Kekalahan memilukan, 0-4, di Stadion Etihad memperlihatkan segudang masalah Chelsea musim ini. Masalah berlipat itu membebani pundak Manajer Graham Potter.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
MANCHESTER, SENIN — Chelsea berada di titik nadir setelah tersingkir dari Piala FA. Kekalahan 0-4 dari Manchester City di Stadion Etihad, Senin (9/1/2023) dini hari WIB, memperjelas penyebab tren buruk ”Si Biru” pada paruh musim ini. Mereka miskin kreativitas, kurang tajam, penuh kesialan, dan nihil solusi dalam hal nonteknis.
Tiga gol dari bola mati, dua penalti dan satu tendangan bebas, menjadi pil pahit tim tamu. Mereka pun kembali harus mengakui keunggulan City, setelah juga kalah 0-1 di Liga Inggris, Jumat lalu.
Selain itu, untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir, Chelsea tersingkir di putaran ketiga Piala FA. Realitas bertambah getir karena Si Biru juga sudah terdepak di Piala Liga Inggris dan hanya menempati peringkat ke-10 Liga Inggris. Hanya Liga Champions Eropa menjadi harapan tersisa mereka untuk berprestasi pada musim ini.
Tim asuhan Manajer Graham Potter itu hanya sekali menang dalam tujuh laga terakhir di berbagai ajang. ”(Akibat hasil itu) jelas kami sedang menderita sebagai tim sepak bola. Sama sekali tidak bagus, tetapi kami harus menerimanya karena itulah kondisi tim ini sekarang,” kata Potter.
Menurut mantan striker legendaris Inggris, Alan Shearer, penampilan Chelsea memalukan dan menyedihkan, terutama pada babak pertama. Mereka sudah tertinggal 0-3 saat jeda turun minum. Pada saat bersamaan, Chelsea tidak bisa menghasilkan satu pun tembakan ke gawang lawan.
”Penampilan mereka di babak pertama tak bisa diterima. Para pemain terlihat seperti tidak ingin berada di lapangan. Lini depan mereka sangat menyedihkan. Saya tak peduli berapa banyak pemain cedera, mereka semestinya bisa lebih baik,” ujar Shearer di BBC.
Laga itu memperjelas masalah terbesar Chelsea musim ini, yaitu soal kreativitas dan ketajaman. Meskipun punya trisula lini depan, Mason Mount, Hakim Ziyech, dan Kai Havertz, mereka gagal mengancam. Tim tamu menyudahi laga itu dengan hanya satu tembakan tepat sasaran.
Ada dua penyebab utama anjloknya performanya, yaitu ketersediaan pemain akibat badai cedera dan adaptasi struktur bermain. Kedua faktor tersebut saling berpengaruh.
Masalah itu sudah tercium di Liga Inggris. Chelsea selalu kesulitan memembuat peluang di sepertiga akhir wilayah serangan dan kurang tajam di depan gawang. Sebanyak 12 tim lainnya mencatat kans besar lebih banyak dibandingkan Chelsea. Padahal, Si Biru menempati peringkat ketiga dalam hal penguasaan bola.
Chelsea pun baru mencatat 20 gol setelah 17 laga di liga, kalah dari tim medioker, Leeds United dan Brentford. Produktivitas itu anjlok nyaris dua kali lipat dibandingkan dengan musim sebelumnya, yaitu rerata 2 gol per laga di bawah asuhan Thomas Tuchel.
Performa tim dengan nilai pasar pemain nyaris satu miliar euro (Rp 16 triliun) itu jauh di bawah standar. Ada dua penyebab utama anjloknya performanya, yaitu ketersediaan pemain akibat badai cedera dan adaptasi struktur bermain. Kedua faktor tersebut saling berpengaruh.
Di Stadion Etihad, Chelsea tidak membawa sembilan pemain akibat cedera. Tiga striker yang sempat tampil di laga sebelumnya, Pierre-Emerick Aubameyang, Christian Pulisic, dan Raheem Sterling, menambah panjang daftar cedera Si Biru. ”Saya tidak pernah merasakan pengalaman seperti ini,” kata Potter.
Cedera juga turut mengubah struktur bermain Chelsea. Potter tidak bisa memainkan formasi andalannya, 3-4-2-1, karena bek sayap Reece James cedera. Tidak ada pemain di posisi serupa yang bisa menggantikan James. Alhasil, Potter terpaksa beradaptasi dengan formasi empat bek, 4-2-3-1 atau 4-3-3.
Transisi kepemilikan klub, dari Roman Abramovich ke Todd Boehly, juga berpengaruh. Pemilik baru, Boehly, masih berjalan dengan keinginannya sendiri, belum sejalan dengan Potter. Hal itu terlihat dari strategi transfer Chelsea.
Pada Januari ini, Chelsea mendatangkan tiga pemain muda sekaligus dengan total mahar 62,5 juta euro. Mereka adalah bek tengah Benoit Badiashile (21), gelandang Andrey Santos (18), dan penyerang David Datro Fofana (20). Transfer itu bertujuan jangka panjang, sementara Potter butuh solusi jangka pendek.
Butuh penyerang murni
Padahal, Potter membutuhkan penyerang murni berkualitas dan pelapis bek sayap. Sulit melihat Chelsea bisa kembali ke performa terbaik tanpa tambahan di dua posisi itu. Apalagi, jika pemain utama Si Biru tidak kunjung kembali dari cedera.
Manajer Manchester City Josep Guardiola pun percaya, Potter butuh waktu dan dukungan lebih. ”Saya akan berkata kepada Boehly, dia butuh waktu. Saya tahu hasil sangat penting bagi klub besar, tetapi semua manajer butuh waktu. Di Barcelona, saya punya (Lionel) Messi karena itu tidak butuh banyak waktu,” ujarnya.
Adapun Chelsea terbilang kurang beruntung di Stadion Etihad. Potter datang dengan strategi menghukum lawan dengan transisi serangan balik. Chelsea pun mengubah strategi dari pertemuan sebelumnya, 4-2-3-1 jadi 4-3-3, dengan tujuan bermain lebih langsung dan lebar.
Namun, rencana Potter berantakan hanya setelah laga berlangsung selama setengah jam. City unggul cepat lewat tendangan bebas penyerang Riyad Mahrez dan tendangan penalti penyerang Julian Alvarez. Gol yang hanya berselang 7 menit itu seperti jatuh dari langit. Nyaris mustahil bangkit seusai tertinggal dua gol di Stadion Etihad.
Beban di pundak Potter semakin berat saat ini. Pendukung Chelsea mulai kehilangan rasa sabar terhadap manajer pengganti Tuchel pada awal musim itu. Kelompok pendukung tandang Chelsea bahkan sempat menyampaikan kerinduan terhadap Tuchel lewat nyanyian di Stadion Etihad. (AP/REUTERS)