All England menjadi sasaran utama skuad Indonesia dalam rangkaian turnamen bulu tangkis di Eropa sepanjang Maret. Demi target juara, sebagian besar atlet rela melewatkan Jerman Terbuka.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pebulu tangkis menata kok di sela-sela latihan menjelang turnamen All England 2023 di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (1/3/2023). Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) akan menurunkan 16 wakil yang akan bertarung dalam turnamen bulu tangkis tertua tersebut.
JAKARTA, KOMPAS - Hampir semua pebulu tangkis Indonesia melewatkan turnamen Jerman Terbuka untuk fokus ke All England 2023. Penyesuaian program itu dilakukan dengan tujuan yaitu meraih hasil terbaik di All England, turnamen BWF World Tour Super 1000 paling prestisius.
All England tahun ini, yang akan berlangsung di Arena Utilita Birmingham, Inggris, 14-19 Maret, menjadi salah satu dari rangkaian turnamen di Eropa sepanjang Maret. Dimulai dengan Jerman Terbuka Super 300 pada 7-12 Maret, turnamen berikutnya di Eropa adalah All England, Swiss Terbuka Super 300 (21-26 Maret), dan Spanyol Masters Super 300 (28 Maret-2 April).
Jerman Terbuka biasanya digunakan sebagai ajang pemanasan sebelum menjajaki persaingan yang lebih elite di Birmingham. Namun, hampir semua pebulu tangkis Indonesia tidak akan tampil di sana. Hanya ada dua wakil ”Merah-Putih” yang akan mengawali tur Eropa di Jerman. Mereka adalah ganda campuran yang diberangkatkan PB Djarum, yaitu Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja dan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti.
”Kondisi atlet lebih segar pada turnamen pertama. Mereka juga minta untuk langsung main di All England,” kata Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra Indonesia, di Jakarta, Kamis (2/3/2023), mengenai program tidak mengirim pemain ke Jerman.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pebulu tangkis tunggal putra, Anthony Sinisuka Ginting, berlatih penguatan otot menjelang turnamen All England 2023 di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (1/3/2023).
Salah satu yang dijadikan patokan Herry adalah performa dan hasil yang didapat ganda putra nomor satu dunia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, pada tiga turnamen beruntun awal 2023. Capaian mereka pada turnamen kedua dan ketiga tidaklah sebaik seperti ajang pada pekan pertama. Fajar/Rian menjuarai Malaysia Terbuka Super 1000 pada pekan pertama, menjadi semifinalis India Terbuka Super 750, lalu dihentikan Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (China) pada perempat final Indonesia Masters Super 500.
Rian pun berharap bisa mendapatkan hasil terbaik di All England. Saat ini, fokus persiapannya bersama Fajar langsung tertuju pada turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu. ”Tak masalah tidak main di Jerman dulu. Yang penting bisa bersiap dengan maksimal di sini, termasuk untuk hal nonteknis seperti penggunaan kok. Turnamen di Eropa biasanya memakai kok yang agak berat. Jadi, kami pun harus siap dengan tenaga yang lebih kencang,” tutur Rian seusai latihan di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta, Rabu (1/3).
Sejak menjalani debut di All England pada 2017, Fajar/Rian lima kali bersaing di sana. Hasil terbaik mereka adalah semifinal pada 2019 sebelum dikalahkan Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Malaysia). Pada 2022, langkah dua kali semifinalis Kejuaraan Dunia itu langsung dihentikan ”adik” mereka di pelatnas, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
Kami memang juara bertahan, tetapi tidak akan terbebani status itu. Main di setiap turnamen harus berusaha maksimal, tidak hanya di All England. (M Shohibul Fikri)
Atlet tunggal putra, Jonatan Christie, juga memilih langsung tampil di All England setelah berdiskusi dengan pelatih Irwansyah. ”Bermain di Jerman Terbuka sebelum All England tidak memberikan dampak signifikan ke performa,” kata Jonatan yang memperoleh hasil terbaiknya di All England pada 2022 lalu, yaitu mencapai perempat final.
Pemain peringkat kedua itu membawa bekal gelar juara Indonesia Masters Super 500. Ia berharap gelar itu bisa berpengaruh positif pada performanya di Birmingham. Jonatan, yang ditempatkan sebagai unggulan kedua, akan melawan Weng Hong Yang (China) pada babak pertama. Jika menang, ia akan bertemu Liew Daren atau Chico Aura Dwi Wardoyo di babak kedua.
Tidak ada beban
Ganda putra lainnya, Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, akan menjalani tantangan bermain sebagai juara bertahan setelah menjuarai All England 2022 dalam debut pada ajang itu. Mereka membuat kejutan dengan menaklukkan pemain-pemain elite, di antaranya Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang) serta dua pasangan senior Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, sejak perempat final hingga final.
”Kami memang juara bertahan, tetapi tidak akan terbebani status itu. Main di setiap turnamen harus berusaha maksimal, tidak hanya di All England,” ujar Fikri.
Ganda Indonesia peringkat ke-12 dunia itu akan menghadapi Kim Gi-jung/Kim Sa-rang (Korea Selatan) pada babak pertama. Bagas/Fikri juga berpeluang bertemu unggulan kedelapan, Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia), atau peraih emas Olimpiade Tokyo 2020, Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan), pada babak kedua.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Pebulu tangkis tunggal putra, Jonatan Christie, berlatih menjelang turnamen All England 2023 di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (1/3/2023).
Setelah menjuarai All England 2022, Bagas/Fikri kesulitan mempertahankan performanya seperti di Birmingham. Dari 15 turnamen 2022 setelah itu, hasil terbaik mereka adalah semifinal Korea Terbuka Super 500 dan perempat final Perancis Terbuka Super 750. ”Hasil menjelang akhir tahun memang tidak begitu bagus, tetapi penampilan pada awal 2023 ini lumayan. Semoga bisa lebih baik di All England,” ujar Fikri.
Selain hasil perempat final Indonesia Masters Super 500 dan semifinal Thailand Masters Super 300 pada tahun ini, ada hal lainnya yang membuat Fikri termotivasi mendapat hasil lebih baik, yaitu prestasi rekan seangkatannya. Bagas/Fikri adalah salah satu dari tiga ganda putra pelapis barisan senior mereka, yaitu selain Leo/Daniel dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Tahun ini, Leo/Daniel menjuarai dua turnamen secara beruntun, yaitu Indonesia dan Thailand Masters.
”Gelar juara yang didapat salah satu pasangan jadi motivasi untuk (ganda) yang lain. Kami bersaing dengan cara positif. Saya pun bersyukur mempunyai senior-senior top dunia sebagai teman latihan,” kata Fikri kemudian. (z03)