Tubuh Rafael Nadal telah berkali-kali ”menjerit” karena cedera. Hal itu terjadi juga pada babak kedua Grand Slam Australia Terbuka hingga dia tersingkir. Kelanjutan karier Nadal pun menjadi misteri.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Rafael Nadal semakin sering mendapat pertanyaan rencana pensiun dan dia selalu merespons dengan jawaban yang sama, yaitu belum berpikir akan meninggalkan dunia tenis, yang menjadi hidupnya, dalam waktu dekat. Namun, pertanyaan itu semakin relevan ketika cedera pinggul dialami saat menjalani babak kedua Grand Slam Australia Terbuka.
Cedera pada pinggul kiri, yang membuat Nadal berjongkok dan meringis kesakitan saat set kedua melawan MacKenzie McDonald di Rod Laver Arena, Melbourne Park, Australia, Rabu (18/1/2023), membuat keluarga dan tim pelatihnya tertunduk lesu di tribune. Istri Nadal, Maria Francisca Perello, bahkan menangis melihat suaminya yang kemudian menjalani perawatan di luar lapangan.
Setelah kehilangan dua set, komentator pertandingan untuk kanal pemegang hak siar turnamen di Asia, Mark Petsche, menebak-nebak apa yang akan dilakukan Nadal. Muncul komentar yang menerka bahwa Nadal tak akan menyelesaikan pertandingan.
Di ruang ganti pemain, petenis yang menanti giliran tampil bersama para pelatih mereka menaruh perhatian pada momen itu melalui televisi. Adapun Nadal, yang berada di kursi pinggir lapangan, hanya bisa terdiam dengan tatapan kosong.
Pada momen itu, pikirannya berkecamuk antara mengundurkan diri atau menyelesaikan pertandingan. Dia akhirnya memutuskan tetap bertanding meski dengan intensitas pukulan dan gerakan yang jauh di bawah kemampuan terbaiknya.
Padahal, sebelum tampil di Australia Terbuka, dia sudah mengubah gaya saat akan servis. Bola dilemparkan ke atas tidak terlalu tinggi. Hal ini dilakukan karena cedera otot perut yang membuatnya batal tampil melawan Nick Kyrgios pada semifinal Wimbledon 2022.
Sepanjang tampil pada babak ketiga melawan McDonald, ekspresi Nadal begitu datar. Tak ada teriakan ”vamos!” sambil mengepalkan tangan yang menjadi ciri khasnya saat membuat winner dari pukulan sulit. Dia sangat kesulitan saat melakukan backhand dan tak bisa berlari untuk mengejar bola. Nadal akhirnya tak bisa mempertahankan gelar juara karena kalah 4-6, 4-6, 5-7.
”Sebagai juara bertahan, saya tak ingin meninggalkan lapangan dengan tidak menyelesaikan pertandingan. Saya mengikuti filosofi dalam olahraga sepanjang karier, yaitu harus mencoba sebaik mungkin hingga selesai, seberapa pun peluang yang dimiliki. Dan rasanya lebih baik mengakhiri pertandingan seperti tadi, tentu saja sambil berusaha menghindari cedera yang lebih parah,” komentar Nadal yang memberi selamat pada McDonald.
Nadal menjelaskan itu dalam konferensi pers yang dihadirinya 45 menit setelah pertandingan. Dia berjalan secara perlahan seperti ketika meninggalkan Rod Laver Arena yang diiringi tepuk tangan sambil berdiri dari penonton. ”Kita tidak tahu, apakah ini akan menjadi Australia Terbuka yang terakhir bagi Nadal. Semoga saja dia akan kembali tahun depan,” ujar Petsche.
Wacana Nadal akan segera pensiun tak hanya muncul saat ini. Deraan cedera pada bagian tubuh berbeda, dalam hampir setiap musim kompetisi, membuat perjalanan kariernya selalu menjadi bahan pertanyaan. Di Melbourne Park, Nadal pernah mundur saat melawan Andy Murray pada perempat final 2010 karena cedera lutut kanan.
Sebagai juara bertahan, saya tak ingin meninggalkan lapangan dengan tidak menyelesaikan pertandingan. Saya mengikuti filosofi dalam olahraga sepanjang karier, yaitu harus mencoba sebaik mungkin hingga selesai, seberapa pun peluang yang dimiliki.
Enam tahun kemudian, dia batal tampil pada babak ketiga Perancis Terbuka karena cedera pergelangan tangan kiri. Tubuh Nadal pun berkali-kali tak bisa bertahan hingga akhir musim kompetisi.
Selain cedera bawaan pada telapak kaki kiri, akibat pertumbuhan tulang yang terlambat, gaya bermain eksplosif membuat tubuhnya rentan cedera. Bagai banteng, yang menjadi logonya, Nadal selalu berlari dengan kecepatan tinggi untuk mengejar bola. Oleh petenis lain, Nadal dikenal sebagai lawan yang paling kompetitif, termasuk ketika sudah berusia 36 tahun pada saat ini.
Wacana bahwa pemilik 22 gelar Grand Slam ini akan segera pensiun muncul kembali menjelang Australia Terbuka 2023. Apalagi, ketika petenis Jerman, Alexander Zverev, mengemukakan bahwa Nadal akan pensiun setelah Perancis Terbuka, 28 Mei-11 Juni.
Namun, dalam wawancara dengan Eurosport, Nadal menyanggah komentar Zverev. ”Saya memang punya hubungan baik dengan Zverev, tetapi tidak cukup dekat untuk bercerita tentang itu. Saya belum memikirkan pensiun. Saya selalu mendapat pertanyaan itu setiap konferensi pers dan saya akan merespons dengan jawaban yang sama,” katanya.
Mentalnya hancur
Nadal memang selalu mengemukakan pola pikirnya yang positif, termasuk ketika cedera. Berulang kali pula dia mengatakan telah terbiasa berada dalam situasi tersebut hingga tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa kompetitif kembali.
Akan tetapi, komentarnya di Melbourne Park kali ini berbeda. Dia mengatakan, mentalnya hancur.
”Terkadang, saya frustrasi, lelah, dan sulit menerima kondisi seperti ini. Saya tak bisa bohong untuk mengatakan bahwa saya akan tetap berpikir positif dan berjuang, tidak untuk hari ini. Ini adalah momen dan hari yang berat,” tuturnya.
Meski masih berusaha mengurangi sedikit kekecewaan dengan berharap cederanya tak parah, tubuhnya menjerit dan memberi sinyal pada level berbeda. Apalagi, dia akan berusia 37 tahun pada Juni nanti.
Tubuh Nadal bagaikan mobil balap yang telah rusak di berbagai bagian, tetapi masih dipaksa berlomba pada level tinggi. Maka, akan tiba waktunya ketika mobil itu tak bisa digunakan lagi. Akan ada saatnya tubuh Nadal tak bisa dipaksakan lagi untuk mengimbangi motivasi dan rasa kompetitifnya.
Untuk hal ini, hanya Nadal yang mengetahuinya. Apakah dia akan bertahan demi bisa tampil di lapangan tanah liat Roland Garros yang telah memberinya 14 gelar juara? Masih ada waktu sekitar empat bulan untuk tahu jawabannya. (AFP)