Dua Kali Gagal Raih Emas, Petembak Korea Selatan Sebut Indonesia Saingan Terberat
Indonesia kembali meraih emas di Piala Asia Senapan 2023. Pasangan Indonesia, Audrey/Afif, unggul di nomor tim campuran 10 m. Lawannya, petembak Korea Selatan, Choo Byoung-gil, menyebut Indonesia saingan terberat.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
Pasangan Indonesia, Audrey Zahra Dhiyaanisa/Afif Izzuddin (ketiga dan keempat dari kiri), menang 17-9 atas tim Korea Selatan, Hwa Gyeong-yang/Choo Byoung-gil (paling kiri), di putaran ke-13 perebutan emas nomor pertandingan tim campuran senapan angin 10 meter Piala Asia Senapan dan Pistol 2023 di Lapangan Tembak Senayan, Jakarta, Minggu (5/3/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Laga perebutan emas di nomor tim campuran senapan angin 10 meter Piala Asia Senapan dan Pistol 2023 menjadi momen kedua petembak Korea Selatan, Choo Byoung-gil, gagal merebut emas dari Indonesia. Dalam nomor ini, ia berpasangan dengan Hwa Gyeong-yang. Pasangan yang mendapat skor 625,9 di babak kualifikasi ini harus berpuas diri berada di posisi kedua setelah pasangan Indonesia.
Di babak final tim campuran senapan angin ini, Audrey Zahra Dhiyaanisa dan Izzuddin Afif menjadi wakil Indonesia mengungguli Choo/Hwa. Sempat tertinggal hingga putaran ketiga, akhirnya Audrey/Afif menutup kemenangan dengan skor 17-9 di putaran ke-13.
Final di hari ketiga turnamen ini bukan kali pertama Choo harus berduel melawan petembak Indonesia. Pada hari pertama, Jumat (3/3/2023), Choo juga hampir menang melawan petembak Indonesia Fathur Gustafian di final nomor senapan angin 10 meter putra. Namun, skor petembak andalan ”Merah Putih” ini lebih unggul dari Choo dan ia memastikan emas di tembakan terakhir dengan poin 17-15.
”Hari ini terjadi lagi. Saingan terberat saya saat ini memang atlet Indonesia,” ujar Choo seusai perlombaan, Minggu (5/3/2023).
Di putaran pertama dalam laga perebutan emas, Choo/Hwa sempat unggul. Kedua pasangan ini juga sempat mendapatkan poin yang sama pada putaran ketujuh. Namun, setelah itu, Indonesia terus unggul dan mengakhiri perlombaan sebagai pemenang.
Babak final berlangsung dalam 16 putaran. Setiap putaran, para atlet mendapat waktu 50 detik untuk membidik sasaran. Satu per satu peserta melepaskan tembakannya untuk menuju papan sasaran yang berjarak 10 meter. Di nomor ini, poin akumulasi tim yang unggul di setiap putaran akan memperoleh dua poin, sedangkan jika hasil tembakan bernilai sama, kedua pasangan berbagi angka 1-1.
Kejuaraan tingkat Asia ini mengantarkan Choo untuk kali pertama bertanding di Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, dirinya berlatih setiap hari untuk ajang ini. Meskipun harus puas berada di posisi kedua, tembakannya sempat mendapat poin sempurna, yakni 10,9 pada putaran ke 10. Penonton seketika berteriak dan bertepuk tangan mengakui kehebatan Choo.
”Ini kunjungan pertama saya ke Indonesia dan hasilnya secara pribadi kurang memuaskan. Saya ingin datang lagi dan menjadi yang terbaik,” ucap atlet yang pernah memenangi medali perunggu di tim campuran Piala Dunia Menembak 2021 di New Delhi, India, itu.
Kekalahan Choo dalam meraih emas tak lantas membuatnya patah semangat. Menurut dia, kalah bukan berarti tidak bisa. Kesempatan untuk mengukir prestasi inilah yang merupakan nilai utama baginya karena tidak semua orang memiliki kesempatan sama.
”Meskipun saya hanya bisa berada di posisi nomor dua, saya senang bisa bermain dengan orang-orang baik dan juga di lapangan tembak yang bagus,” ujar Choo.
Pelatih menembak Korea Selatan, Lee Kwon-do, mengatakan sudah mempersiapkan para atletnya jauh-jauh hari untuk mendapatkan penghargaan tertinggi di kejuaraan bergengsi tingkat Asia ini. Ia melatih para atlet tembak dari pukul 09.00 hingga 17.00 pada Senin sampai Jumat.
Ini kunjungan pertama saya ke Indonesia dan hasilnya secara pribadi kurang memuaskan. Saya ingin datang lagi dan menjadi yang terbaik.
Walaupun tidak berhasil mendapatkan penghargaan tertinggi, Lee mengatakan bangga dengan prestasi anak didiknya. Menurut dia, pencapaian atlet tembak Korea Selatan hingga saat ini sudah terbilang bagus dan memiliki mental juara.
Lee berharap, prestasi yang diraih tim Korea Selatan dapat memupuk kepercayaan diri semua atlet untuk menghadapi kejuaraan lain, termasuk Asian Games 2023 dan Olimpiade Paris 2024.
Pengalaman berharga
Dalam nomor tim campuran senapan angin ini, medali perunggu diraih oleh pasangan petembak Kuwait, Maryam Arzouqi/Ali Al Mutairi, dan pasangan Filipina, Amparo Teresa Acuna/Jayson Valdez. Ali/Maryam mengalahkan tim Maladewa yang diwakili Abdul Rahman Sharafiyya/Shifan Ibrahim dengan poin akhir 17-9.
Pengalaman menduduki peringkat ketiga ini sangat berharga bagi Ali Al Mutairi. Meski tak mendapat prestasi tertinggi, ia tetap merasa puas dengan hasil kerja kerasnya dan akan terus berlatih hingga berada di puncak. Selain itu, Ali pun mengakui bahwa atlet tembak Indonesia memang sangat berpotensi.
”Saya sangat senang bisa mengikuti perlombaan ini. Namun, saya tidak pernah menganggap seseorang sebagai saingan terberat saya. Bagi saya, seluruh atlet menembak merupakan saingan yang kuat karena mereka memiliki potensi yang luar biasa. Dalam menembak, saya hanya fokus membidik target. Menang atau kalah itu sudah jadi hal biasa,” kata Ali.
Tak hanya terkesan dengan kepiawaian atlet Indonesia, Ali juga terkesan dengan sikap masyarakat Indonesia yang ramah. Berada di Indonesia sejak Senin (27/2/2023) membuatnya merasa nyaman sepanjang mengikuti perlombaan.