Di tengah krisis, Chelsea harus menghadapi Manchester City yang unggul segalanya dari mereka. Duel itu bisa memperburuk nasib Chelsea pada musim ini.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
LONDON, RABU — Dampak perombakan besar di manajemen Chelsea baru terasa memasuki akhir paruh musim. Bersama manajer barunya, Graham Potter, ”Si Biru” berjibaku dengan status medioker akibat performa inkonsisten. Derita mereka bisa semakin parah pekan ini karena harus menghadapi lawan paling ditakuti, Manchester City, dua kali beruntun.
Inkonsistensi Chelsea terus berlanjut setelah jeda Piala Dunia Qatar 2022. Minggu lalu, mereka baru saja ditahan imbang tim promosi Nottingham Forest setelah unggul lebih dulu. Hasil itu membuat Si Biru hanya menang sekali dalam tujuh laga terakhir di Liga Inggris. Wajar jika mereka terlempar hingga peringkat ke-10 klasemen sementara liga itu.
”Kami terlalu banyak kehilangan poin musim ini, juga jauh dari apa yang diharapkan. Itulah realitasnya, kami terlalu sering melewatkan peluang. Kami harus total pada paruh (musim) kedua dan mulai mengumpulkan poin saat laga besar terdekat, bertemu City,” kata kapten Chelsea, Cesar Azpilicueta.
Di tengah krisis, Chelsea akan menghadapi City sebanyak dua kali dalam rentang tiga hari. Mereka menjamu City terlebih dulu dalam duel Liga Inggris di Stadion Stamford Bridge, Kota London, Jumat (6/1/2023) dini hari WIB. Lalu, mereka akan bertandang ke Stadion Etihad, Kota Manchester, Minggu malam, untuk babak ketiga Piala FA.
Bagi Chelsea, saat ini bukan momen yang tepat bertemu City. Selain dalam tren buruk, gaya main ala Potter juga tidak cocok bertemu City. Chelsea selalu mengandalkan penguasaan bola dominan untuk memulai serangan. Gaya itu serupa dengan yang diterapkan Manajer Manchester City Josep ”Pep” Guardiola.
Namun, tidak ada yang lebih baik dari City soal penguasaan bola. Mereka mencatat rerata penguasaan bola terbanyak di liga, yaitu 63,7 persen, diikuti Chelsea di peringkat ketiga dengan 56,5 persen. Artinya, City kemungkinan besar akan mengambil kendali dan memaksa Chelsea lebih banyak bertahan.
Situasi itu bisa menjadi masalah untuk tim asuhan Potter mengingat mereka belum memperlihatkan kapabilitas dalam transisi serangan balik sepanjang musim. Chelsea merupakan satu dari empat tim Liga Inggris yang belum mencetak gol lewat serangan balik.
Kami menemui banyak tantangan pada tahun lalu, naik dan turun. Saya pikir itu normal untuk klub yang sedang mencari keseimbangan. (Graham Potter)
Si Biru dikenal kurang efektif mengubah penguasaan bola menjadi peluang gol. Mereka berada di peringkat ketiga dalam penguasaan bola, tetapi hanya menempati peringkat ke-13 dalam rerata jumlah tembakan (11,1 kali). Data itu berbanding terbalik dengan City yang memuncaki dua catatan statistik itu.
Salah satu masalah terbesar Chelsea yang berpotensi terlihat lagi adalah tumpulnya lini depan. Mereka tidak punya sosok predator yang bisa mencetak banyak gol dalam peluang sekecil mungkin. Penyerang tersubur Chelsea, Kai Havertz, baru mengoleksi empat gol di liga. Bandingkan dengan striker andalan City, Erling Haaland, yang sudah menyumbang 21 gol.
Selalu takluk
Adapun Chelsea selalu takluk dari City dalam tiga pertemuan terakhir di seluruh kompetisi. Teranyar, bersama Potter, Si Biru juga kalah 0-2 dalam duel di Piala Liga Inggris, November lalu. Di sisi lain, Guardiola mencatat rekor 7 kali menang dalam 8 laga saat berhadapan dengan Potter.
Potter pun tidak punya harapan muluk-muluk pada akhir pekan ini. Dia hanya berharap permainan anak asuhnya itu terus berkembang. Mantan Manajer Brighton Hove Albion itu mencoba realistis dengan situasi tidak kondusif di Chelsea saat ini.
”Kami hanya ingin terus bertumbuh (pada 2023). Kami menemui banyak tantangan pada tahun lalu, naik dan turun. Saya pikir itu normal untuk klub yang sedang mencari keseimbangan. Secara hasil dan performa, kami masih jauh dari harapan. Itu tidak terlepas dari banyaknya pemain cedera,” kata Potter.
Pemain kunci Chelsea, seperti bek sayap Reece James dan gelandang N’Golo Kante, serta pembelian teranyar, Wesley Fofana, belum bisa dimaksimalkan akibat cedera. Hal itu mempersulit adaptasi Potter yang ditunjuk sebagai manajer pengganti Thomas Tuchel pada musim panas lalu.
Di sisi lain, City datang ke Stadion Stamford Bridge untuk berburu tiga poin. Tim juara bertahan itu berkesempatan memperkecil jarak dengan pemuncak klasemen Arsenal yang ditahan imbang Newcastle United, 0-0, pada Rabu dini hari WIB. Jika menang, City hanya terpaut 5 poin dari Arsenal.
Perlu lebih fokus
Menurut bek City, John Stones, hasil imbang 1-1 versus Everton pada laga terakhir tidak memengaruhi mentalitas timnya. Mereka hanya perlu lebih fokus selama 90 menit laga nanti. Adapun City kecolongan gol setelah unggul atas Everton di kandang. Everton mencetak satu gol hanya dari dua tembakan.
”Pastinya semua laga harus kami menangkan sejak saat ini. Saya pikir mentalitas tim ini masih sama seperti tujuh tahun saya berada di sini. Belajar dari laga sebelumnya, kami harus bisa lebih efektif memanfaatkan peluang,” ujar Stones jelang bertandang ke markas Chelsea.
Laga nanti akan menjadi kesempatan terbaik penyerang City, Phil Foden, untuk unjuk gigi. Pemain andalan tim nasional Inggris yang sudah menyumbang 7 gol dan 3 asis di liga itu kehilangan tempat utama di sayap kiri sepulang dari Qatar. Dia digantikan rekannya di timnas Inggris, Jack Grealish.
Terlepas dari keunggulan City di segala sisi, Chelsea tidak akan menyerah dengan mudah di kandang sendiri. Mereka baru sekali kalah dari 8 laga di Stadion Stamford Bridge pada musim ini, yaitu ketika menghadapi Arsenal dalam partai derbi London. (AP/REUTERS)