Sorak-sorai penonton menjadi pengalaman berharga bagi pebulu tangkis pratama Indonesia, seperti Jafar dan Aisyah. Mereka belum berekspetasi juara, tetapi ingin lebih mengasah mental di "rumah" bulu tangkis Indonesia itu.
Oleh
Stephanus Aranditio
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Atmosfer Istora Senayan saat turnamen Daihatsu Indonesia Masters 2023 menjadi pengalaman berharga bagi para pebulu tangkis pratama Indonesia. Sorak-sorai penonton di "rumah" bulu tangkis Indonesia itu menjadi momentum bagi para pebulu tangkis muda untuk mengasah mental bertanding.
Hal itu antara lain dialami ganda campuran Indonesia, Jafar Hidayatullah/Aisyah Salsabila Putri Pranata, yang mengaku gugup ketika melewati lorong menuju ke dalam Istora Senayan. Wajah mereka tampak tegang sambil merapalkan doa di mulutnya. Ketika namanya dipanggil, mereka langsung berjalan tegap memasuki lapangan dua diiringi gemuruh penonton yang meneriakkan yel-yel Indonesia.
Jafar/Aisyah hari itu melakoni pertandingan babak kualifikasi babak pertama melawan ganda campuran India, Reddy B. Sumeeth/Ashwini Ponnappa. Gim pertama berlangsung alot hingga deuce. Beberapa kali Jafar salah perhitungan sehingga kok gagal menyebrang, namun sekor tetap berakhir dengan kemenangan 22-20.
Pada gim kedua, dua pemain yang masih berusia 20 tahun itu mulai mampu beradaptasi dengan atmosfer Istora. Mereka berhasil menyelesaikan gim kedua, 21-17, sekaligus menutup pertandingan yang berjalan selama 35 menit. Laga itu menjadi kemenangan pertama mereka di turnamen BWF Super 500.
"Tadi agak ragu sedikit mainnya. Kurang lepas karena baru pertama kali main di Super 500. Jadi, agak tegang ditonton banyak orang. Pelatih cuma bilang dari belakang untuk fokus saja tidak perlu memikirkan apa-apa," kata Jafar.
Mereka mengaku tidak memasang target tinggi pada ajang Indonesia Masters 2023 karena hanya ingin mencari pengalaman bertanding. Terlebih, lawannya, Reddy/Ashwini, saat ini berada di ranking ke-78 dunia, sedangkan Jafar/Aisyah ranking 82 dunia.
Tadi agak ragu sedikit mainnya. Kurang lepas karena baru pertama kali main di Super 500. Jadi, agak tegang ditonton banyak orang. (Jafar Hidayatullah)
Pengalaman serupa juga dirasakan ganda putri, Ridya Aulia Fatasya/Kelly Larissa. Meski kalah, mereka tidak akan melupakan pengalaman bermain di hadapan puluhan ribu pecinta bulu tangkis tanah air. Dalam babak pertama kualifikasi, mereka dikalahkan oleh ganda putri Indonesia lainnya, Meilysa Trias Puspita Sari/Rachel Allessya Rose, 16-21, 10-21.
"Ini mungkin pertama kali jadi belum terbiasa. Jadi, mainnya agak kurang maksimal. Euforia suporter dan gedungnya lebih ramai. Jadi semangat, tetapi tegang juga. Semoga selanjutnya lebih berani ," kata Ridya.
Mereka pun pulang tanpa beban karena tidak berekspektasi muluk-muluk pada Indonesia Masters kali ini. Dengan berbekal mengasah mental dari Istora itu, Ridya/Kelly langsung menatap turnamen selanjutnya, yakni Iran International Challenge 2023 pada 31 Januari sampai 4 Februari mendatang.
Turnamen Indonesia Masters 2023 diikuti 277 pebulu tangkis dari 23 negara. Mereka akan memperebutkan uang hadiah total sebesar 420.000 dollar AS atau sekitar Rp 6,5 miliar. Indonesia menurunkan 39 pebulu tangkis, termasuk para pemain pratama yang mengikuti babak kualifikasi.