Petembak Putri Indonesia Raih Empat Medali Dalam Satu Hari
Indonesia kembali bangkit dengan memperoleh empat medali sekaligus dalam satu hari perlombaan tembak. Di antaranya yang berhasil membuahkan prestasi ialah Rihadatul Asyifa yang merupakan peserta termuda (14 tahun).
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia menambah pundi-pundi medali pada Piala Asia Menembak Rifle/Pistol 2023 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Selasa (7/3/2023). Empat medali yang diraih petembak pistol Indonesia ialah satu emas, dua perak, dan satu perunggu. Pencapaian ini tak lepas dari evaluasi perlombaan sebelumnya di nomor Air Pistol putra 10 meter yang berakhir dengan ketidakpuasan.
Kali ini, Rihadatul Asyifa, Lily Sulistyadewi Tirthajaya, dan Arista Perdana Putri Darmoyo yang berlomba pada nomor Air Pistol tim putri 10 meter menyumbang emas. Rihadatul Asyifa yang juga bermain dalam nomor Air Pistol Putri 10 m pun turut menambah medali perak. Selain itu, perak di nomor Air Pistol junior putri 10 m direbut Benvenuta Alexia Sonia dan perunggu didapat Aisyah Raihanatul Qalbi. Tersisa nomor tim campuran Air Pistol 10 m yang baru akan berlaga Rabu (8/3/2023).
Secara total, sampai hari keempat, Indonesia sudah mengumpulkan tiga medali emas, tiga perak, dan satu perunggu. Dua emas dan satu perak lainnya didapat dari disiplin Air Rifle.
Pelatih Pistol Indonesia, Abdul Kayyum, mengatakan, telah belajar dari kegagalan tiga atletnya untuk meraih medali di nomor Air Pistol putra 10 m pada Senin (6/3/2023). Saat itu, petembak Muhamad Iqbal Raia Prabowo terlempar pada posisi 10 besar
Kali ini, ia lebih memperhatikan jari pada pelatuk pistol. Petembak tidak hanya dituntut selalu fokus kepada target, tetapi juga harus memainkan tekniknya, termasuk tidak meletakkan jari di pelatuk sebelum siap menembak. Latihan mengangkat senjata pada malam hari menjelang perlombaan pun semakin digencarkan agar tangan petembak semakin kuat untuk berlomba pada pagi hari.
”Setelah mendapat hasil yang kurang bagus pada perlombaan kemarin, kami langsung memberi masukan kepada semua atlet. Baik yang selesai lomba maupun atlet yang akan berlomba keesokan harinya,” ujar Kayyum, Selasa (7/3/2023).
Tidak hanya itu, dia juga mengganti posisi atlet yang akan berlomba berdasarkan kekuatan dan kemampuannya. Asyifa (14) yang berdasarkan usia masih tergolong atlet kategori youth atau muda pun diperlombakan untuk kategori senior. Hasil strategi ini sesuai harapan. Beberapa medali berada di genggaman Indonesia.
”Awalnya Asyifa akan berlomba di kategori junior, tetapi kami memutuskan untuk menaruhnya di kategori senior berdasarkan kemampuannya,” lanjut Kayyum.
Perlombaan pada nomor Air Pistol putri 10 m dimulai dengan adu tembakan pada babak kualifikasi. Terdapat 15 atlet dari delapan negara Asia yang bertarung memperebutkan posisi teratas. Peserta diberi kesempatan 60 kali tembakan yang terbagi dalam enam putaran untuk mengumpulkan skor. Posisi bergantung pada akumulasi skor di setiap putaran. Nilai yang didapat peserta berkisar dari 7.0 hingga 10,9. Jika tepat mengenai titik tengah target, petembak mendapatkan skor 10,9.
Namun, hanya delapan atlet dengan skor teratas yang lolos ke babak selanjutnya, termasuk dua atlet Indonesia, Lily Sulistyadewi Tirthajaya dan Rihadatul Asyifa. Delapan atlet yang lolos dari babak kualifikasi ini kembali bertarung untuk seleksi babak enam besar. Setelah bermain dalam tiga seri (15 tembakan), Lily harus terhenti di posisi ke-7 dengan total skor 144.8.
