Akhiri Paceklik 45 Tahun, Timnas Basket Indonesia Raih Emas Pertama dalam Sejarah
Timnas bola basket Indonesia mengakhiri 45 tahun paceklik medali emas di SEA Games. Indonesia juara di Vietnam setelah menaklukkan juara bertahan sejak 1991, Filipina, Minggu.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
HANOI, KOMPAS – Tim nasional bola basket Indonesia meraih emas pertama kali dalam sejarah tampil di SEA Games. Mereka menorehkan prestasi bersejarah itu seusai mengalahkan juara bertahan sejak 1991, Filipina, 85-81, pada final bola basket putra SEA Games Vietnam 2021 di Thanh Tri Indoor Stadium, Hanoi, Minggu (22/5/2022).
Suasana haru menyelimuti lapangan Thanh Tri Indoor Stadium. Seluruh pemain Indonesia berpelukan di lapangan setelah bel akhir berbunyi. Beberapa di antaranya, seperti Abraham Damar Grahita, menangis kejer bak seorang bocah. Mereka semua masih belum percaya bisa mengalahkan Filipina.
Berkat hasil itu, Indonesia meraih emas untuk pertama kali sejak cabang bola basket dipertandingkan di SEA Games pada 1977. Penantian 45 tahun tersebut berakhir di Vietnam lewat kemenangan dramatis pada detik-detik terakhir.
“Ini adalah emas pertama, tetapi saya berharap ini bukan yang terakhir. Kami bermain dengan sangat baik. Kami bisa bersaing dari sisi fisik dengan tim terbaik di ASEAN,” ucap Milos Pejic, pelatih kepala timnas basket Indonesia, yang memberikan gelar juara dalam debutnya.
Indonesia menjadi pemuncak klasemen akhir dalam sistem kompetisi round-robin. Tim asuhan pelatih Milos Pejic ini mengoleksi 6 kemenangan tanpa sekali pun kalah. Sementara Filipina harus puas dengan perak (5 menang, 1 kalah)
Pebasket naturalisasi, Marques Bolden (dengan koleksi 18 poin, 10 rebound), dan guard lokal, Abraham (17 poin), menjadi kontributor terbesar kemenangan Indonesia. Guard Agassi Goantara, yang tampil dari bangku cadangan, juga bersinar lewat sumbangan 11 poin dan 4 asis.
Indonesia nyaris selalu unggul sejak tip-off. Mereka unggul cepat, 8-2, lewat sumbangan 6 poin Abraham. Tiba-tiba, tim lawan membalas lewat aksi Thirdy Ravena. Skor pun dikejar, 8-9.
Tadi, yang saya bayangkan saat lemparan bebas terakhir, hanyalah sejarah. Saya memikirkan lemparan ini akan menjadi sebuah sejarah. Karena itu, saya yakin untuk memasukkannya (bola). (Abraham Damar Grahita)
Melihat ada yang salah, Milos langsung memasukkan Bolden dan pemain debutan, Derrick Michael Xzavierro. Duo pemain bertinggi lebih dari 2 meter ini membuat Indonesia bisa lebih bersaing. Kuarter pertama pun berakhir dengan keunggulan Indonesia, 18-14.
Indonesia terus bisa menjaga keunggulan sampai kuarter ketiga. Mereka unggul 47-45. Namun, masalah datang karena Derrick dan Bolden terkena foul trouble atau sudah menerima empat pelanggaran. Jika mendapat satu pelanggaran lagi, mereka akan dikeluarkan.
Pejic pun mengistirahatkan Bolden. Akibatnya, Indonesia kembali tertinggal, 51-55. Di titik ini, pada akhir kuarter ketiga, Pejic kembali memasukkan Bolden. Dampak sang pemain naturalisasi sangat terasa di bawah keranjang. Indonesia lantas menutup kuarter ketiga dengan keunggulan, 63-60.
Pada kuarter terakhir, Bolden bisa menjaga dirinya tetap berada di lapangan. Dia tidak menerima pelanggaran lagi. Filipina, yang hanya mencatat akurasi lemparan tiga angka 18 persen (3 kali masuk dari 16 percobaan), tidak mampu mengejar ketertinggalan.
Indonesia menutup kemenangan lewat sumbangan empat poin dari lemparan bebas Bolden dan Abraham. Tertinggal 81-85 pada 4 detik tersisa, sang juara bertahan pun harus merelakan gelarnya.
“Tadi, yang saya bayangkan saat lemparan bebas terakhir, hanyalah sejarah. Saya memikirkan lemparan ini akan menjadi sebuah sejarah. Karena itu, saya yakin untuk memasukkannya (bola),” ucap Abraham.