Manchester City gagal memanfaatkan dominasi pada babak pertama sehingga harus puas bermain seri 1-1 kontra RB Leizpig. City belum bisa keluar dari jebakan hasil imbang pada tiga laga tandang Liga Champions.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
LEIPZIG, KAMIS – Manchester City kembali dirugikan oleh perangkap pikiran rumit sang manajer, Pep Guardiola, yang selalu hadir di fase gugur Liga Champions. Jika di musim-musim sebelumnya Guardiola gemar melakukan eksperimen taktik, kini ia terlalu takut melakukan pergantian pemain ketika City ditahan 1-1 oleh RB Leipzig pada babak 16 besar, Kamis (23/2/2023) dini hari WIB, di Arena Red Bull, Leipzig, Jerman.
Tampil tanpa Kevin De Bruyne dan Aymeric Laporte yang menderita sakit, lalu kehilangan John Stones yang masih berkutat dengan cedera hamstring membuat pilihan Guardiola menipis. Meski begitu, juru taktik asal Spanyol itu tetap memainkan formasi 3-2-4-1 yang menjadi favoritnya di awal tahun ini.
Kehilangan dua bek tengah membuat Gardiola memainkan tiga bek tengah tersisa di timnya, yaitu Ruben Dias, Nathan Ake, dan Manuel Akanji, sejak menit awal. Peran De Bruyne sebagai kreator serangan ditempati Riyad Mahrez, sehingga Kyle Walker mengisi sisi luar kanan lini serang City.
Taktik itu berjalan sesuai rencana Guardiola di babak pertama. Koleksi 74 persen milik City berbanding 26 persen milik tim tuan rumah mempertegas dominasi City atas duta Jerman itu. Selain itu, City juga menciptakan enam tembakan dan Leipzig hanya bisa menciptakan satu tembakan.
Di babak kedua, Leipzig tampil jauh lebih efektif dibandingkan City. Meski tetap membiarkan City menguasai bola lebih banyak, Leipzig bisa menciptakan lima tembakan. Adapun The Citizens hanya menghasilkan dua tembakan.
Kegagalan tampil baik pada babak kedua tidak membuat Guardiola melakukan pergantian pemain. Erling Haaland yang gagal keluar dari penjagaan bek Leipzig, Josko Gvardiol, tetap dipertahankan Guardiola di atas lapangan selama 90 menit. Pada laga itu, Haaland hanya melakukan satu tembakan yang melebar pada menit ke-68.
Padahal, Guardiola masih memiliki Julian Alvarez yang bisa menjadi pengganti Haaland. Alvarez pun telah berpengalaman berhadapan dengan Gvardiol ketika Argentina jumpa Kroasia di babak semifinal Piala Dunia 2022 lalu.
Di sisi lain, Guardiola juga tidak memanfaatkan kedalaman skuad City yang masih memiliki dua gelandang serang, Phil Foden dan Cole Palmer, di bangku cadangan. Keduanya juga bisa menjadi alternatif bagi Jack Grealish dan Walker yang gagal membantu kreasi serangan di babak kedua.
Guardiola berkilah dirinya puas dengan permainan 11 pemain yang diturunkannya di Arena Red Bull. Menurut dia, hasil imbang adalah skor yang positif bagi timnya dan modal baik untuk gantian menjamu Leipzig di Stadion Etihad, 15 Maret mendatang.
“Saya senang dengan penampilan pemain pada pertandingan ini, bukan hanya pada babak pertama. Jika orang-orang berekspektasi kami menang 4-0 di sini, saya meminta maaf kami tidak bisa melakukan itu,” ujar Guardiola dilansir Sky Sports.
Kepuasan Guardiola itu tidak lepas dari bayangan kekalahan 1-2 yang membayangi skuadnya pada duel musim lalu di Arena Red Bull. Pertemuan itu terjadi pada laga pamungkas fase grup.
Meski begitu, imbang di Leipzig, memperpanjang paceklik kemenangan The Citizens pada laga tandang Liga Champion musim ini menjadi tiga gim. City pun gagal menang untuk pertama kali pada laga pertama babak 16 besar Liga Champions di era Guardiola.
Saya senang dengan penampilan pemain pada pertandingan ini, bukan hanya pada babak pertama.
“Kami tidak mengalami kemajuan di babak kedua, tetapi tim tampil membaik pada 20 menit akhir,” lanjut Guardiola menilai performa 11 pemain yang ditampilkannya di Arena Red Bull.
Shaun Wright-Phillips, bekas gelandang City, memahami keraguan Guardiola yang tidak melakukan pergantian pemain. “Memasukkan pemain baru mungkin akan menghilangkan ritme permainan dan pertahanan mereka,” tuturnya kepada BT Sport.
Bak “roller coaster”
Meski lebih diunggulkan untuk melaju ke perempat final, performa City ibarat sebuah roller coaster pada duel pertama kontra Leipzig. Mereka tampil amat dominan pada babak pertama, tetapi gagal mengkreasikan peluang berbahaya setelah turun minum.
Pada babak pertama, City seperti mengajarkan Leipzig cara menerapkan sepak bola penguasaan bola yang dominan. Puncak kewalahan Leipzig mengatasi permainan menekan City terlihat ketika dua gelandang jangkar, Xaver Schlager dan Konrad Laimer, kehilangan penguasaan bola pada menit ke-27.
Itu menjadi awal dari gol City yang dicetak Riyad Mahrez. Pemain asal Aljazair itu selalu mencetak gol ke gawang Leipzig pada tiga pertemuan beruntun.
Adapun Leipzig hanya sempat menguasai bola selama 26 persen dari durasi laga di paruh pertama laga. Mereka pun hanya mencatatkan sebuah tembakan di menit terakhir perpanjangan waktu melalui sepakan penyerang sayap, Timo Werner.
“Kami kehilangan bola pertama dan kedua di babak pertama. Kami tidak menampilkan level permainan Liga Champions sebelum turun minum,” kata Pelatih Leipzig Marco Rose dilansir laman UEFA.
Pada babak kedua, performa City anjlok. Kondisi itu dimanfaatkan dengan baik oleh Leipzig untuk lebih banyak melakukan serangan, termasuk dengan menciptakan lima tembakan.
Kelengahan City membantu Leipzig menyamakan skor melalui sundulan Gvardiol di menit ke-70. Gol itu menunjukkan kelengahan permainan bertahan City.
Leipzig menghadirkan gemuruh di tribune stadion akibat keterlambatan Mahrez menutup ruang Marcel Halstenberg untuk memberikan umpan. Di kotak penalti, Ruben Dias, kalah adu udara dengan Gvardiol. Pemandangan itu serupa ketika Dias kalah duel udara dengan penyerang Maroko, Youssef En-Nesyri, di babak perempat final Piala Dunia 2022.
“Dua babak yang sangat berbeda. Pada babak kedua, kami tampil lebih baik dengan bola, memenangkan kembali bola, dan memainkan cara bermain yang kami siapkan dengan baik,” ucap Rose. (AFP)