Laga City versus Bayern terasa bagai duel Grand Master catur. Guardiola mengandalkan kematangan taktik terbaru, sementara Tuchel membawa elemen kejutan.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
AFP/PAUL ELLIS
Manajer Manchester City Pep Guardiola dalam konferensi pers di fasilitas latihan Manchester City di Manchester, Inggris, Senin (10/4/2023). City akan menjamu Bayern Muenchen dalam laga pertama perempat final Liga Champions antara City dan Bayern Muenchen di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB.
MANCHESTER, SENIN — Jika berbicara inovasi strategi sepak bola modern, mungkin tidak ada yang lebih ahli dari manajer Manchester City Josep Guardiola dan pelatih Bayern Muenchen Thomas Tuchel. Pertemuan kedua maestro itu pun akan lebih mirip seperti perang ide di papan catur.
Guardiola dan Tuchel akan berjumpa lagi dalam perempat final Liga Champions bertajuk ”final kepagian”. City akan menjamu Bayern terlebih dulu di Stadion Etihad, pada Rabu (12/4/2023) dini hari WIB, sebelum berbalas kandang tengah pekan berikutnya.
Pertemuan itu bagai petir di siang bolong. Sebelum jeda internasional, akhir Maret, Guardiola sudah bersiap menghadapi pelatih Jerman lain, yaitu Julian Nagelsmann. Namun, tiba-tiba Nagelsmann dipecat, lalu digantikan oleh Tuchel yang sedang menganggur.
Saya tidak tahu (tentang Bayern versi Tuchel). Saya belum pernah menonton mereka sekali pun. Saya pastinya akan melihat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan nanti.
”Saya tidak tahu (tentang Bayern versi Tuchel). Saya belum pernah menonton mereka sekali pun. Saya pastinya akan melihat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan nanti,” kata Guardiola yang masih mencerna perubahan dadakan tersebut.
ULRICH GAMEL/KOLBERT-PRESS
Pelatih Bayern Muenchen Thomas Tuchel memimpin sesi latihan, Senin (10/4/2023), menjelang pertandingan pertama perempat final Liga Champions antara Manchester City dan Bayern Muenchen di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB.
Rivalitas kedua ahli taktik itu akan bersemi lagi. Terakhir kali bertemu di Liga Champions, Guardiola harus mengakui keunggulan Tuchel bersama Chelsea dalam partai final 2021. Pikiran Guardiola yang terlalu rumit, sempat dinilai sebagai penyebab kegagalan City menggapai juara.
“Tuchel adalah salah satu manajer terbaik. Dia bekerja dengan baik di mana pun. Sebuah kehormatan bisa berjumpa lagi dengannya. Saya sempat memberikan selamat (setelah final Liga Champions). Itu biasa, Anda menang dan kalah. Kami akan mencoba sekali lagi kali ini,” kata Guardiola.
Hal yang paling menarik adalah Guardiola dan Tuchel sama-sama pemikir taktik sejati. Mereka bisa berbicara berjam-jam ketika berurusan dengan strategi di lapangan. Meskipun bersaing, mereka selalu terbuka untuk membahasas diskursus soal taktik, seperti pada 2014 di Munich Bar.
Ketika itu, Guardiola sedang menjalani musim kedua bersama Bayern, sementara Tuchel baru berhenti sebagai pelatih Mainz 05. Mereka membahas strategi di bar tersebut sampai menggunakan botol garam dan merica sebagai alat peraga.
AP/ULRICH GAMEL/KOLBERT-PRESS
Pemain Bayern Muenchen, Sadio Mane, menggiring bola, Senin (10/4/2023), saat sesi latihan menjelang pertandingan pertama perempat final Liga Champions antara Manchester City dan Bayern Muenchen di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB.
Botol garam dan merica itu yang nanti akan diperankan oleh penyerang Erling Haaland di Manchester City serta gelandang Jamal Musiala di Bayern. Bintang kedua tim akan menjadi alat untuk mewujudkan ide visioner kedua pelatih.
Stadion Etihad sudah siap menggelar pertarungan strategi level tertinggi. Guardiola berbasis terhadap sepak bola mengalir ala Spanyol, sementara Tuchel dengan gaya agresif ala Jerman. Hanya saja, mereka masih berada dalam satu garis, yaitu ingin menguasai bola sebanyak mungkin.
Cakrawala pengetahuan sepak bola Guardiola dan Tuchel akan menambah kompleks pertarungan. Mereka pernah memimpin tim-tim besar di beberapa negara. Guardiola di Bayern dan Barcelona, semenara Tuchel di Chelsea, Paris Saint-Germain dan Borussia Dortmund.
