Ujian Kematangan Lifter Muda Menjaga Tradisi Medali
Tim angkat besi Indonesia selalu menjadi penyumbang medali dalam berbagai ajang. Menjaga tradisi itu merupakan ujian sekaligus ajang pembuktian para lifter muda yang kini berlaga di SEA Games Kamboja 2023.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·6 menit baca
Tahun ini Indonesia mengirimkan 12 lifter ke SEA Games Kamboja untuk cabang angkat besi, lebih sedikit dari SEA Games Vietnam tahun lalu dengan total 13 lifter. Dari sisi atlet, tim Indonesia, baik putra dan putri, masih didominasi oleh atlet berpengalaman, bahkan olimpian. Nama-nama seperti Eko Yuli Irawan, Rahmat Erwin, dan Nurul Akmal bakal jadi tumpuan Indonesia untuk mendulang medali. Meski demikian, lifter muda juga punya ambisi untuk naik podium.
Walakin, lifter muda Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa lifter muda punya pengalaman segudang, seperti Muhammad Zul Ilmi asal Aceh peraih medali emas di SEA Games Vietnam tahun lalu; Rizki Juniansyah, lifter 19 tahun peraih medali perak tahun lalu; juga ada Sarah, debutan SEA Games Vietnam yang kini memburu medali.
Sarah begitu berhasrat untuk dapatkan medali di kelas 59 kilogram (kg). Umurnya masih 18 tahun, jadi salah satu yang paling muda dalam tim. Tahun lalu, lifter asal Jawa Barat itu nihil medali.
Pada Kamis (27/4/2023) sore, Sarah jadi atlet pertama datang saat latihan. Ia bahkan sudah melakukan pemanasan. Ia langsung mencengkeram tongkat besi seberat 15 kg dan mengangkatnya ke atas kepala dengan entakan kaki atau yang kerap disebut snatch. Setidaknya tiga kali ia melakukan itu. Setelah itu, Manajer Tim SEA Games Kamboja 2023 Muhammad Rusli langsung memasangkan pelat besi kuning dengan berat 15 kg di kanan dan kiri sehingga jika ditambah berat tongkat besi, totalnya menjadi 45 kg.
Mudah bagi Sarah. Ia langsung mengangkat beban 45 kg itu ke atas kepala tiga kali. Pelat besi biru ditambah, total semuanya menjadi 85 kg. Tiga kali ia berhasil snatch, lalu tiga kali lagi ia angkat beban besi itu dari bawah lantai ke dada, lalu ke atas kepala atau yang dikenal dengan sebutan clean and jerk.
Pelat besi ditambah masing-masing 10 kg, Sarah mengambil jeda. Total yang akan ia angkat menjadi 105 kg. Ia duduk menghela napas. Ia lalu coba mengangkat itu dengan snatch. Percobaan pertama belum sempat mengangkatnya ke atas kepala, Sarah terduduk sambil melempar beban besi ke belakang badannya.
Ia kembali mengambil jarak dengan besi-besi itu. Percobaan kedua, ia mampu berdiri sambil memegang beban besi, menghela napas, lalu mengangkatnya ke atas kepala. Tangan dan badannya bergetar, pelatih dan beberapa atlet yang melihat itu meneriaki Sarah memberi semangat. Sarah berhasil di percobaan kedua.
”Saya akui tahun lalu saya kurang disiplin dan enggak stabil. Kali ini, insya Allah, saya ikuti instruksi pelatih dan mulai stabil,” ucap Sarah.
Tak hanya soal latihan. Program latihan kali ini juga lebih ketat pada asupan atlet. Sarah yang tahun lalu masih suka ngemil tahun ini sudah berhenti total. Ia betul-betul mengikuti pola makan yang sudah ditentukan para pelatih dan ahli nutrisi.
Tiap atlet selalu mengukur perkembangan berat badannya setiap pagi. Mereka juga memegang laporan ukuran lemak setiap atlet. Idealnya, persentase lemak tubuh untuk atlet angkat besi sebesar 5 persen, dengan batas maksimal 4 persen. Persentase lemak yang lebih rendah atau tinggi mampu membuat performa atlet cenderung tidak optimal.
Hal serupa dirasakan Nurul Akmal di kelas +71 kg. Lifter asal Aceh itu sebelumnya merupakan peraih medali perak di SEA Games tahun lalu. Ketika ditanya target pribadi, ia membalasnya dengan tersenyum, lalu berkata, ”Targetnya saya bisa lebih baik dari tahun lalu.”
