Meski sukses melaju ke final Piala Super Spanyol, Barcelona mengungkapkan kelemahan dengan selalu kehilangan kendali pertandingan ketika sudah unggul lebih dulu.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
RIYADH, JUMAT – Barcelona mengunci tiket final Piala Super Spanyol usai menyudahi perlawanan Real Betis lewat drama adu penalti 4-2, di Stadion Internasional King Fahd, Arab Saudi, Jumat (13/1/2023) dini hari WIB. Kendati melaju ke final, Barca memperlihatkan sisi lemah dalam mempertahankan kendali pertandingan. “Blaugrana” yang sempat unggul dua kali, kemudian kehilangan kontrol dan seakan membiarkan Betis mengejar.
Lawan bermain sangat bagus. Kami seharusnya menyudahi pertandingan sesegera mungkin. Tapi bagaimanapun, saya sangat senang melaju ke final.
“Lawan bermain sangat bagus. Kami seharusnya menyudahi pertandingan sesegera mungkin. Tapi bagaimanapun, saya sangat senang melaju ke final,” kata pelatih Barca, Xavi Hernandez, setelah pertandingan.
Betis memang bermain sangat baik di laga ini. Pelatih Betis, Manuel Pellegrini, menerapkan formasi 4-2-3-1 yang berubah menjadi 5-3-2 saat bertahan. Pellegrini merasa harus menumpuk lima pemain untuk meredam lini serang Barca.
Memasang lima pemain belakang dengan dua bek sayap setidaknya akan mencegah Barca mengeksploitasi tepi lapangan. Apalagi Barca punya dua sayap mengerikan, yaitu Ousmane Dembele dan Raphinha, yang biasa menusuk dari tepi lapangan ke jantung pertahanan lawan. Dembele dan Raphinha juga punya teknik dan kecepatan yang merepotkan.
Meski sudah memasang lima pemain bertahan, Barca tetap mampu menembus rapatnya pertahanan Betis karena kerap mengubah arah sirkulasi bola. Selain itu, lini kedua Barca juga aktif naik membantu serangan. Dengan begitu, persoalan kalah jumlah pemain Barca bisa diselesaikan. Opsi mengoper bola pun menjadi lebih bervariasi.
Persoalan kesulitan mencetak gol yang sempat dialami Barca pada laga sebelumnya menghadapi Atletico Madrid mulai menemui titik terang. Masalah itu sudah teratasi kali ini seiring kembalinya naluri mesin gol Robert Lewandowski.
Penyerang timnas Polandia tersebut masih menjalani skorsing lantaran menerima kartu merah saat menghadapi Osasuna jelang Piala Dunia. Namun, hukuman itu hanya berlaku di Liga Spanyol. Lewandowski masih bisa tampil di Piala Super Spanyol.
Ia diturunkan Xavi sebagai pemain mula. Kehadiran Lewandowski diharapkan bisa menyelesaikan persoalan kesulitan mencetak gol Barca. Harapan terjawab, tetapi butuh waktu 40 menit bagi Lewandowski untuk membuka kembali keran golnya.
Menurut catatan Opta, gol Lewandowski ke gawang Betis itu menyudahi tiga pertandingan beruntunnya tanpa mencetak gol untuk Barca di semua kompetisi. Ia absen mencetak gol saat melawan Almeria, Osasuna, dan Espanyol. Sejak September 2020, Lewandowski tidak pernah absen mencetak gol di lebih dari tiga pertandingan.
Setelah unggul, Barca justru kehilangan kendali pertandingan. Para pemain “Blaugrana” begitu mudah kehilangan bola di babak kedua. Mereka terlihat tidak mampu mengimbangi agresivitas serangan dari para pemain Betis yang berambisi mencetak gol penyama kedudukan. Persentase penguasaan bola Betis meningkat dari babak pertama yang hanya 31 persen menjadi 45 persen di babak kedua.
Kelengahan pertahanan
Betis pun mampu menyamakan kedudukan melalui gol Nabil Fekir di menit ke-77. Gol Fekir berawal dari kelengahan lini pertahanan Barca dalam menutup pergerakannya. Pertahanan Barca begitu renggang sehingga mudah ditembus. Peran gelandang bertahan Barca, Sergio Busquets, dalam memutus aliran serangan Betis juga tidak terlalu terlihat di babak kedua.
Harapan bagi Barca muncul di babak perpanjangan waktu. Penyerang pengganti, Ansu Fati, sukses melesakkan gol yang membuat Barca kembali unggul. Namun, lagi-lagi Barca cepat merasa puas dan kembali kehilangan kontrol pertandingan. Tujuh menit berselang, Betis mampu menyamakan kedudukan lewat tendangan tumit dari Lorenzo Moron. Laga yang seharusnya bisa lekas tuntas harus diperpanjang melalui adu tendangan penalti.
“Saya sangat puas di babak pertama. Setelah itu, Betis mendominasi dan kami menderita. Kami seharusnya mendapat hukuman karena kehilangan bola terlalu banyak,” kata Xavi.
Empat penendang penalti Barca, yaitu Lewandowski, Franck Kessie, Fati, dan Pedri sukses menunaikan tugasnya. Sedangkan, Juanmi dan William Carvalho gagal membuat Betis kembali mengejar Barca. Kiper Barca, Marc-Andre ter Stegen tampil gemilang di laga ini dengan menghentikan sepakan Juanmi dan Carvalho.
Selain itu, kiper timnas Jerman itu juga membuat lima penyelamatan penting di waktu normal. Jika saja Ter Stegen tidak bermain gemilang, Barca mungkin sudah kebobolan lebih dari dua gol. “Saya merasa dalam kondisi bagus. Saya mendapatkan banyak momen hebat di atas lapangan,” kata Ter Stegen.
Sementara itu, Pellegrini mengatakan, timnya seharusnya bisa melaju ke final andaikan mampu memaksimalkan setiap peluang. Sepanjang laga, Betis menciptakan 15 tendangan yang tujuh di antaranya tepat sasaran. Jumlah itu melampaui percobaan tendangan Barca dengan enam tendangan tepat sasaran.
Di final, Barca sudah dinanti Real Madrid yang juga melaju setelah memenangi drama adu penalti atas Valencia. Bila mampu mengatasi Madrid, Xavi akan mempersembahkan trofi pertamanya untuk Barca sejak ditunjuk sebagai pelatih pada November 2021. Hanya saja, Xavi wajib membenahi kelemahan Barca dalam pertahanan dan juga kehilangan kontrol atas pertandingan setelah unggul lebih dulu. (AFP)