Memenangkan Piala Super Spanyol bisa menjadi awal yang baik bagi Barcelona untuk mengarungi sisa musim ini. “Blaugrana” kini lebih percaya diri untuk mengejar gelar Liga Spanyol
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
RIYADH, SENIN – Barcelona menjuarai Piala Super Spanyol setelah menang telak 3-1 atas musuh bebuyutan, Real Madrid, pada final yang berlangsung di Stadion Internasional King Fahd, Arab Saudi, Senin (16/1/2023) dini hari WIB. Piala Super Spanyol memang bukan target utama pelatih Barca, Xavi Hernandez. Namun, memenangkan Piala Super Spanyol meningkatkan kepercayaan diri Blaugrana untuk meraih trofi-trofi berikutnya musim ini.
“Kami tahu bahwa ini adalah kesempatan yang harus kami raih. Kami sedang melalui masa perubahan di klub dan di ruang ganti. Kemenangan ini akan memperkuat kami untuk terus berjuang meraih lebih banyak gelar,” kata kapten Barca, Sergio Busquets, kepada Movistar Plus.
Tiga gol Barca dicetak Gavi, Robert Lewandowski, dan Pedri. Satu gol balasan Madrid diciptakan Karim Benzema di pengujung pertandingan. Selain mengklaim mahkota juara, kemenangan 3-1 juga menjadi pembalasan sempurna Barca atas kekalahan dengan skor serupa dari Madrid pada Liga Spanyol, Oktober tahun lalu.
Madrid belum mampu mencapai performa terbaik usai jeda Piala Dunia Qatar 2022. Sejak dua laga sebelumnya, permainan Madrid masih di bawah standar. Los Blancos dibekap Villarreal 1-2 di Liga Spanyol dan kemudian menang 4-3 melalui babak adu penalti atas Valencia di semifinal Piala Super Spanyol.
Menghadapi Barca di laga sepenting Piala Super Spanyol, Madrid belum mampu memulihkan performa. Pelatih Madrid, Carlo Ancelotti, pun enggan bereksperimen untuk membuat permainan anak buahnya lebih atraktif. Pelatih asal Italia itu tetap memainkan pakem andalannya, 4-3-3.
Ancelotti menugaskan Vinicius Junior bermain di depan bersama penyerang Benzema. Adapun Ancelotti hanya membuat satu perubahan di depan dengan memainkan Federico Valverde untuk mendampingi Vinicius dan Benzema. Posisi sayap kanan yang ditempati Valverde biasanya diisi oleh Rodrygo Goes.
Sementara itu, Xavi membuat perubahan dengan menerapkan formasi 4-2-3-1. Xavi bermaksud menumpuk gelandang untuk memenangkan pertarungan di lini tengah. Penyerang tajam, Lewandowski, ditugaskan seorang diri di depan. Di lini belakang, Xavi menggeser posisi Ronald Araujo dari bek tengah ke kanan. Perubahan posisi Araujo bertujuan untuk meredam agresivitas Vinicius yang selalu mengeksploitasi sisi kanan pertahanan lawan dengan kecepatan berlarinya.
Strategi Xavi berbuah hasil. Barca tampil lebih dominan di lini tengah. Mereka terlihat nyaman dalam mengalirkan bola dari belakang ke tengah, lalu ke depan. Blaugrana tercatat melepaskan 567 operan sukses, unggul atas Madrid yang hanya membuat 483 operan sukses.
Kemenangan ini akan memperkuat kami untuk terus berjuang meraih lebih banyak gelar.
Di pertahanan, Barca juga teramat kokoh karena para pemain Madrid kesulitan melewati lini tengah terlebih dulu. Menempatkan Araujo di kanan ternyata sangat efektif untuk menghentikan manuver Vinicius. Terbukti, Vinicius hanya mampu membuat 58 sentuhan dan sama sekali tidak membuat peluang pada laga ini.
“Kami memperkuat lini tengah untuk berusaha mengambil alih area itu dan Araujo benar-benar bagus dalam menghentikan serangan balik Vinicius. Kami membuat mereka tanpa opsi dan merasa sangat nyaman,” kata Busquets.
Tidak terkoordinasi
Di samping perubahan yang Xavi terapkan, kekalahan Madrid juga disebabkan permainan yang tidak terkoordinasi dengan baik. Gol pertama Barca yang dicetak Gavi dan gol kedua dari Lewandowski berawal dari buruknya koordinasi di lini tengah Madrid. Saat Barca membangun serangan, bisa ada dua pemain Madrid yang mendekati pembawa bola.
Situasi itu membuat para pemain Madrid kalah jumlah di belakang. Para pemain Barca juga mempertunjukkan resistensi dari tekanan dengan sangat baik. Bola tidak mudah direbut dari kaki mereka. Ketika berhasil melewati hadangan pemain Madrid, gelandang Barca dengan mudah mengalirkan bola kepada Gavi atau Ousmane Dembele yang tanpa pengawalan.
“Bukan karena kurangnya sikap. Ada kesalahan individu yang dilakukan oleh semua pemain. Ini adalah pertandingan yang buruk,” kata Ancelotti.
Ancelotti tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Sebelum turnamen dimulai, Ancelotti mengatakan harus memenangkan Piala Super Spanyol karena itu akan membuka pintu bagi trofi-trofi selanjutnya. Madrid saat ini masih berjuang di Liga Champions Eropa, Liga Spanyol, dan Piala Raja Spanyol.
Kekalahan dari Barca gagal membuat Madrid menyamai perolehan gelar Piala Super Spanyol Barca. Sejauh ini, Barca memenangkan Piala Super Spanyol sebanyak 14 kali. Adapun Madrid baru 12 kali. (REUTERS)