, KAMIS – Usai menderita kekalahan dalam dua laga terakhir, Lazio bangkit dengan menang 2-0 atas tim tamu Sassuolo pada laga pekan ke-33 Serie A Liga Italia, Kamis (4/5/2023). Kemenangan ”Si Elang Ibu Kota” itu memaksa Napoli kembali menunda perayaan scudetto alias juara Serie A yang diidam-idamkan mereka sejak pekan sebelumnya.
”Kami semua sangat senang dengan kemenangan ini (pasca kalah 1-3 dari tuan rumah Inter Milan pada pekan ke-32 dan kalah 0-1 dari tim tamu Torino pada pekan ke-31). Kami tahu bahwa pada tahap ini (persaingan empat besar jelang akhir musim), segalanya tidak akan mudah, semua lawan menjadi lebih sulit,” ujar penyerang sayap Lazio Felipe Anderson kepada DAZN.
Raihan tiga poin membawa Lazio kokoh pada urutan kedua dengan 64 poin dari 33 laga. I Biancocelesti alias ”Si Putih-Biru Langit” tetap unggul satu poin atas Juventus di peringkat ketiga dan memangkas jarak dari 18 poin menjadi 15 poin dari Napoli di puncak klasemen yang baru memainkan pekan ke-33 menghadapi tuan rumah Udinese, Jumat (5/5).
Dengan begitu, Lazio memastikan Napoli dan para penggemarnya belum bisa merayakan scudetto lebih cepat. Di atas kertas, Lazio masih bisa menyamai perolehan poin Napoli kalau Lazio terus menang dan Napoli terus kalah dalam laga-laga sisa musim ini.
Tidak mustahil, Lazio justru yang berpesta di akhir musim ini. Apalagi dalam aturan baru, Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menghapus sistem head to head untuk penentuan scudetto kalau ada dua tim teratas yang memiliki poin sama hingga musim berakhir. Kalau skema itu terjadi, scudetto ditentukan dengan laga play-off selama 90 menit tanpa babak tambahan.
Sebelumnya, peluang Napoli untuk mengunci gelar juara musim ini terbuka lebar ketika Lazio kalah 1-3 dari Inter pada laga pekan lalu, Minggu (30/4). Namun, pada laga di hari yang sama, I Ciucciarelli alias ”Si Keledai Kecil” gagal mempersembahkan trofi ketiga sejak mereka juara musim 1986/87 dan 1989/90 langsung kepada para penggemarnya karena ditahan seri 1-1 tim tamu Salernitana.
”Kami menyesal melihat kekecewaan para penggemar. Kami menikmati kebahagiaan mereka, suasana stadion membuat kami memahami tonggak sejarah yang telah kami capai. Yang jelas, setelah Maurizio Sarri dan Carlo Ancelotti (mantan pelatih Napoli), saya tidak datang ke sini untuk mencari uang. Saya hanya punya satu tujuan, yakni untuk menang (juara),” ujar pelatih Napoli Luciano Spalletti dalam konferensi pers yang dilansir Football-Italia dari Tuttonapoli, Rabu (3/5).
Maka itu, kalau ingin segera mengamankan gelar juara, Napoli minimal harus bermain imbang dengan Udinese. Dengan tambahan satu poin, Gli Azzurri alias ”Si Biru” akan mengumpulkan 80 poin yang artinya tidak bisa dikejar lagi oleh Lazio sebagai satu-satunya pesaing yang masih mungkin mengejar mereka.
”Udinese kemungkinan membawa banyak pemain ke dalam kotak penaltinya. Jadi, kami harus lebih hati-hati menjalani pertandingan tersebut,” kata Spalletti menilai potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh mantan klub asuhannya, era 2001 dan 2002-2005 tersebut.
Saya tidak datang ke sini untuk mencari uang. Saya hanya punya satu tujuan, yakni untuk menang (juara).
Jalan laga
Dalam laga di Stadion Olimpico, Roma itu, Lazio bermain agresif sejak menit pertama. Upaya mereka pun membuahkan hasil saat penyerang sekaligus kapten Ciro Immobile mencetak gol di menit ketujuh. Sayangnya, sekitar tiga menit kemudian, wasit Massimiliano Irrati menganulir gol itu karena VAR menunjukkan Immobile jauh lebih dahulu berada di posisi offside.
Usai gol dianulir, Lazio kembali melancarkan serangan bertubi-tubi. Pada menit ke-14, Le Aquile alias ”Si Elang” akhirnya menyarangkan gol melalui Felipe Anderson. Pemain asal Brasil itu mampu mengoptimalkan umpan terobosan lambung gelandang Marcos Antonio sebelum melakukan kontrol yang apik di kotak penalti dan melepaskan tendangan terukur ke sudut kiri bawah gawang lawan.
Sassuolo coba bermain lebih terbuka pasca tertinggal 0-1. Bahkan, I Neroverdi alias ”Si Hitam-Hijau” mampu membalikkan situasi nyaris sepanjang sisa laga atau sejak menit ke-30 hingga menit ke-90. Lewat penyerang sayap yang cepat dan para gelandang petarung, mereka berkali-kali melancarkan serangan balik yang membuat Lazio sulit untuk keluar dari tekanan.
Akan tetapi, selain faktor bek dan penjaga gawang yang tampil solid, Lazio beruntung ada mistar gawang yang menyelamatkan mereka dari kebobolan, salah satunya dari tendangan keras gelandang Sassuolo Davide Frattesi dari dalam kotak penalti di menit ke-49. Malah, pada menit ke-92, Lazio bisa memanfaatkan kelengahan akibat kelelahan fisik pemain lawan untuk melesatkan gol kedua melalui gelandang pengganti, Toma Basic.
Berawal dari antisipasi bola yang buruk gelandang Sassuolo Matheus Henrique, Felipe Anderson bisa mencuri bola untuk memberi umpan terobosan kepada pemain sayap Mattia Zaccagni yang berlari kencang menuju kotak penalti. Sesampai di kotak penalti, Zaccagni melepaskan umpan tarik kepada Basic yang dengan mudah menceploskan bola ke gawang yang kosong.
”Kami menderita setelah bermain dengan level tinggi di 30-35 menit awal laga, yang menjadi salah satu penampilan terbaik kami musim ini. Untungnya, kami tetap fokus dan mengendalikan semuanya dengan baik hingga akhir pertandingan,” terang Sarri. (AFP)