”City sedang dalam bentuk yang sangat bagus belakangan ini. Tetapi dalam sepak bola, itu tidak semudah yang dibayangkan. Kami akan datang ke sana dengan keberanian dan menghasilkan performa yang hebat. Semua bisa terjadi ketika Anda yakin. Ini adalah ujian terbesar kami,” kata Tuchel.
ULRICH GAMEL/KOLBERT-PRESS
Pemain Bayern Muenchen, Marc Roca, menggiring bola, Senin (10/4/2023), saat sesi latihan menjelang pertandingan pertama perempat final Liga Champions antara Manchester City dan Bayern Muenchen di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB.
Adapun Guardiola lebih unggul dalam rekor pertemuan atas Tuchel. Manajer asal Spanyol itu sudah menang 6 kali dari 10 pertemuan, termasuk menang dalam dua laga terakhir. Hanya sekali laga di antara mereka berakhir imbang.
Kematangan City
Perbedaan paling kontras adalah kematangan kedua tim. Guardiola sudah memimpin City pada musim ke-7, sementara Tuchel belum genap dua pekan menukangi Bayern. Hal itu akan berpengaruh terhadap pendekatan para pelatih di laga nanti.
Guardiola tampak mantap dengan formasi baru, 3-2-4-1 yang bisa berubah jadi 4-1-4-1 ketika bertahan. Formasi itu memberikan peran baru untuk bek tengah John Stones. Dia berperan sebagai gelandang jangkar dalam penguasaan bola dan mundur ke bek sayap saat bertahan pasif.
Strategi itu ditampilkan 4 kali dalam 5 laga terakhir. Hasilnya City berhasil menyapu bersih kemenangan, memasukkan 16 gol dan hanya kemasukan 12 gol. Salah satu kemenangan itu diraih atas wakil Jerman, RB Leipzig, 7-0 dalam laga 16 besar kedua Liga Champions.
AFP/CHRISTOF STACHE
Bek Bayern Muenchen, Benjamin Pavard, Senin (10/4/2023), melakukan pemanasan saat sesi latihan menjelang pertandingan pertama perempat final Liga Champions antara Manchester City dan Bayern Muenchen di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB.
Tuchel, dalam tiga laga terakhir, masih terus mencari komposisi terbaik. Dia sempat memainkan sistem dengan dobel pivot 4-2-3-1 atau hanya dengan satu gelandang jangkar 4-1-4-1. Sang pelatih memainkan Musiala sejak awal ketika ingin lebih ofensif dan gelandang Leon Goretzka jika butuh kestabilan.
Ujian terbesar akan dihadapi duet bek Bayern, Dayot Upamecano dan Matthijs de Ligt. Mereka sudah dinanti Haaland yang sedang berapi-api. Haaland sudah mencetak 10 gol dalam 3 laga terakhir, termasuk quintrick (5 gol) ke gawang Leipzig.
”Saya tidak tahu apakah dia (Haaland) memiliki magnet di sepatunya. Penciumannya untuk mencari gol sangat luar biasa. Tetapi yang perlu diingat, kami tidak hanya bermain melawan Haaland, tetapi City secara keseluruhan,” ujar Goretzka.
Di sisi lain, Bayern cukup khawatir karena kemungkinan akan datang tanpa penyerang Eric Choupo-Moting. Pemain 34 tahun itu merupakan pencetak gol terbanyak klub di seluruh kompetisi (17 gol). Seharusnya, dia menjadi senjata utama bagi Bayern yang tidak punya penyerang murni.
AFP/CHRISTOF STACHE
Gelandang Bayern Muenchen Jamal Musiala (kanan) dan gelandang Ryan Gravenberch (kiri) mengikuti sesi latihan Senin (10/4/2023), menjelang pertandingan pertama perempat final Liga Champions antara Manchester City dan Bayern Muenchen di Stadion Etihad, Manchester, Rabu (12/4/2023) dini hari WIB.
Bayern bisa mencuri kemenangan dengan mengandalkan kecepatan para penyerang sayap, seperti Sadio Mana atau Leroy Sane. Formasi terbaru City, dengan empat bek tengah termasuk Stones, memang solid. Namun, mereka sering memperlihatkan lubang di sisi sayap, terutama saat transisi.
Terakhir kali datang sebagai manajer pengganti di pertengahan musim, Tuchel mengantar Chelsea juara Liga Champions. Situasi sama terulang lagi di Bayern musim ini. Bukan tidak mungkin, dia akan kembali menjadi penjegal mimpi Guardiola untuk meraih “Si Kuping Lebar” bersama City. (AP/REUTERS)