Kesuksesan menahan eksplosivitas permainan Napoli mengantarkan AC Milan ke semifinal Liga Champions Eropa pertama sejak 2007.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
NAPOLI, RABU – AC Milan tidak mendapat waktu untuk bernapas demi meladeni serangan demi serangan yang dilancarkan Napoli pada pertemuan kedua perempat final Liga Champions Eropa di Stadion Diego Armando Maradona, Napoli, Rabu (19/4/2023) dini hari WIB. Namun, benteng Milan tidak mudah ditembus. Napoli akhirnya memercikkan kebangkitan lewat gol menit akhir, hanya saja itu sudah sangat terlambat lantaran hasil imbang 1-1 bertahan hingga laga usai.
Penyerang andalan Napoli, Victor Osimhen, yang langsung dimainkan sejak awal seusai pulih dari cedera mencetak gol di menit ke-90. Penyerang timnas Nigeria itu mengoptimalkan umpan silang kiriman dari Giacomo Raspadori dan membuat skor imbang 1-1. Akan tetapi, gol itu sudah sangat terlambat untuk mencegah Milan menjejak semifinal. Milan pada akhirnya menggenggam tiket semifinal dengan keunggulan agregat 2-1.
Setelah Osimhen mencetak gol sundulan itu, kiper Milan Mike Maignan memeluk bola cukup lama untuk mengulur waktu. Maignan agaknya tidak ingin permainan segera berlanjut kembali. Ia merasakan gol Osimhen itu akan memantik semangat pemain Napoli sehingga kemungkinan besar mereka akan kembali mencetak gol. Sikap Maignan itu memancing amarah pemain Napoli.
Keharusan untuk mengejar defisit satu gol memaksa pemain Napoli tampil lebih agresif di markas sendiri. Pelatih Napoli, Luciano Spalletti, menggunakan formasi menyerang 4-3-3 dengan harapan bisa membobol gawang Milan secepat mungkin. Ambisi itu ditopang oleh kembalinya Osimhen. Osimhen melewatkan pertemuan pertama yang berakhir dengan kekalahan 0-1 bagi Napoli.
Sejak laga dimulai, Napoli mengurung pertahanan Milan. Osimhen dan Khvicha Kvaratskhelia menjadi motor serangan Napoli. Kvaratskhelia aktif menyisir sisi kiri serangan sedangkan Osimhen bermanuver di tengah atau dekat kotak penalti Milan.
Hanya saja pertahanan Milan sangat padat sehingga membuat Kvaratskhelia kesulitan menemukan ruang tembak. Kalaupun bisa menemukan ruang, tembakannya sudah tidak begitu menyulitkan Maignan. Di sisi lain, penjagaan tingkat tinggi juga menyulitkan Osimhen untuk menciptakan peluang.
Kami adalah tim yang dominan di kedua pertemuan, tapi kami tidak bagus di kotak penalti mereka ketika kami memiliki peluang.
“Kami adalah tim yang dominan di kedua pertemuan, tapi kami tidak bagus di kotak penalti mereka ketika kami memiliki peluang,” kata Spalletti, dikutip dari laman resmi UEFA.
Pada pertemuan kedua ini aktivitas serangan yang dilancarkan Milan dan Napoli bak bumi dan langit. Statistik laga menyebutkan, Napoli melancarkan total 23 upaya tembakan ke gawang Milan dengan empat di antaranya mengarah tepat ke gawang. Sedangkan Milan hanya mampu melepaskan enam tembakan. Namun, serangan yang dilancarkan Milan lebih efektif karena empat dari enam tembakan itu tepat sasaran.
Gangguan Napoli
Kesulitan Milan untuk membangun serangan disebabkan garis pertahanan tinggi yang diterapkan Napoli. Ketika para pemain belakang Milan mencoba membangun serangan sejak dari area pertahanan, mereka sudah mendapat gangguan dari pemain Napoli. Situasi ini dimaksudkan agar pola pertahanan Napoli sudah terbentuk ketika serangan sejumlah pemain mengganggu fase membangun serangan Milan.
Di sisi lain, Milan bermain sangat efisien walaupun terus ditekan. “I Rossoneri” bahkan mampu unggul 1-0 lebih dulu melalui Olivier Giroud. Gol tersebut berawal dari skema serangan balik. Penyerang Milan, Rafael Leao, mampu merebut bola dan dengan cepat menusuk dari area pertahanan sendiri. Tidak ada pemain Napoli yang mampu menandingi kecepatan Leao.
Memasuki kotak penalti lawan, Leao mengirimkan umpan pada Giroud yang berdiri bebas. Tanpa kesulitan Giroud menaklukkan kiper Napoli, Alex Meret. Milan berada di atas angin karena unggul gol 2-0 secara agregat. “Saya tahu bahwa saya bisa membuat perbedaan. Jika saya tidak bisa mencetak gol, ada rekan satu tim saya yang bisa melakukannya,” ujar Leao.
Efisiensi permainan Milan tecermin dari statistik akhir laga. Walau hanya mencatatkan total enam tembakan, angka expected goal (xG) Milan mencapai 2. Jumlah itu hanya berbeda tipis dari Napoli, yaitu 2,24. Ini artinya, peluang-peluang yang dihadirkan Milan lebih berbahaya.
Satu peluang berbahaya Milan berasal dari eksekusi penalti Giroud. Wasit memberikan hadiah penalti setelah Rafael Leao dilanggar di dalam kotak penalti. Akan tetapi, sepakan Giroud masih bisa ditebak oleh Meret.
Penalti tidak hanya menjadi milik Milan. Napoli pun sempat mendapat hadiah penalti karena bek Fikayo Tomori menyentuh bola dengan tangannya saat mencegah Giovanni Di Lorenzo mengirimkan umpan silang mendatar. Seperti Giroud, Kvaratskhelia yang menjadi eksekutor pun gagal menjalankan tugasnya.
Di semifinal, Milan akan berhadapan dengan pemenang laga antara Inter Milan melawan Benfica. Potensi terjadinya derbi Milan di semifinal sangat besar mengingat Inter sudah memiliki modal keunggulan 2-0. Apalagi pertemuan kedua akan berlangsung di markas Inter sehingga mereka lebih difavoritkan untuk memenangi laga.