Sinyal penurunan performa Manchester City terlihat di dua laga terakhir. ”The Citizens” terlalu mudah membuang peluang sehingga dijauhi kemenangan, termasuk saat menghadapi Leipzig di babak 16 besar Liga Champions Eropa.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LEIPZIG, KAMIS — Hasil imbang 1-1 pada duel pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa kontra RB Leipzig, Kamis (23/2/2023) dini hari WIB, di Arena Red Bull, Jerman, menjadi tanda bahaya bagi Manchester City. Ketajaman skuad ”The Citizens” menurun drastis pada awal 2023, salah satunya disebabkan anjloknya performa penyerang utama, Erling Haaland.
Dalam kurun waktu empat hari, City telah memperlihatkan situasi yang memprihatinkan karena hanya bisa mencetak satu gol, masing-masing. ketika menghadapi Nottingham Forest dan RB Leipzig. Padahal, Ruben Dias dan kawan-kawan sejatinya amat dominan dalam dua laga itu karena mencatatkan penguasaan bola lebih dari 62 persen.
Namun, parade serangan The Citizens gagal menaklukkan pertahanan lawan lebih dari satu kali akibat efektivitas tembakan yang memburuk. Pada dua laga itu, akurasi tembakan mengarah ke gawang City rerata hanya 26,4 persen. Angka itu jauh menurun dibandingkan dengan rerata 34 persen tembakan tepat sasaran dari total tembakan City pada musim ini.
Penampilan yang kurang maksimal City itu adalah buah dari penampilan menurun mereka sejak memasuki tahun 2023. Apabila dirunut dari sembilan laga yang berasal dari dua kompetisi utama, yaitu Liga Inggris dan Liga Champions, pada awal tahun ini, City mencatatkan statistik gol yang diekspektasikan (xG) sebesar 2,02 gol per laga. Akan tetapi, mereka hanya bisa mencetak rerata 1,8 gol per laga.
Jumlah itu menunjukkan penurunan pesat dari ketajaman sang juara bertahan Liga Inggris itu dibandingkan dengan 22 laga sebelumnya di dua kompetisi tersebut pada kurun waktu September hingga Desember 2022. Dalam periode waktu itu, City menghasilkan 2,63 gol per gim. Angka itu melebihi statistik xG mereka yang berada di angka 2,15 gol per laga.
Gelandang City, Ilkay Guendogan, mengakui, ketajaman skuadnya harus diperbaiki untuk bisa kembali ke tren kemenangan. Menurut pemain berpaspor Jerman itu, City telah gagal meraih hasil positif di dua laga terakhir karena terlalu mudah menyia-nyiakan peluang.
”Kami memiliki peluang lebih baik selama 90 menit. Seharusnya kami mencetak lebih banyak gol untuk menutup laga sebelum jeda. Kami senang dengan penampilan keseluruhan, tetapi tidak dengan hasil akhir,” kata Guendogan seusai laga versus Leipzig dilansir Sky Sports.
Faktor Haaland
Memburuknya performa City tidak lepas juga disebabkan penurunan keganasan strikernya, Erling Haaland. Setelah sempat tampil tak terbendung di paruh pertama musim ini, penyerang asal Norwegia itu seperti telah kehabisan energi memasuki periode krusial di awal 2023.
Sebagai gambaran, Haaland mencetak 26 gol dari 20 laga di Liga Inggris dan Liga Champions pada awal musim ini. Ia hanya membutuhkan rata-rata 56 menit untuk mencetak sebuah gol. Namun, setelah pergantian tahun, ketajaman Haaland mulai memudar. Ia baru mencetak lima gol dari sembilan penampilan. Ujung tombak berambut pirang itu kini membutuhkan 147 menit untuk mencatatkan namanya di papan skor.
Pada dua laga terakhir, Haaland dipercaya bermain penuh oleh Manajer City Pep Guardiola. Namun, ia gagal mengonversi peluang menjadi gol dan keluar dari kawalan bek-bek lawan. Ia hanya mencetak satu tembakan di Arena Red Bull akibat tidak mampu lepas dari penjagaan bek Leipzig, Josko Gvardiol. Sebaliknya, Gvardiol justru menggagalkan kemenangan City melalui gol sundulan pada menit ke-70. The Citizens unggul lebih dulu melalui sepakan Riyad Mahrez ketika laga baru berjalan 27 menit.
Di Liga Inggris musim ini, City memang menjadi salah satu tim yang paling minim dalam memanfaatkan bola mati. Sebab, hanya 15 persen gol The Citizens tercipta dari bola mati. Itu setara dengan sembilan gol dari total 60 gol yang telah dicetak City dalam 24 pertandingan.
Rio Ferdinand, mantan pemain Liga Champions, menilai, performa Haaland itu tidak sekadar disebabkan penurunan aksi individunya. Ferdinand menganggap para pemain tengah City harus lebih baik mengkreasikan peluang untuk Haaland. ”Haaland penyerang yang sangat berbahaya ketika berada di kotak penalti lawan. Namun, ia butuh rekan setimnya menciptakan kesempatan untuk dirinya,” ucap Ferdinand di BT Sport.
Padahal, Arena Red Bull adalah salah satu tempat favorit Haaland untuk mencetak gol. Ia menghasilkan empat gol dari dua kali pernampilannya di markas Leipzig ketika masih berseragam Borussia Dortmund.
Bola mati
Disinggung terkait efektivitas serangan timnya yang memburuk di dua laga terakhir, Guardiola meminta skuadnya untuk bisa memanfaatkan peluang dari semua kondisi pertandingan, terutama pada situasi bola mati.
City mendapatkan empat peluang sepak pojok. Sementara Leipzig, yang hanya mencatatkan dua tendangan sudut, bisa menghasilkan satu gol dari peluang itu. Selain itu, City juga memiliki kesempatan melalui 12 tendangan bebas. ”Lewat peluang bola mati, kami seharusnya bisa mencetak dua atau tiga gol,” kata Guardiola yang menuntut timnya tampil lebih baik pada laga kedua di Stadion Etihad, 15 Maret mendatang.
Di Liga Inggris musim ini, City memang menjadi salah satu tim yang paling minim dalam memanfaatkan bola mati. Sebab, hanya 15 persen gol The Citizens tercipta dari bola mati. Itu setara dengan sembilan gol dari total 60 gol yang telah dicetak City dalam 24 pertandingan.
Sementara Leipzig mulai memahami kelemahan City ketika tampil lebih baik di babak kedua. Menurut Xaver Schlager, gelandang Leipzig, timnya mampu bangkit setelah turun minum karena mampu mengambil keputusan kolektif yang tepat ketika menguasai bola. ”Kami telah melihat kerapuhan mereka. Pemain City juga tidak suka ketika kami melakukan duel fisik terhadap mereka,” ucap Schlager, seperti dikutip Kicker.