Kompas akan menyelenggarakan turnamen CEO Golf Hub sebagai penutup rangkaian kegiatan Kompas100 CEO Forum ke-13. Harapannya, turnamen golf ini dapat mempertemukan para pemimpin perusahaan dengan pegolf profesional.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Untuk ikut mengembangkan dunia golf Indonesia, Harian Kompas menggelar turnamen CEO Golf Hub pada Rabu (26/1/2023) di Damai Indah Golf, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. Turnamen itu dapat menjadi pintu gerbang untuk mempertemukan para pemain golf profesional dengan pemimpin-pemimpin perusahaan sehingga mereka dapat bekerja sama memajukan industri golf dalam negeri.
"Kami melihat antusiasme yang cukup tinggi dari pegolf amatir dan profesional. Harapan kami antusiasme itu bisa ditangkap pelaku usaha," ujar Wakil Direktur Bisnis Harian Kompas Novi Eastyanto, dalam konferensi pers Kompas100 CEO Forum, yang didukung East Ventures, di Menara Kompas, Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Novi berharap, Kompas dapat menjadi medium bagi para pemimpin perusahaan yang terlibat agar mau berkolaborasi dengan pegolf profesional Indonesia. Kegiatan itu membuka peluang bagi para pemimpin perusahaan untuk ikut menggelar atau mensponsori banyak turnamen golf yang lain agar lebih banyak kompetisi yang dapat diikuti pegolf tanah air.
Andri Sena, organizer CEO Golf Hub mengatakan, turnamen yang bersifat Pro-Amp itu akan diikuti oleh 22 pegolf profesional papan atas nasional dan 128 pegolf amatir, termasuk para CEO perusahaan ternama nasional. Dalam turnamen satu hari itu, para pegolf dapat merasakan sensasi bersaing dengan pegolf profesional.
Apalagi disediakan hadiah total Rp 69 juta dan ditambah dua unit mobil bagi yang bisa mencetak hole in one. Selain bersaing, para pegolf itu diharapkan dapat berinteraksi untuk memperluas jejaring bisnis dan menciptakan simbiosis antara pengusaha dan atlet profesional.
Simbiosis mutualisme bisa terjadi kala CEO terdorong menjadi sponsor turnamen dan sponsor pribadi atlet. Atlet yang mendapat sponsor juga terpacu mengukir prestasi.
Pegolf Naraajie Emerald Ramadhan Putra yang menempati posisi tiga Asian Development Tour (ADT) musim 2022 mengatakan, dirinya dimatangkan oleh berbagai kompetisi sejak amatir sampai pindah ke profesional. Jika Indonesia menggelar lebih banyak turnamen, akan lebih banyak pegolf berkualitas yang akan muncul.
Di sisi lain, pegolf profesional juga memerlukan sponsor untuk pribadi agar dapat mengikuti berbagai turnamen di luar negeri. Naraajie yang dua bulan lalu memenangi turnamen ADT di Arab Saudi mengatakan, dalam seminggu, dia menghabiskan Rp 30-40 juta di Saudi. Jumlah itu bisa tertutup jika menjuarai turnamen. Namun, tidak setiap turnamen bisa dijuarai karena ketatnya persaingan. Dengan demikian, sponsor bagi pegolf diperlukan agar mereka bisa terus berlomba saat kondisi menurun.
Menurut pemain golf profesional, Benny Kasiadi, setidaknya ada dua masalah utama yang melatarbelakangi terhambatnya perkembangan golf di Indonesia. Pertama, kurangnya publikasi media terhadap golf Indonesia. Kedua, kurangnya dukungan pemerintah.
Tanpa publikasi media yang memadai, pegolf sulit untuk mendapat sponsor pribadi. Sponsor turnamen juga sulit didapat sehingga jumlah turnamen yang digelar tidak cukup banyak untuk mencetak pegolf yang andal.
“Dari pengalaman saya sebagai pemain, kami didukung pemerintah saat masuk pemusatan latihan nasional (pelatnas). Setelah itu, kami mandiri. Tidak ada lagi dukungan apapun,” ujar Benny yang pernah menjadi pegolf nomor satu di Indonesia pada 2015.
Kompas dapat menjadi medium bagi para pemimpin perusahaan yang terlibat agar mau berkolaborasi dengan pegolf profesional Indonesia.
Hal senada juga diutarakan pegolf profesional Rinaldi Adiyandono. Para pegolf professional Indonesia sulit mendapat sponsor karena kurangnya publikasi. Belum lagi pamor olahraga ini yang kalah dibanding cabang lainnya, seperti sepak bola.
“Jadi dari dulu sudah merasa dianaktirikan juga, cuma kita terus jalani saja karena kita suka dengan olahraga itu (golf),” kata Rinaldi.