Chelsea Tidak Perlu Terburu-buru Memecat Potter
Graham Potter mungkin saja diberikan waktu lebih untuk mengangkat performa Chelsea yang tengah terpuruk. Namun, investasi besar sang pemilik bisa mengubah segalanya.
LONDON, JUMAT — Posisi manajer Graham Potter kian tersudut setelah Chelsea dibekap Manchester City, 0-1, pada laga Liga Inggris, Jumat (6/1/2023) dini hari WIB, di Stadion Stamford Bridge, London. Potter belum bisa mengeluarkan ”Si Biru” dari jeratan papan tengah klasemen. Namun, Potter merasa belum pantas dipecat jika melihat performa umum dan kondisi timnya.
Chelsea terjebak dalam tren buruk di Liga Inggris, yaitu hanya sekali menang dalam delapan laga terakhir. Akibatnya, mereka kini tertahan di peringkat ke-10 klasemen sementara dengan 25 poin. Jarak mereka dengan peringkat empat besar ataupun zona degradasi pun sama-sama terpaut 10 poin.
”Chelsea tidak semestinya berada di peringkat itu saat paruh musim. Jika Potter tak membalikkan keadaan secepat mungkin, saya tidak yakin dia bisa bertahan. Saya tidak melihat ada kesabaran dari pendukung mereka,” ungkap mantan pemain Chelsea, Chris Sutton, seperti dikutip BBC Sport.
Baca juga : Kemewahan Manchester City Terpampang di Stamford Bridge
Namun, Potter mencoba tetap tenang di tengah tekanan. Dia berharap suporter bisa melihat sisi lain, yaitu performa tim. Seperti ketika bertemu City, Chelsea lebih unggul permainan dari sang juara bertahan pada paruh pertama. Namun, mereka kalah kualitas dan kedalaman skuad pada babak kedua.
”Anda harus bertanggung jawab jika tim Anda bermain buruk. Selain itu, kami mencoba melewati badai ini. Saya pikir penonton mengapresiasi itu. Mereka mendukung kami sepanjang malam,” ujar Potter berusaha membela diri.
Potter menghadapi masalah seperti cederanya Christian Pulisic dan Raheem Sterling pada awal laga. Gelandang inti, Mason Mount, bahkan lebih dulu cedera. Badai cedera itu memperparah kondisi skuad Chelsea yang sudah sangat ”tipis” akibat kehilangan bek sayap Reece James dan gelandang N’Golo Kante sejak sebelum Piala Dunia Qatar 2022.
Potter telah bertemu dengan wakil pemilik Chelsea, Behdad Eghbali, pada jeda Piala Dunia 2022. Mereka telah bersepakat, klub tidak akan bereaksi berlebihan terhadap performa jangka pendek.
Maka, Potter terpaksa menurunkan sejumlah pemain remaja, seperti Carney Chukwuemeka (19) dan Omari Hutchinson (19), sebagai pengganti. Chukwuemeka nyaris membuat Chelsea unggul lebih dulu, tetapi tendangan jarak jauhnya membentur tiang gawang. Manajer City Pep Guardiola pun sampai berkata, timnya beruntung bisa menang setelah kehilangan ritme pada paruh pertama. Dia mengakui, Chelsea menyulitkan.
”Tim ini terus melangkah maju (setelah jeda akibat Piala Dunia 2022). Melawan City, hasilnya tidak bagus dari sisi raihan poin. Namun, saya sangat positif dengan performa tim, terutama penampilan pemain muda,” ungkap Potter.
Ia ditunjuk menggantikan Thomas Tuchel pada awal September atau setelah liga berjalan sebulan. Mantan manajer Brighton and Hove Albion itu terpaksa menangani pemain yang bukan pilihannya tanpa melewati masa pramusim. Pada awalnya, masa transisi pergantian manajer berjalan bagus.
Chelsea sempat tidak terkalahkan dalam sembilan laga awal bersama Potter, enam laga di antaranya menang. Namun, peruntungan berbalik saat kian banyak pemain cedera, terutama ketika James harus menepi. James merupakan kunci utama bagi sistem Potter yang mengandalkan serangan sayap.
Salah satu bek sayap terbaik dunia saat ini itu sangat penting di dua sisi lapangan. Akibat tidak ada pengganti sepadan untuk James, Potter pun terpaksa mengganti formasi andalannya, 3-4-2-1, menjadi 4-2-3-1. Jadi, jika dilihat lebih luas, Potter masih butuh waktu untuk berproses dengan skuad Chelsea.
Baca juga : Pekan Penuh Derita Menanti Chelsea
Dia belum bisa menunjukkan potensi sesunggguhnya dari Si Biru dengan kondisi skuad serba pas-pasan saat ini. Di Brighton, ia baru memperlihatkan potensi terbaiknya pada musim ketiga.
Kesabaran Boehly
Seandainya Chelsea masih dipimpin pemilik asal Rusia, Roman Abramovich, Potter mungkin saja sudah dipecat. Pemecatan manajer sudah seperti tradisi di Stamford Bridge. Sejak 2003, rerata masa kepemimpinan manajer Chelsea tidak lebih dari semusim.
Namun, tradisi Chelsea itu mungkin berubah di bawah kepemilikan pebisnis Amerika Serikat saat ini, Todd Boehly. Industri olahraga AS punya pendekatan berbeda. Pemilik klub sangat percaya terhadap proses. Buktinya adalah Liverpool dan Arsenal yang juga punya pemilik dari AS.
Liverpool memasuki musim ketujuh bersama manajer Juergen Klopp. Klopp masih jauh dari kabar pemecatan walaupun ”Si Merah” tampil di bawah standar musim ini. Adapun Arsenal dipimpin manajer Mikel Arteta yang sudah bersama sejak 2019, meskipun belum pernah lolos ke Liga Champions Eropa sejak saat itu.
Baca juga : Jangan Terburu-buru Membeli Pemain Setelah Piala Dunia
Boehly telah membuktikan diri sebagai pemilik yang sabar di klub bisbol AS, Los Angeles Dodgers. Sejak membeli klub pada 2012, Dodgers baru sekali berganti manajer. Manajer teranyar mereka, Dave Rodgers, sudah memimpin tim sejak 2016 sampai saat ini.
Latar belakang itu sepertinya bisa membuat Potter sedikit tenang. Apalagi, menurut CBS Sports, Potter telah bertemu dengan wakil pemilik Chelsea, Behdad Eghbali, pada jeda Piala Dunia 2022. Mereka telah bersepakat, klub tidak akan bereaksi berlebihan terhadap performa jangka pendek.
Meskipun begitu, Boehly mungkin saja mengubah pendekatannya jika dilihat dari investasi besar yang sudah dilakukan. Chelsea telah mengeluarkan 331 juta euro untuk pembelian pemain, termasuk dua amunisi baru di jendela transfer Januari, yaitu Benoit Badiashile dan David Datro Fofana. (AP/REUTERS)