Eksamen Meredam Bara Dendam Filipina
Filipina terlalu seram dengan misi balas dendam. Indonesia tidak gentar dan ingin mempertahankan emas, meskipun bukan itu satu-satunya hadiah di Kamboja.
Sukses membalas dendam adalah hal termanis. Itulah yang dikisahkan film dokumenter ”The Redeem Team”. Film tentang misi tim nasional Amerika Serikat merebut kembali medali emas bola basket Olimpiade yang direnggut Argentina di Athena 2004. Mereka pulang dengan rasa malu, lalu kembali empat tahun kemudian dengan mode berburu.
AS membawa skuad terbaik berjuluk ”Tim impian jilid dua” ke Beijing 2008. Megabintang Kobe Bryant dan LeBron James ikut berangkat. Seperti diduga, negara adidaya bola basket itu memulangkan emas ke “rumahnya”. Argentina, tim penakluk AS di semifinal 2004, dibungkam Bryant dan rekan-rekan di babak sama pada 2008.
Suasana seperti itu yang diraksakan tim raksasa Asia, Filipina. Mereka datang ke SEA Games Kamboja 2023 dengan rasa lapar dan penuh amarah. Seperti diketahui, mereka kehilangan emas pertama dalam 33 tahun terakhir dari Indonesia pada SEA Games Vietnam, tepat setahun lalu.
Bagi Filipina, kehilangan emas adalah tamparan terkeras. Di Asia Tenggara, mereka bagai AS di level dunia. Nyaris tidak tersentuh. Di negara mereka, bola basket adalah olahraga paling populer. Kulturnya sangat kuat, tidak seperti di Indonesia. Fakta itu yang semakin melukai tim berjuluk ”Gilas” tersebut.
Baca juga: Akhiri Paceklik 45 Tahun, Timnas Basket Indonesia Raih Emas Pertama
Wajar jika Filipina seakan terbangun dari tidurnya di Kamboja. Pelatih Filipina Chot Reyes yang memimpin tim di Vietnam, berkata kepada Inquirer.net, tidak akan lagi meremehkan persaingan di Asia Tenggara. Dia berjanji membawa tim terbaik, bukan sekadar individu terhebat.
”Dilihat dari daftar pemain, sekarang lebih bagus, meskipun tanpa pemain dari Liga Jepang. Bahkan, bisa lebih baik dari 2019 (saat Filipina meraih emas sebagai tuan rumah),” kata Bambang Asdianto Pribadi, pelatih Rans PIK yang juga tim analis data timnas, dalam sesi latihan Indonesia di Jakarta, Jumat (28/4/2023).
Kolam 28 nama pemain Filipina tampak mewah. Terdapat pemain naturalisasi keturunan AS yang baru mendapatkan kewarganegaraan seusai proses setahun lebih, yaitu Justin Brownlee (35). Center veteran itu adalah peraih 3 gelar pemain impor terbaik di Liga Bola Basket Filipina (PBA).
Tahun lalu, ”Gilas” hanya memanggil satu pemain kelahiran AS atau Fil-Am dari 12 skuad final. Kali ini, mereka memasukkan sebanyak mungkin Fil-Am yang tersedia, antara lain Chris Ross dan Stanley Pringle. Keduanya merupakan bagian dari skuad peraih emas di Manila 2019.
Uniknya, tidak ada satu pun pemain yang sama dengan tim tahun lalu. Dua pemain di Vietnam, June Mar Fajardo dan Roger Pogoy, masuk ke seleksi, tetapi dipastikan tidak berangkat karena cedera. Pelatih Reyes memberi waktu kepada mereka untuk fokus ke Piala Dunia FIBA 2023, Agustus.
Baca juga: Waktunya Timnas Basket Memijak Bumi
Bagi Indonesia, saat ini agaknya bukan waktu paling tepat untuk meredam bara dendam Filipina. Pelatih timnas Milos Pejic dibayangi pilihan skuad terbatas. Dua pemain terpenting di Vietnam, Derrick Michael dan Marques Bolden, absen karena sedang mengembalikan kebugaran.
Derrick adalah menara penjaga keranjang timnas. Dia mengakhiri debut di Vietnam sebagai pencatat rerata rebound dan blok terbanyak. Adapun Bolden adalah naturalisasi terbaik sepanjang sejarah timnas. Center yang pernah tampil di NBA itu menjadi kunci pada laga penentu lawan Filipina, mencetak 18 poin dan 10 rebound.
Dua mesin skor timnas, Abraham Damar Grahita dan Brandon Jawato, belum bergabung dengan timnas hingga sepekan jelang laga pertama di Kamboja. Mereka masih tampil di Liga Jepang. Hanya guard veteran Andakara Prastawa, pemain inti di Vietnam yang dipastikan kembali berangkat.
Di tengah segala keterbatasan, manajemen timnas tetap menargetkan emas. Target itu mungkin kurang realistis, tetapi sudah sepatutnya. Indonesia harus punya standar baru setelah menyabet emas pertama dalam sejarah keikutsertaan, tidak bisa mundur, walaupun tidak dalam kondisi terbaik.