Setelah mendapat enam posisi teratas, para atlet harus berduel lagi untuk menentukan siapa yang layak masuk ke babak semifinal. Hasilnya, Asyifa menghadapi petembak Vietnam Nguyen Thuy Trang pada perebutan medali emas setelah Hikaru Aizawa (Jepang) dan Trinh Thu Vinh (Vietnam) tersisih pada babak semifinal. Dalam penentuan emas, kedua petembak berlaga dari nol.
Awalnya Asyifa akan berlomba di kategori junior, tetapi kami memutuskan untuk menaruhnya di kategori senior berdasarkan kemampuannya.
Babak final berlangsung dalam 14 putaran. Para atlet mendapat waktu 50 detik untuk membidik sasaran pada setiap putaran. Atlet yang unggul pada setiap putaran memperoleh dua poin. Sebaliknya, petembak yang kalah tidak mendapatkan poin. Jika nilai hasil tembakan sama, keduanya saling berbagi poin 1-1.
Hingga putaran kedua, Asyifa konsisten memimpin. Namun, di tembakan ketiga, Nguyen meraih skor lebih tinggi. Poin mereka terus berkejaran dan sering menunjukkan kedudukan yang sama. Suporter Indonesia berteriak panik saat Asyifa tertinggal 10-12. Pelatih Kayyum beberapa kali memberi isyarat menggunakan jarinya kepada anak didiknya itu. Alhasil, Asyifa mengejar ketertinggalannya dan berhasil menyamakan kedudukannya menjadi 12-12.
Asyifa jengkel saat tembakannya hanya mengenai sasaran 10,2 pada putaran ke-13 dan membuat Nguyen mendapat dua poin. Skor yang awalnya imbang 12-12 berubah menjadi 12-14. Tersisa satu putaran untuk penentuan emas. Jika Asyifa lebih unggul, maka skor mereka sama. Namun, Asyifa kurang beruntung. Lagi-lagi, Nguyen mencetak skor lebih tinggi (10,4-10,2) darinya pada putaran terakhir. Emas pun berada di genggaman Nguyen dengan penutupan poin 16-12.
Kehebohan penonton di stadion tampak berbeda dari hari-hari sebelumnya, Sembari memainkan angklung, mereka terus meneriaki nama Asyifa di sepanjang perlombaan. Tak hanya Asyifa yang jengkel, penonton turut berteriak saat Asyifa diumumkan sebagai pemenang kedua.
Peserta termuda
Berada di keluarga petembak membuat Asyifa dan ketiga saudaranya turut terjun dalam dunia menembak. Sebagai peserta termuda dengan usia 14 tahun, Asyifa terus menunjukkan kepiawaian menembaknya. Meski tidak mendapatkan emas, ia bangga telah mengalahkan petembak beberapa negara yang merupakan saingan terberatnya, termasuk Korea Selatan.
Perlombaan ini bukan yang pertama bagi Asyifa untuk berlaga pada tingkat internasional. Ia sudah beberapa kali mewakili Indonesia pada ajang internasional, seperti Piala Dunia Menembak 2023 yang mengantarkannya meraih perunggu pada nomor Air Pistol tim putri 10 m bersama Lily dan Arista.
Asyifa merasa tidak mengalami kendala sepanjang lomba, termasuk saat berduel dengan Nguyen pada babak final. Namun, ia masih harus mengontrol pikirannya agar tidak terlalu memikirkan hasil tembakan. Hal inilah yang kadang mengganggunya selama bersiap membidik.
"Biasanya, sebelum masuk jalur perlombaan, saya mengontrol emosi dulu untuk menenangkan diri. Kuncinya, harus percaya diri dan fokus dengan teknik yang sudah diajarkan,” tutur atlet asal Riau itu.
Selain sebagai ajang adu bakat, perlombaan bagi Asyifa menjadi momen belajar untuk meningkatkan prestasi. Ia pun memiliki target menjadi yang terbaik dan akan terus meningkatkan teknik menembaknya.
Ketua Umum PB Perbakin Joni Supriyanto, mengaku bangga dengan pencapaian para atletnya. Satu persatu target perolehan medali terpenuhi.
”Setelah ini, kami fokus ke Asian Games 2023 dan juga perebutan kuota Olimpiade untuk Olimpiade Paris 2024. Ada 16 kuota yang diperebutkan untuk Olimpiade Paris 2024. Saya berharap, semoga petembak Indonesia semakin mendapat dukungan yang luar biasa dan terus berkembang,” ucap Joni.