Satu kaki Manchester City telah berada di babak semifinal berkat kemenangan penting atas Bayern Muenchen. Ketajaman Erling Haaland jadi bekal krusial ”The Citizens” untuk mengakhiri dahaga akan gelar Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
MANCHESTER, RABU — Melalui sumbangan gol penutup untuk Manchester City, yang menegaskan keunggulan 3-0 atas Bayern Muenchen pada laga pertama perempat final Liga Champions, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB, di Stadion Etihad, Erling Haaland menegaskan jiwa buasnya sebagai ”predator” gol terbaik saat ini. Ia telah terbang ke semesta lain setelah memecahkan rekor gol semusim bagi pemain yang berkarier di Liga Inggris.
Haaland telah mencetak 45 gol dari 39 laga pada musim debutnya membela City. Catatan gol itu memecahkan rekor individu milik Ruud van Nistelrooy (Manchester United) dan Mohamed Salah (Liverpool), yang menghasilkan 44 gol selama satu musim. Van Nistelrooy mencatat prestasi gemilang itu pada musim 2002-2023, dan Salah menyamainya di musim 2017-2018.
Sejak era Liga Primer pada 1992-1993, belum ada pemain tim Inggris yang bisa mencetak 45 gol dalam satu musim. Kini, Haaland mendekati rekor milik Clive Allen, legenda Tottenham Hotspur, yang masih memegang rekor gol terbanyak untuk pemain yang berkiprah di kompetisi kasta tertinggi Inggris. Pada musim 1986-1987, Allen menghasilkan 49 gol.
Haaland punya kesempatan menjadi pemain klub Inggris pertama yang bisa menciptakan lebih dari 50 gol. Pasalnya, ia masih memiliki minimal 11 laga tersisa. Jika City bisa melaju hingga ke final Liga Champions dan Piala FA, maka penyerang berambut pirang itu berpeluang tampil di 15 laga pada sisa musim ini.
Jika bisa mempertahankan rerata 1,15 gol per laga, Haaland bisa mengakhiri musim perdananya di Stadion Etihad dengan minimal 62 gol.
”Setiap tim pasti takut dengan pemain ini karena ia (Haaland) adalah seorang ’monster’. Ia makhluk buas di kotak penalti lawan,” ucap Mario Gomez, mantan penyerang Bayern, kepada BT Sport.
Sebelumnya, Haaland lebih dulu memecahkan rekor gol semusim untuk pemain ”The Citizens” yang dicapai Tommy Johnson. Pada musim 1928-1929, Johnson mencatatkan namanya 38 kali di papan skor. Rekor itu runtuh setelah bertahan selama 94 tahun.
Musim ini, Haaland telah mencetak 30 gol di Liga Inggris, 11 gol di Liga Champions, 3 gol di Piala FA, dan 1 gol di Piala Liga Inggris.
Distribusi bagian tubuh yang menciptakan gol pun merata. Haaland mencetak 28 gol melalui kaki terbaiknya, yakni kaki kiri, kemudian menciptakan 10 gol dengan kaki kanan, dan 7 gol dengan tandukan tajamnya.
Ketajaman Haaland bersama City membantu dirinya menghapus kutukan setiap jumpa Bayern. Dalam tujuh pertemuan melawan Bayern selama mengenakan jersei Borussia Dortmund, Haaland selalu mengalami kekalahan.
Setiap tim pasti takut dengan pemain ini karena ia adalah seorang ’monster’. Ia makhluk buas di kotak penalti lawan.
Satu gol dan sebuah asis ke gawang Yann Sommer menunjukkan ambisi besarnya untuk mengalahkan tim berjuluk ”Die Roten” itu. Tak hanya berkontribusi pada gol, Haaland juga membuat dua bek muda potensial Bayern, Matthijs de Ligt dan Dayot Upamecano, tidak berdaya membendungnya.
Padahal, De Ligt dan Upamecano sempat mendapat pujian karena mampu mengatasi duo megabintang Paris Saint-Germain, Lionel Messi dan Kylian Mbappe, pada dua duel di babak 16 besar. Pergerakan Haaland yang selalu rapat ketika Upamecano menguasai bola membuat bek berpaspor Perancis itu kehilangan bola. Momen itu menjadi awal gol kedua City yang dicetak Bernardo Silva pada menit ke-70.
Haaland menyumbang asis bagi gol Silva itu, yang membuat De Ligt terpana dengan pergerakannya di sisi kanan pertahanan Bayern. Aksi itu membuat bek tim nasional Belanda itu gagal mencermati posisi Silva di kotak penalti Bayern.
Secara umum di Liga Champions, Haaland menjadi pemain tercepat yang bisa mencetak 30 gol. Ia telah menghasilkan 34 gol dari 26 laga. Haaland rerata mencetak 1,3 gol per laga di Liga Champions, lebih baik daripada Cristiano Ronaldo, yang memegang rekor gol terbanyak Liga Champions dengan 140 gol. CR7 menghasilkan rata-rata 0,7 gol per laga.
”Ia adalah penyerang paling efisien yang pernah saya saksikan. Kemampuan mencetak golnya seperti dirinya bukan dari dunia ini,” ucap Owen Hargreaves, eks pemain City, kepada BBC.
Lebih tua
Di luar performa gemilang anak asuhannya, Manajer City Pep Guardiola mengungkapkan, dirinya mengalami tekanan emosional dalam duel ini. Hal itu tidak lepas dari perlawanan Bayern yang ketat, salah satunya dengan 56 persen penguasaan bola.
”Saya merasa terlihat lebih tua 10 tahun selama laga berlangsung. Laga ini menguras emosi, tetapi saya gembira dengan hasil akhir. Meski begitu, kami harus menyempurnakan kemenangan ini dengan hasil positif di laga kedua,” kata Guardiola, dilansir laman UEFA.
Sementara itu, skuad Bayern yang tertunduk lesu ketika meninggalkan lapangan Stadion Etihad mendapatkan suntikan motivasi dari CEO Bayern Oliver Kahn. Sebelum memulai acara makan malam, Rabu dini hari WIB, Kahn berbicara di hadapan semua pemain Die Roten selama 3,5 menit.
”Masih ada laga kedua. Ya, ini tidak bagus, tetapi saya percaya kita bisa menghasilkan hal-hal luar biasa di sepak bola. Coba melakukan segalanya dan jangan menyerah di hadapan pendukung kalian pada laga kedua,” ucap Kahn, dilansir Kicker.
Selain Kahn, Pelatih Bayern Thomas Tuchel juga memuji kerja keras anak asuhannya. Menurut dia, Bayern setidaknya layak mencetak satu gol di kandang City.
”Di luar hasil yang tidak adil bagi kami, saya jatuh cinta dengan sikap semua pemain yang tidak menyerah. Mereka melakukan pekerjaan yang bagus,” ucap Tuchel, yang menelan kekalahan keenam dari 11 duel kontra Guardiola. (AFP)