Inter Milan menang agregat 5-3 atas Benfica pada perempat final Liga Champions. Inter melaju ke semifinal dan menciptakan lagi derby Milan pada kompetisi terelite antarklub Eropa tersebut.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
MILAN, KAMIS – Inter Milan sukses menahan imbang 3-3 tim tamu Benfica dalam laga kedua perempat final Liga Champions, di Stadion San Siro, Milan, Italia, Kamis (20/4/2023). Hasil itu membawa ”Si Ular Besar” unggul agregat 5-3 dan berhak melaju ke semifinal untuk berjumpa rival sekotanya, AC Milan. Itu akan menjadi derby Milan kedua di babak empat besar Liga Champions usai musim 2002/03.
”Ini malam yang sangat penting untuk Inter. Kami pantas mendapatkan hasil ini. Sekarang, kami berada di semifinal. Ini adalah mimpi dan kami akan memberikan yang terbaik,” ujar pelatih Inter Simone Inzaghi kepada Amazon Prime Video Italia dilansir Football-Italia sehabis laga tersebut.
Persaingan ketat tersaji dalam laga kali ini. Inter yang menang 2-0 pada laga pertama berusaha menjaga keunggulan agregat. Sedangkan, Benfica berupaya menciptakan keajaiban dengan membalikkan kedudukan. Akhirnya, kejar-kejaran gol pun terjadi.
Inter memimpin lebih dahulu lewat gol tendangan melengkung keras gelandang tengah Nicolo Barella dari dalam kotak penalti di menit ke-14. Selang 24 menit, Benfica menyamakan kedudukan melalui gol sundulan pemain sayap kiri Fredrik Aursnes.
Memasuki babak kedua, Inter kembali memimpin lewat gol sontekan penyerang Lautaro Martinez di muka gawang pada menit ke-65. Sekitar 13 menit kemudian, I Nerazzurri alias ”Si Hitam-Biru malah memperbesar keunggulan melalui gol tendangan terukur penyerang pengganti Joaquin Correa dari dalam kotak penalti.
Walau tertinggal 1-3, Benfica ternyata tidak mau menyerah begitu saja. Wakil Portugal itu memperkecil kedudukan lewat gol sundulan bek tengah Antonio Silva pada menit ke-86 dan menyamakan kedudukan melalui tendangan menyusur tanah penyerang pengganti Petar Musa di muka gawang di menit ke-90+5. Dengan waktu yang tidak banyak lagi, akhirnya sampai di sana saja perlawanan Benfica.
Mengulang musim 2009/10
Inter Milan pun melangkah ke semifinal pertama mereka sejak sukses menembus empat besar dan juara pada musim 2009/10. ”Kami berhasil lolos dari penyisihan grup yang sangat sulit (bersama Bayern Munchen dan Barcelona di Grup C) dan kami terus bekerja keras untuk merasakan kebahagiaan seperti malam ini, yang tidak dinikmati Inter selama bertahun-tahun,” kata Inzaghi.
Di semifinal, Inter sudah ditunggu oleh saudara tuanya, AC Milan yang lebih dahulu lolos pasca unggul agregat 2-1 atas Napoli. Itu menjadi pertemuan bersejarah untuk Inter dan Milan. Mereka berhasil menyajikan lagi derby Milan di Liga Champions usai duel keduanya pada semifinal 2002/03. Derby Milan juga sempat terjadi pada perempat final Liga Champions 2004/05.
Sekarang, kami berada di semifinal. Ini adalah mimpi dan kami akan memberikan yang terbaik.
Sejarah mencatat, Inter inferior dari Milan dalam dua pertemuan sebelumnya di kompetisi terelite antar klub Eropa tersebut. Pada semifinal 2002/03, Inter takluk karena defisit gol tandang dalam agregat 1-1 (0-0, 1-1). Pada perempat final 2004/05, mereka dihancurkan dengan agregat 0-5 (0-2, 0-3).
Namun, musim ini, Inter dominan atas Milan. ”Si Hitam-Biru menang 3-0 dalam pertemuan mereka di Piala Super Italia awal tahun ini dan menang 1-0 dalam laga kedua mereka di Serie A Liga Italia pada awal Februari kemarin. Inter hanya kalah 2-3 dalam laga pertama mereka di Serie A pada awal September tahun lalu.
”Selama bertahun-tahun saya ada di Inter, derby selalu menjadi salah satu pertandingan favorit saya karena ada kegembiraan tersendiri. Tentunya, kami ingin membalas dendam atas sejarah kami (kalah agregat dari Milan pada musim 2002/03 dan 2004/05) dan persaingan juara Serie A tahun lalu (Milan menyalip Inter di puncak klasemen jelang akhir musim),” terang Presiden Inter Steven Zhang kepada Sky Sport Italia.
Sementara itu, Benfica kembali tersisih dari perempat final, seperti musim lalu di mana mereka kalah agregat 4-6 (1-3, 3-3) dari Liverpool. Terakhir kali Benfica melaju ke semifinal pada musim 1989/90 saat mereka menang agregat 4-0 (1-0, 3-0) atas Dnipro dan akhirnya mereka menembus final sebelum takluk 0-1 dari Milan.
Hasil itu cukup mengecewakan untuk Benfica yang mengarungi musim ini dengan begitu fantastis. As Aguias alias ”Si Elang” menang 23 kali, imbang dua kali, dan hanya kalah tiga kali untuk memimpin klasemen Liga Portugal, serta menang empat kali dan imbang dua kali untuk menjadi juara Grup H Liga Champions sebelum menang agregat 7-1 (2-0, 5-1) atas Club Brugge di 16 besar yang memberi mereka tiket ke perempat final.
”Kami memainkan sepak bola yang fantastis di kompetisi internasional dan dalam 14 laga, kami hanya kalah sekali (sejak babak ketiga kualifikasi hingga perempat final Liga Champions musim ini). Sayangnya, di momen sangat penting di Lisbon (laga pertama perempat final), kami tidak bermain dengan fokus dan intensitas yang sama. Namun, saya puas dengan apa yang ditunjukkan tim hari ini, mereka percaya diri dan tidak pernah menyerah, bahkan ketika tertinggal 1-3,” pungkas pelatih Benfica Roger Schmidt di UEFA.com.