Beban Nurul dan Sarah mungkin tak seberat Zul Ilmi, lifter asal Aceh yang meraih emas dalam SEA Games Vietnam tahun lalu. Bagi Zul, mempertahankan emas jadi tanggung jawab besar dibandingkan dengan mengejarnya. Tanggung jawab itu harus ia angkat bersama dengan pelat-pelat besi di ajang Kamboja nanti.
Tahun ini latihan bisa dibilang lebih berat. Kami tiap hari latihan pagi dan sore. Jadi, itu membuat kami fokus.
”Tahun ini latihan bisa dibilang lebih berat. Kami tiap hari latihan pagi dan sore. Jadi, itu membuat kami fokus,” ucap Zul.
Zul optimistis bisa memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Ia hanya fokus dengan apa yang ada di depan matanya. Meski ia juga punya mimpi dan harapan bisa ikut berjuang di kejuaraan yang lebih besar, yakni Olimpiade.
Perantara
Bagi pelatih tim angkat besi Indonesia, Dirdja Wiharja, SEA Games Kamboja 2023 merupakan ajang perantara untuk melihat potensi lifter muda dan mencapai tujuan besar di Olimpiade Paris 2024 nanti. Namun, di satu sisi pihaknya dituntut mendapatkan paling tidak empat emas, lebih banyak dari tahun lalu.
Untuk bisa mencapai target itu, menurut Dirdja, strategi pemilihan atlet yang bertanding menjadi kunci. SEA Games Kamboja 2023 akan diikuti lifter senior yang dikombinasi lifter muda berpotensi medali, sedangkan lifter berpengalaman lainnya dikirim ke Jeju, Korea Selatan, untuk mengikuti Kejuaraan Asia angkat besi yang dilaksanakan pada 3-13 Mei 2023.
”Komposisi atlet sebenarnya sama dengan (SEA Games) Vietnam tahun lalu. Tim putra komposisi senior untuk dulang emas, tetapi lifter muda juga punya potensi dan penting untuk jam terbang mereka,” kata Dirdja.
Adapun tim yang akan tampil pada Kejuaraan Asia di Korea Selatan beranggotakan Satrio Adi Nugroho (55 kg), Ricko Saputra (61 kg), Siti Nafisatul Hariroh (45 kg), Windy Cantika Aisah (49 kg), Natasya Beteyob (59 kg), dan Nelly (59 kg).
Windy Cantika yang langganan medali pun saat ini sedang mengejar poin untuk bisa berlaga di Olimpiade. Tahun lalu ia gagal mendapatkan emas dan kalah bersaing dengan lifter Thailand, Khambao Surodchana, yang memperoleh total angkatan 195 kg. Medali perak diraih Vietnam, sedangkan perunggu diraih Filipina. Beberapa atlet dari negara tetangga itu masih akan meramaikan SEA Games Kamboja 2023.
”Atlet yang berlaga saat ini punya kemampuan yang cukup untuk bersaing. Itu berkah dari pelatihan rutin yang kami lakukan sejak beberapa tahun lalu,” ucap Dirdja.
Dirdja menjelaskan, sudah sejak 2017 para atlet tinggal di tempat pelatihan dan selalu mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat dan Pengurus Besar Perkumpulan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) untuk mengikuti kejuaraan kelas internasional.
”Jam terbang itu sangat penting dalam dunia olahraga. Dari situ kami bisa menganalisis, dan komposisi yang saat ini punya potensi besar untuk dapatkan hasil maksimal. (Tahun) kemarin, kan, tiga emas, insya Allah sekarang bisa lebih baik dari itu,” ucap Dirdja.
Kepala Bidang Pembinaan Prestasi (Binpres) PB PABSI Hadi Wihardja optimistis dengan komposisi pemain kali ini. Pihaknya sembari melihat negara pesaing yang juga dihadapkan dengan jadwal padat. Untung bagi Indonesia, seperti Thailand beberapa pemain andalannya saat ini sedang mengejar poin untuk bisa ikut Olimpiade sehingga tidak hadir di Kamboja. ”Jadi, fokus bisa ke SEA Games,” ujar Hadi.
Saat para pelatih memikirkan strategi untuk bisa meraup emas di SEA Games dan Olimpiade tahun depan, para pemain hanya fokus pada pelat-pelat besi yang bakal mereka angkat. Mereka telah melalui program latihan yang tak hanya berat, tetapi juga menyakitkan.
Mereka melewati proses latihan di saat sebagian besar dari mereka menjalankan puasa. Bahkan, saat Lebaran, mereka hanya bersua dalam jaringan untuk menyapa keluarga. ”Video call tiap hari sama orangtua, mereka hanya titip pesan untuk bisa beri yang terbaik dan jaga kesehatan,” kata Zul Ilmi bercerita pengalaman Lebaran di mess latihan.