Napoli justru berpotensi dirugikan ketika laga kedua versus Milan berlangsung di kandang. Laga kandang semestinya menjadi keuntungan mereka.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MILAN, KAMIS — Napoli hanya kalah satu gol di kandang AC Milan. Idealnya, mereka tidak terlalu dirugikan karena akan berbalas kandang pada laga kedua. Namun, melihat rekor pertemuan dan ketersediaan skuad, Napoli semestinya cukup menyesal gagal berbuat banyak di Stadion San Siro, Milan.
Gol tunggal gelandang Ismael Bennacer cukup untuk membawa Milan menang atas Napoli 1-0 dalam laga pertama perempat final di San Siro, Kamis (13/4/2023) dini hari WIB. Milan sukses menghukum tim tamu dengan transisi serangan balik mematikan.
Napoli sangat kehilangan penyerang andalan Victor Osimhen akibat cedera saat terakhir terakhir membela klub, pertengahan Maret. Tanpa Osimhen, pencetak gol terbanyak tim, para pemain Napoli hanya berputar-putar di labirin pertahanan Milan. Tidak ada yang mampu menyelesaikan peluang.
Penyerang sayap yang sedang naik daun, Kvicha Kvaratskheila, juga kehilangan duetnya. Dia tidak memiliki pendamping bertubuh kekar untuk mengantisipasi bek-bek tuan rumah yang tampil spartan. Napoli terpaksa menggunakan penyerang palsu, Eljif Elmas, karena keterbatasan skuad.
”Si Keledai Kecil”, julukan Napoli, menyudahi laga dengan jumlah tembakan lebih banyak, 16-12, tetapi pulang bersama kekalahan. ”Saya tidak menyesali itu.Tetapi semestinya kami bisa lebih berbahaya dengan seorang striker,” kata Pelatih Napoli Luciano Spalletti.
Berkaca dari hasil itu, kehadiran sosok Osimhen akan sangat vital untuk Napoli dalam laga kedua di Stadion Diego Armando Maradona, pekan depan. Menurut Spalletti, striker yang sudah mencetak 25 gol di seluruh kompetisi itu akan bugar 100 persen saat mereka menjadi tuan rumah.
Namun, Napoli juga sudah dinanti krisis lain. Bek terbaik mereka, Kim Min-jae, dipastikan tidak bisa tampil karena menjalani sanksi akumulasi kartu. Gelandang Andre-Frank Anguissa juga akan absen setelah menerima kartu merah pada pertemuan pertama.
Di sisi lain, ”Si Keledai Kecil” mungkin tidak berharap bertemu dengan Milan dalam waktu dekat. Mereka sudah kalah dua kali hanya dalam rentang 10 hari. Terakhir kali bertemu, awal April, mereka ditaklukkan empat gol tanpa balas di kandang sendiri.
Biasanya, tim kandang nyaris selalu diuntungkan dalam babak gugur Liga Champions. Keuntungan itu diragukan akan menghampiri Napoli. Sebab, mereka selalu kalah dalam tiga pertemuan kandang terakhir versus Milan di Liga Italia.
Rekor buruk Kvaratskheila dan rekan-rekan bukan kebetulan. Seperti laga terakhir di Stadion Diego Armando Maradona, misalnya. Milan sangat menikmati permainan dengan transisi kilat, memanfaatkan pemain cepat dan lincah seperti penyerang Rafael Leao dan gelandang Brahim Diaz.
Saya tidak tahu atmosfer seperti apa nanti pada saat berbalas kandang, tetapi saya akan kecewa jika melihat stadion sama lagi seperti lawan Milan kemarin.
Napoli sering kali terlalu naif ketika bermain di depan pendukung sendiri. Napoli ala Spalletti sering dikatakan bertentangan dengan gaya pragmatis sepak bola Italia. Mereka bermain ofensif dan sangat terbuka, terutama ketika di kandang.
Kehilangan dua fondasi di pertahanan, Kim dan Anguissa, bisa memperburuk situasi Napoli. Kedua pemain itu menjadi yang paling bekerja keras untuk meredam transisi Milan pada dini hari tadi. Anguissa sampai harus mendapat dua kartu kuning untuk membatasi ancaman lawan.
Spalletti masih berharap tuah kandang mereka yang merupakan salah satu stadion paling angker di Eropa. Menurut dia, pertemuan pada awal April tidak bisa mencerminkan laga nanti. Atmosfer stadion ketika itu sangat absurd karena para pendukung mengutarakan protes kepada pemilik klub Aurelio De Laurentiis. Salah satunya akibat kenaikan harga tiket.
”Saya tidak tahu atmosfer seperti apa nanti pada saat berbalas kandang. Tetapi saya akan kecewa jika melihat stadion sama lagi seperti lawan Milan kemarin. Jika itu terjadi lagi, saya akan meninggalkan lapangan dan pulang ke rumah. Para pemain sangat sensitif dengan atmosfer absurd itu,” kata Spalletti.
Pelatih Milan Stefano Pioli tidak terlalu puas dengan kemenangan satu gol. Dia semula berharap anak asuhnya bisa memaksimalkan keunggulan pemain setelah kartu merah Anguissa pada menit ke-74. Sang pelatih menilai, mereka kurang tenang ketika membangun serangan dari bawah.
”Peluang kami 50-50 sebelum sepak mula. Peluang itu tidak berubah setelah hasil hari ini. Pasti ada penyesalan karena kami tidak mampu mencetak gol kedua pada 10 menit terakhir. Hasil itu membuat pertemuan ini masih sangat terbuka untuk kedua tim,” tutur Pioli.
Klub tetangga Milan, Inter juga berhasil menang 2-0 saat bertamu ke markas Benfica, sehari sebelumnya. Milan dan Inter pun sama-sama telah menapakkan satu kaki di semifinal. Mereka hanya butuh hasil seri di laga kedua untuk lolos. Derbi Milan di semifinal semakin mendekati kenyataan. (AP/REUTERS)