Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada final turnamen Malaysia Terbuka. Mereka memiliki peluang berlipat pada final kedua beruntun pada turnamen itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
KUALA LUMPUR, SABTU — Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto menembus final turnamen bulu tangkis Malaysia Terbuka untuk kedua kali secara beruntun. Mereka memiliki peluang berlipat, yaitu membayar kekalahan pada final 2022 dan menjuarai turnamen BWF World Tour Super 1000 untuk pertama kalinya.
Tiket final didapat ganda putra nomor satu dunia itu setelah mengalahkan pasangan Korea Selatan, Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae, dengan skor 21-18, 21-17 pada laga semifinal di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Sabtu (14/1/2023).
Jika bisa mengalahkan Wang Chang/Liang Wei Keng (China) pada laga puncak, Minggu, Fajar/Rian akan membayar kekalahan pada final 2022 saat kalah dari Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), yang tersingkir pada babak pertama tahun ini.
Nilai gelar juara itu berlipat karena akan menjadi gelar pada kesempatan pertama Fajar/Rian tampil pada final turnamen Super 1000. Selama ini, hasil terbaik ganda Indonesia berjulukan ”Fajri” itu pada turnamen Super 1000 adalah semifinal Indonesia Terbuka 2018, All England 2019, dan China Terbuka 2019.
Malaysia Terbuka naik level menjadi Super 1000 setelah dikategorikan Super 750 pada 2022. Turnamen Super 1000 adalah turnamen tingkat kedua BWF World Tour sejak struktur tersebut diterapkan pada 2018. Di atas Super 1000 ada turnamen Final BWF yang diikuti delapan wakil terbaik di setiap nomor. Adapun di bawahnya terdapat Super 750, 500, dan 300. Pembeda dari setiap level adalah hadiah dan poin ranking yang diperebutkan.
Fajar/Rian, yang meraih empat gelar juara dari delapan final pada 2022, menjadi satu-satunya wakil Indonesia pada final setelah Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja tersisih pada semifinal. Kedua pasangan tersebut dikalahkan ganda putri dan ganda campuran nomor satu dunia asal China.
Dejan/Gloria kalah dari Zheng Siwei/Huang Yaqiong, 16-21, 18-21, sedangkan Apriyani/Fadia tak bisa menyelesaikan pertandingan ketika berhadapan dengan Chen Qing Chen/Jia Yi Fan. Mereka mundur pada skor 9-21, 0-2 karena cedera engkel kanan yang dialami Fadia.
Kondisi tersebut tak hanya menghilangkan kesempatan Apriyani/Fadia untuk mempertahankan gelar juara, melainkan juga membatalkan rencana tampil pada turnamen India Terbuka Super 750 di New Delhi, 17-22 Januari.
Cedera dialami ketika Apriyani/Fadia tertinggal 0-1 pada gim kedua, yaitu saat Fadia berusaha mengembalikan kok yang dipukul lawan ke arah belakang di sisi kanan. Dia berusaha memukul sambil menjatuhkan diri dengan bertumpu pada bagian bawah kaki kanan. Pada momen itu, Fadia pun mengaduh sambil memegang engkel kanan dan melihat ke arah pelatih.
Saat mendapat perawatan dari tim medis BWF, dia menangis. Apriyani, sebagai partner dan pemain yang lebih senior, mencoba menenangkan sambil membantu membukakan sepatu. Apriyani menyarankan Fadia berhenti bermain jika tak bisa menahan rasa sakit, apalagi masih ada dua turnamen dalam dua pekan beruntun yang seharusnya diikuti, yaitu India Terbuka dan Indonesia Masters Super 500, 24-29 Januari.
Untuk mengetahui kondisi kakinya saat digerakkan, Fadia mencoba bermain pada perebutan poin berikutnya. Apriyani memintanya hanya bermain di bagian depan lapangan. Namun, setelah kurang dari lima kali mengembalikan pukulan, Fadia tak dapat menahan sakitnya. Dalam pelukan Apriyani, dia kembali menangis. Pemain berusia 22 tahun itu pun harus meninggalkan lapangan dengan menggunakan kursi roda pada skor 9-21, 0-2.
