Real Madrid memasuki periode paling menantang musim ini. Kekalahan dari Barcelona di final Piala Super Spanyol menjadi penentu ke mana tim akan bergerak hingga akhir musim.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
RIYADH, SENIN — Piala Super Spanyol memang tidak lebih bergengsi dibandingkan dengan trofi juara Liga Spanyol, apalagi Liga Champions Eropa. Akan tetapi, Piala Super Spanyol bisa menjadi jalan persimpangan Real Madrid hingga akhir musim ini.
Kekalahan 1-3 dari rival abadi, Barcelona, di final Piala Super Spanyol menjadi alarm bahaya. Publik tergoda menebak bagaimana pelatih Carlo Ancelotti akan mengarahkan Real setelah kekalahan menyakitkan tersebut.
Ancelotti secara terang-terangan menyebut Piala Super Spanyol tetaplah penting kendati tidak lebih bergengsi dibandingkan turnamen lain yang Real Madrid ikuti musim ini. Ia menepis tudingan bahwa para pemainnya tidak termotivasi bertarung di Piala Super Spanyol karena sudah memenangi banyak gelar yang jauh lebih penting.
Bagi Ancelotti, memenangi trofi Piala Super Spanyol teramat menentukan bandul pergerakan tim hingga akhir musim ini. Meraih hasil bagus di turnamen ini akan ”memancing” kesuksesan atau trofi lainnya.
Selain itu, kesuksesan di Piala Super Spanyol kali ini juga akan membuat Real menyamai prestasi Barca yang telah 13 kali juara. Adapun Real baru 12 kali juara. Target itu tidak mampu dipenuhi Ancelotti sehingga harus rela menyaksikan Barca meraih gelar Piala Super Spanyol ke-14.
”Kekalahan ini sulit diterima para pemain karena kami terbiasa menang di final, dan sekarang kami kalah. Namun, kami punya sesuatu yang harus ditingkatkan untuk terus bersaing dan menjadi lebih baik. Saya yakin Real Madrid akan kembali,” kata Ancelotti, setelah pertandingan yang berlangsung di Stadion Internasional King Fadh, Arab Saudi, Senin (16/1/2023) dini hari WIB.
Ancelotti mengakui Real sedang dalam tren buruk belakangan ini. Namun, ia menolak jika Real disebut berada dalam momen kritis. Menurut dia, momen buruk yang dialami Madrid adalah sesuatu yang biasa terjadi sekejap dalam satu musim.
”Masih banyak pertandingan untuk dimainkan, masih banyak gelar untuk dimenangi, kami akan mencoba dan bertarung sampai akhir. Di olahraga, terkadang Anda kalah, tetapi juga pernah menang,” katanya.
Di sisi lain, gelandang Madrid Federico Valverde mengatakan, timnya tidak tampil maksimal melawan Barca. Menurut pemain tim nasional Uruguay itu, untuk menjadi juara, seorang pesepak bola harus memberikan 100 persen dalam setiap pertandingan.
Kekalahan ini sulit diterima para pemain karena kami terbiasa menang di final, dan sekarang kami kalah. Namun, kami punya sesuatu yang harus ditingkatkan untuk terus bersaing dan menjadi lebih baik.
”Kami hanya memberikan 90 persen atau 80 persen. Dalam pertandingan sepenting ini melawan lawan seperti itu (Barcelona), itu adalah sesuatu yang tidak boleh kami lakukan. Sekarang kami semua harus bangkit dan bergerak maju,” katanya.
Krisis lini pertahanan
Ketiga gol Barca yang dicetak Gavi, Robert Lewandowski, dan Pedri bermula dari lubang di sayap kanan pertahanan Real yang dijaga Dani Carvajal. Sektor bek kanan harus dibenahi Real untuk tetap tampil baik ke depan setelah Carvajal tampil mengecewakan. Tidak ada blok atau intersep dari Carvajal selama 72 menit bermain.
Setelah laga semifinal Piala Super Spanyol melawan Valencia, Ancelotti pun mengakui Carvajal masih berjuang mengembalikan performa setelah pulih dari cedera. Namun, Ancelotti tidak memiliki banyak pilihan di bek sayap kanan karena Lucas Vazquez masih akan absen selama enam pekan mendatang akibat cedera di pergelangan kaki.
Ancelotti sempat mengganti Carvajal dengan Eder Militao di laga melawan Villarreal. Eksperimen itu tidak berhasil seiring kekalahan Real, 1-2. Jika Carvajal masih belum dapat mengembalikan performa, Ancelotti bisa mencoba menempatkan Nacho Fernandez di sayap kanan.
Namun, memainkan Nacho lebih seperti perjudian bagi Ancelotti karena dia termasuk jarang dimainkan selama ini. Nacho hanya mencatat 140 menit bermain di Liga Spanyol. Dari 16 laga, Nacho hanya bermain di tujuh laga, itu pun mayoritas sebagai pemain pengganti.
Selain lini belakang, masalah Real tampak di lini tengah. ”Los Blancos” kehilangan gelandang dengan naluri bertahan baik, Casemiro, yang hengkang ke Manchester United awal musim ini. Madrid punya pengganti Casemiro, yaitu Aurelien Tchouameni. Namun, Tchouameni harus menepi karena masih dibekap cedera.
Tiadanya Tchouameni sangat mengganggu keseimbangan lini tengah Real. Eduardo Camavinga yang menggantikan Tchouameni tidak bisa menjalankan tugas melindungi empat pemain belakang Real.
Camavinga juga sering kehilangan bola dan begitu mudah ditekan pemain Barca. Akibatnya, Real kalah dalam pertarungan di lini tengah. Barca unggul dalam perebutan penguasaan bola di lini tengah sejak awal.
Lini tengah Barca bermain lebih kompak. Frenkie de Jong dan Sergio Busquets tampil bagus sebagai gelandang jangkar. Gelandang senior Real, Luka Modric, tidak mampu mengimbangi manuver lini tengah Barca.
Di tengah rusaknya lini belakang dan tengah, tantangan untuk Real sudah datang dengan akan menghadapi Villarreal di babak 16 besar Piala Raja Spanyol. Pertemuan dengan Villarreal akan rumit bagi Real karena mereka kalah, 1-2, di Liga Spanyol dua pekan lalu. Bulan depan Real juga akan mengikuti Piala Dunia Antarklub di Maroko, tepat beberapa saat sebelum melawan Liverpool pada babak 16 besar Liga Champions Eropa. (AFP)