Keruntuhan kejayaan Liverpool tidak hadir dalam semalam. “Si Merah” semakin menunjukkan kelemahan dari laga ke laga. Kekalahan telak dari Brighton nyaris memupus angan Liverpool finis di empat besar
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·4 menit baca
BRIGHTON, MINGGU – Era kejayaan Liverpool yang dibangun oleh manajer Jurgen Klopp secara perlahan mulai terkikis dan semakin runtuh. “Si Merah” mulai memasuki fase kegelapan seiring kekalahan telak 0-3 dari tuan rumah Brighton and Hove Albion, Sabtu (14/1/2023) malam WIB. Kekalahan tersebut mempersulit kans Liverpool finis di empat besar pada akhir musim.
Reputasi Liverpool sebagai tim papan atas bertabur prestasi bak hilang ditelan bumi di Stadion AMEX, markas Brighton. Kelemahan dalam bertahan dan kurangnya kekuatan stamina menyebabkan kehancuran Liverpool dalam beberapa pekan terakhir. Ini adalah kekalahan keenam Liverpool musim ini. Dalam lima laga sebelumnya, Liverpool juga tampil mengecewakan dengan menelan dua kekalahan, satu hasil imbang, dan dua kemenangan.
Klopp teramat murka dengan performa anak buahnya. Kekesalannya semakin memuncak karena Liverpool tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyulitkan Brighton. Klopp menjelaskan, dirinya telah mencoba mengubah taktik Liverpool dalam upaya menghentikan performa buruk. Namun, dia mengatakan, para pemain tidak menangani perubahan taktik itu dengan baik.
“Saya punya ide untuk mengubah formasi, yaitu mencoba membantu tim. Itulah idenya. Namun, kami tidak pernah melakukannya dengan benar. Kami harus kreatif dengan opsi yang kami miliki. Apa yang saya lihat hari ini dari tim saya adalah bahwa mereka tidak terlalu yakin dengan itu. Itu saja,” kata Klopp seusai pertandingan.
Klopp yang biasanya lebih gemar menerapakan formasi 4-3-3, kali ini mengubahnya menjadi 4-3-1-2. Manajer berpaspor Jerman itu menempatkan rekrutan anyar, Cody Gakpo, di lini serang berdampingan dengan bintang timnas Mesir, Mohammed Salah.
Walau telah mengubah pendekatan, Liverpool kesulitan membendung serangan-serangan Brighton di babak pertama. “Si Merah” hanya mampu menguasai 35 persen penguasaan bola dan tidak berhasil mencatatkan satu pun tembakan tepat sasaran.
Kondisi itu berbeda dari Brighton yang tampil penuh percaya diri dengan ditopang tiga gelandang agresif, yaitu Adam Lallana, Kaoru Mitoma, dan Solly March. Performa tiga gelandang Brighton berbanding terbalik dengan Liverpool. Trio gelandang Jordan Henderson, Fabinho, dan Thiago Alcantara tidak efektif dalam mengkreasikan serangan-serangan Liverpool. Mereka juga gagal melapisi empat pemain belakang ketika diserang.
March tampil gemilang di laga ini dengan mencetak dua gol. Satu gol Brighton lainnya dicetak mantan penyerang Manchester United, Danny Welbeck. Ketiga gol Brighton berawal dari mudahnya para gelandang Brighton menyuplai bola ke jantung pertahanan Liverpool.
Saya punya ide untuk mengubah formasi, yaitu mencoba membantu tim. Namun, kami tidak pernah melakukannya dengan benar.
Brighton memanfaatkan lubang di sisi kanan pertahanan Liverpool yang kerap ditinggalkan Trent Alexander-Arnold untuk naik membantu serangan. Serangan-serangan Brighton acap kali dimulai dari sisi tersebut. Ketika berhasil memasuki sepertiga akhir area pertahanan Liverpool, lini kedua Brighton dengan sigap naik membantu serangan. Para pemain Brighton juga aktif mencari ruang kosong dan tidak terfokus pada satu titik dalam mengalirkan bola.
Pertahanan Liverpool terasa sangat rapuh di laga ini. Absennya palang pintu tangguh, Virgil van Dijk, begitu terasa. Joel Matip yang didapuk menggantikan Van Dijk tampil buruk dengan tidak mampu membaca arah serangan Brighton. Matip juga lemah dalam berkoordinasi dengan tiga bek lainnya.
Matip digantikan Joseph Gomez di menit ke-69. Namun, Gomez juga tampil di bawah standar dan bertanggung jawab dalam gol kedua dan ketiga Brighton. “Buruk. Ini sangat buruk. Saya tidak ingat pertandingan yang lebih buruk dari ini. Pertandingan ini adalah antara tim yang sangat terorganisir melawan tim yang tidak terlalu terorganisir,” kata Klopp.
Keunggulan 3-0 Brighton bukanlah kebetulan. Mereka memang lebih terorganisir sebagaimana diucapkan Klopp. Secara total, Brighton melepaskan 558 operan sukses. Jumlah itu jauh di atas Liverpool yang hanya mencatatkan 319 operan sukses.
Kekalahan dari Brighton bisa jadi pertanda Liverpool tengah memasuki fase kegelapan. “Si Merah” nirkemenangan dalam tiga laga terakhir. Mereka ditahan Wolverhampton Wanderers 2-2 dan dikalahkan Brentford 1-3. Angan Liverpool untuk finis di posisi empat besar pada akhir musim pun semakin jauh panggang dari api.
Kehilangan poin dari Brighton membuat Liverpool terpental ke peringkat kesembilan dengan 28 poin. Mereka terpaut tujuh poin dari Newcastle United yang menempati peringkat keempat. Bermain di Liga Inggis yang dikenal sangat kompetitif, sangat sulit membayangkan Liverpool bisa menembus empat besar dengan 20 laga tersisa. Apalagi mereka punya kelemahan di lini tengah yang tidak kunjung terselesaikan.
Berbanding terbalik dengan Liverpool, Brighton justru semakin menghidupkan asa untuk menembus zona Eropa. Ini adalah kemenangan ketiga berturut-turut Brighton. Tambahan tiga poin atas Liverpool mendongkrak posisi “Burung Camar” ke peringkat ketujuh dengan 30 poin.
“Saya memiliki tim yang fantastis dengan pemain-pemain yang fantastis. Merupakan suatu kehormatan untuk bekerja dengan mereka. Kami memiliki target di akhir musim. Sekarang kami harus memainkan 20 pertandingan lagi dan kami harus tetap fokus pada pertandingan itu,” kata manajer Brighton, Roberto de Zerbi. (AFP/REUTERS)