Lawan memang punya banyak pengalaman dan penampilan mereka lebih matang. Permainan mereka begitu rapi dan tidak gampang dimatikan.
Menurut Vetinly Tan, dokter PBSI yang mendampingi Tim Indonesia, laporan dokter BWF menyebut bahwa engkel kanan Fadia terkilir. ”Kami sudah memberikan perawatan terbaik dengan memberinya obat dan tindakan terhadap cedera engkel kanan Fadia. Hanya, untuk memastikan seberapa serius cederanya, akan segera dilakukan MRI di Jakarta,” katanya.
Dengan demikian, seperti dipastikan pelatih ganda putri Eng Hian, rencana tampil di India Terbuka dibatalkan. Dengan demikian, tak akan ada wakil ganda putri Indonesia pada turnamen itu.
Sementara itu, meski kalah dalam dua gim, Dejan/Gloria bisa mengimbangi permainan Zheng/Huang yang meraih sepuluh gelar juara dari 14 turnamen pada 2022. Dejan menyerang secara eksplosif dengan smes, sementara Gloria, yang bertinggi badan 182 sentimeter, cekatan dalam mencegat pukulan lawan di depan net. Komentator pertandingan untuk BWF, Steen Pedersen, bahkan menyebut performa Gloria dalam bermain di depan lapangan meningkat.
”Lawan memang punya banyak pengalaman dan penampilan mereka lebih matang. Permainan mereka begitu rapi dan tidak gampang dimatikan. Namun, kami bisa memberi perlawanan pada pasangan top dunia dan itu cukup memuaskan,” komentar Dejan, yang berpasangan dengan Gloria sejak 2022.
Gloria mengungkapkan perasaan serupa. Dia senang bisa memberi perlawanan yang baik pada tiga kali juara dunia tersebut. Hasil semifinal ini, juga, menjadi pencapaian terbaik Dejan/Gloria dalam turnamen BWF World Tour.
Bintang muda
Ketika pemain-pemain muda Indonesia kesulitan melewati dua babak, Jepang dan China bisa menaruh harapan pada pemain-pemain berusia 21 tahun, di nomor tunggal dan ganda putra. Jepang diwakili tunggal putra, Kodai Naraoka, melawan pemain nomor satu dunia, Viktor Axelsen, di final. Adapun China memiliki Wang/Liang.
Tiket final didapat dalam debut mereka pada turnamen Super 1000. Pada semifinal sesama pemain berusia 21 tahun, Naraoka mengalahkan Kunlavut Vitidsarn (Thailand) 21-17, 19-21, 21-17. Kecuali pada gim kedua, skor pada gim pertama dan ketiga tidak terlalu ketat, tetapi situasi yang terjadi di lapangan adalah sebaliknya.
Hampir pada setiap perebutan poin terjadi reli sebanyak 30-an pukulan. Kedua pemain jarang membuat kesalahan dan sulit dimatikan lawan. Pertandingan pun berjalan hingga satu jam 53 menit.
Pada ganda putra, Wang/Liang memperlihatkan mulai bangkitnya kembali ganda putra China. Sejak berpasangan pada 2022—sebelumnya Wang berpasangan dengan Di Zijian dan menjadi rival Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin di level yunior—mereka langsung menyulitkan pemain-pemain senior. Saat menjuarai Jepang Terbuka Super 750 pada 2022, Wang/Liang menang atas Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Fajar/Rian, dan Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen (Denmark).
Sebelum menang atas unggulan ketujuh, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India) 21-16, 11-21, 21-15, pada semifinal di Axiata Arena, Wang/Liang menyingkirkan Astrup/Rasmussen dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon.
Dengan rekam jejak ini, Fajar/Rian harus berhati-hati karena mereka pun pernah kalah dari Wang/Liang pada peremfinal Jepang Terbuka, September 2022. Wang/Liang berhasil membalas kekalahan dari Fajar/Rian pada final Indonesia Masters tiga bulan sebelumnya.