Kekalahan dari Real Madrid membuat Chelsea kian terbenam dalam krisis. Banyak hal yang harus dibenahi Frank Lampard untuk mengeluarkan ”Si Biru” dari rentetan hasil buruk.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MADRID, KAMIS — Krisis yang dialami Chelsea kian kompleks. Kehadiran Frank Lampard, legenda klub yang diharapkan mampu membenahi mental pemain, ternyata masih gagal mengembalikan kepercayaan diri bagi skuad mahal ”Si Biru”.
Dalam keadaan normal, Chelsea sejatinya tidak pernah kesulitan ketika bermain di Stadion Santiago Bernabeu, markas Real Madrid. Itu ditandai dengan koleksi dua kemenangan dan dua hasil imbang yang dibawa pulang Chelsea pada enam lawatan ke Madrid selama 52 tahun.
Namun, rekor positif itu hancur pada laga pertama perempat final Liga Champions, Kamis (13/4/2023) dini hari WIB. Si Biru tak mampu mengimbangi sang juara Eropa menyusul tumbang 0-2. Hasil itu juga menjadi kekalahan pertama yang Chelsea dapatkan pada lima laga tandang ke Spanyol di ajang Liga Champions.
Selain tercorengnya rekor baik melawan tim Spanyol, hasil itu juga memperburuk situasi di dalam tim. Mereka hanya mencatat dua imbang dan tiga kekalahan pada lima laga terakhir. Sejak dipegang Lampard, pekan lalu, Chelsea selalu menelan hasil negatif di dua laga terakhir dalam waktu empat hari.
Lampard mengatakan, dirinya masih memiliki pekerjaan rumah membenahi kondisi mental pemain yang berada di titik nadir. Semua pemain Chelsea perlu memahami kembali kebanggaan dan prestise mengenakan seragam Si Biru.
”Saya melihat ada rasa kurang percaya diri. Pemain tidak mengetahui kualitas bagus yang mereka miliki. Tetapi, pintu pembenahan itu masih terbuka dan kami akan berusaha membalikkan ketertinggalan di Stamford Bridge,” kata Lampard seusai laga dilansir BBC.
Namun, krisis Chelsea sulit untuk berakhir dalam waktu dekat. Selain masalah mental tim yang tengah terpuruk, Lampard juga belum menemukan taktik ideal untuk mengeluarkan performa terbaik skuadnya.
Setelah sempat menerapkan formasi favoritnya, 4-3-3, yang berujung kekalahan dari Wolverhampton Wanderers, akhir pekan lalu, pelatih yang mencetak 211 gol selama berseragam Si Biru itu mencoba formasi 3-5-2 yang digunakan Thomas Tuchel, suksesornya setelah periode pertama melatih Chelsea, Januari 2021.
Dengan formasi itu, Lampard tetap belum bisa menemukan keseimbangan dalam permainan Chelsea. Meski telah menempatkan tiga bek tengah dan bertahan dengan lima bek sejajar, Chelsea tetap gagal meredam serangan Real.
Real mampu membuat 17 tembakan, sedangkan Si Biru hanya delapan tembakan. Si Biru diselamatkan performa kipper Kepa Arrizabalaga yang membuat delapan penyelamatan. Tanpa kiper asal Spanyol itu, Chelsea tentu bisa kemasukan lebih dari dua gol dan pulang ke London dengan perasaan kalut yang akut.
”Real sangat agresif, Chelsea tidak menemukan jalan keluar dari tekanan. Real sangat siap menghadapi taktik Lampard sehingga laga terlihat terlalu mudah bagi Real,” tulis analisis The Guardian edisi Kamis (13/4/2023).
Paceklik gol
Tak hanya kendala pertahanan, Chelsea juga dirundung masalah produktivitas gol. Akibat gagal mencetak gol ke gawang Real, Joao Felix dan kawan-kawan sudah paceklik gol pada empat pertandingan terakhir selama bulan April.
Saya melihat ada rasa kurang percaya diri. Pemain tidak mengetahui kualitas bagus yang mereka miliki. Namun, pintu pembenahan itu masih terbuka dan kami akan berusaha membalikkan ketertinggalan di Stamford Bridge.
Duet Felix dan Raheem Sterling yang diandalkan Lampard sejak awal laga di Santiago Bernabeu sejatinya memiliki masing-masing satu peluang emas di babak pertama. Namun, dua peluang terbaik Si Biru itu diantisipasi secara brilian oleh kiper Real, Thibaut Courtois.
Tanpa gol di Santiago Bernabeu membuat Si Biru telah gagal mencetak gol di 17 laga dari 41 pertandingan yang telah dijalani musim ini. Dengan catatan itu, Chelsea di ambang mencetak sejarah buruk baru. Rekor produktivitas terburuk mereka tercipta pada musim 1994-1995 ketika gagal menghasilkan gol di 17 laga.
Lampard percaya para pemain depannya mampu membenahi diri untuk mengakhiri dahaga gol. Hal utama yang ingin dibenahi Lampard adalah sisi psikologis pemain agar mereka bisa melepaskan sedikit beban dari performa buruk selama ini.
”Terkadang persoalan gol itu disebabkan masalah kepercayaan diri, baik itu secara individu maupun tim. Saya yakin jika kami terus bekerja keras, hal buruk ini dapat berubah,” ucap Lampard.
Thierry Henry, legenda Arsenal, mengatakan, setiap pemain depan wajib memiliki kepercayaan diri yang baik agar bisa menjalankan tugasnya memberikan gol bagi tim. Ia sepakat Lampard harus membenahi kondisi mental pemainnya.
”Kemampuan mencetak gol itu bukan sekedar skill dan teknik, tetapi lebih penting adalah pikiran. Selama penyerang memiliki pikiran positif, gol itu akan tiba,” ucap Henry dalam analisisnya di CBS Sports.
Selain menyoroti kinerja penyerangnya, Lampard juga perlu membenahi kreativitas timnya. Pada laga melawan Real, Si Biru hanya mencatat tiga umpan kunci, dua dari yaitu Enzo Fernandez dan satu dari N’Golo Kante. Sebaliknya, ”Los Blancos” menciptakan 13 umpan kunci dari tujuh pemain berbeda.
Belum puas
Sementara itu, Toni Kroos, gelandang Real, mengaku belum puas dengan keunggulan dua gol yang mereka raih. Menurut dia, Los Blancos seharusnya bisa mencetak lebih banyak gol dengan superioritas permainan mutlak atas Chelsea.
”Kami seharusnya bisa menekan mereka lebih sering di babak kedua, tetapi kami memilih lebih hati-hati karena Chelsea punya serangan balik berbahaya. Meski saya yakin kami bisa mencetak lebih dari dua gol, tetapi ini hasil yang bagus dan bekal penting untuk laga kedua,” ucap Kroos seperti dikutip Marca.
Pelatih Real Carlo Ancelotti menyatakan, ketika Chelsea bermain dengan 10 orang dalam 30 menit akhir laga, laga semakin sulit bagi timnya. ”Setelah kehilangan satu pemain, mereka bermain dengan pertahanan yang dalam sehingga menyulitkan kami. Chelsea tetap tim berbahaya, kami harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk duel di London,” ujar Ancelotti dilansir laman UEFA.