Dilihat dari daftar pemain, sekarang lebih bagus, meskipun tanpa pemain dari Liga Jepang. Bahkan, bisa lebih baik dari 2019.
Prastawa mengatakan, tidak perlu terbebani target emas. ”Mereka banyak peamin naturalisasi, tetapi itulah Filipina. Kami hanya bisa mempersiapkan diri sendiri. Tekanan pasti ada. Belajar dari tahun lalu, jika tertekan permainan kami tidak keluar 100 persen. Makanya main tanpa beban saja, biar hasil mengikuti,” ujarnya.
Hadiah lain
Timnas bisa sedikit optimistis dengan kehadiran dua pemain naturalisasi, yaitu center Lester Prosper (34) dan guard Anthony Beane Jr (28). Prosper kembali membela timnas setelah posisinya sempat digantikan Bolden, sedangkan Beane baru saja menjadi warga negara Indonesia.
Propser tidak selengkap dan sepintar Bolden. Kualitasnya tertinggal dalam bertahan dan transisi. Namun, pengalaman dan kemampuan ofensif Prosper bisa diandalkan. Pemain setinggi 2,07 meter itu dalam kondisi bugar setelah bermain 33 laga di Liga Korea Selatan bersama Suwon KT Sonicboom.
Beane menjadi satu-satunya peningkatan dibandingkan dengan skuad tahun lalu. Dia adalah tipe guard eksplosif asal AS yang bisa mengatur serangan dan mencetak skor. Tipe seperti itu tidak ada sebelumnya. Bersama Indonesia Patriots, Beane menempati posisi 5 besar terbanyak dalam jumlah poin, asis, dan steal di Liga Bola Basket Indonesia musim ini.
”Beane akan membantu tim ini di SEA Games dan untuk masa depan. Dia pemain yang hebat. Kami membutuhkan sosok yang bisa memimpin tim dan membantu pemain muda. Sosok itu ada dalam dirinya,” ujar Pejic, yang juga memimpin timnas di Vietnam.
Prosper dan Beane semakin padu seusai tur uji coba melawan tim divisi dua Liga Australia (NBL1), 5 April-23 April. Indonesia menang empat kali dari sembilan laga. Tahun lalu, Indonesia meraih emas di SEA Games setelah tur ke Australia. Manajemen timnas mengulangi formula emas tersebut.
Lihat juga: Kalahkan Filipina, Tim Basket Indonesia Raih Emas SEA Games Vietnam 2021
Perubahan signifikan juga terjadi dalam format kompetisi. Bola basket di Vietnam dimainkan dengan format round-robin atau semua tim saling bertemu, dan peringkat teratas menjadi juara. Format di Kamboja membagi 8 tim dalam dua grup. Dua tim teratas di setiap grup lolos ke semifinal.
Beruntung, Indonesia terhindar dari Filipina di babak grup. Indonesia berada di Grup B bersama Thailand, Vietnam, dan Laos. Namun, Prastawa dan rekan-rekan tetap harus berhati-hati. Thailand dan Vietnam kerap menjadi batu sandungan. Mereka perlu menjadi juara grup demi menghindari Filipina di semifinal.
Pejic sangat mengantisipasi kejutan dari dua ”kuda hitam” tersebut, seperti tercermin dalam pelatnas. Timnas sering menjadwalkan laga uji coba melawan Rans. Bambang yang memimpin Rans, diminta mereplikasi sistem bermain Thailand dan Vietnam ke dalam timnya.
Menurut Pejic, pendekatannya sama seperti di Vietnam, yaitu fokus ke laga di depan mata. ”Target kami satu, mempertahankan emas. (Tetapi), tugas kami adalah memenangi seluruh gim dulu untuk sampai ke final. Itu target kami, tidak kurang,” ujar suksesor pelatih timnas Rajko Toroman itu.
Faktanya, emas bukan satu-satunya hadiah di Kamboja. Banyak yang bisa dipetik. Salah satu dan yang terpenting adalah regenerasi. Indonesia memiliki bakat yang siap bersinar, antara lain, guard Yudha Saputera (24) dan forward Dame Diagne (17). Mereka butuh kesempatan bermain lebih banyak.
Baca juga: Timnas Basket Bersiap Kejar Emas SEA Games
Timnas diharapkan bisa mempersiapkan bakat terbaik untuk masa depan, untuk tampil di Piala Asia dan Piala Dunia FIBA. Tujuannya mencari kepingan yang tepat agar bisa dipadukan dengan Derrick dan Bolden. Seperti diketahui, SEA Games semestinya hanyalah batu loncatan.
Karena itu pula, tidak perlu terbebani target emas. Cukup tampil semaksimal mungkin. Anggap saja emas hanya sebuah bonus. Seperti tahun lalu, timnas hanya ditargetkan medali perak. Namun, tiba-tiba emas pertama yang mengubah sejarah itu justru jatuh ke pangkuan.