Musim ini, Arsenal pantas optimistis mengakhiri paceklik gelar juara Liga Inggris. Performa mereka pada paruh pertama edisi 2022-2023 serupa ketika terakhir kali menjadi penguasa Inggris pada musim 2003-2004.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·5 menit baca
BRIGHTON & HOVE, MINGGU – Arsenal menutup tahun 2022 dengan manis. Kemenangan 4-2 pada laga tandang ke markas Brighton & Hove Albion, Stadion Palmer, Sabtu (31/12/2022) malam waktu Inggris atau Minggu (1/1/2023) dini hari WIB, tidak cuma memperlebar keunggulan di puncak klasemen. Melainkan, juga mengukuhkan 2022 sebagai tahun terbaik Arsenal setelah era Arsene Wenger.
Dalam kurun waktu Januari hingga Desember 2022, “Si Meriam” mengoleksi 77 poin dari 35 pertandingan. Tim asuhan Mikel Arteta itu mengoleksi rerata 2,2 poin per laga. Angka itu menjadi perolehan rata-rata poin tertinggi Arsenal dalam satu tahun kalender pada 18 tahun terakhir atau sejak 2004.
Rerata poin itu juga serupa dengan perolehan poin Arsenal pada tahun kalender 2003 yang menjadi awal bagi penampilan cemerlang mereka di musim 2003-2004. Kala itu, Arsenal juga meraih rata-rata 2,2 poin usai mengumpulkan 80 poin dari 36 laga.
Arsenal menutup kegemilangan tahun 2003 dengan meraih gelar juara Liga Inggris ke-13 pada akhir musim 2003-2004 dengan koleksi 90 poin. Prestasi itu dilengkapi dengan capaian tak terkalahkan selama satu musim yang belum bisa disamai oleh tim manapun hingga saat ini. Era itu dikenang sebagai "Invincibles" Arsenal.
Rerata 2,2 poin per laga itu dalam satu tahun kalender hanya kalah pada tahun 2004. Selama 2004, Si Meriam menghasilkan 89 poin dari 39 pertandingan atau rata-rata menghasilkan 2,3 poin per laga.
Selain itu, Bukayo Saka dan kawan-kawan juga mengemas perolehan poin tertinggi dalam sejarah Arsenal setelah menjalani 16 laga di Liga Inggris. Mereka adalah tim kelima yang bisa mengemas minimal 43 poin dari 16 laga di paruh pertama kompetisi terbaik di dunia itu.
Mereka menyamai catatan Chelsea yang mengumpulkan 43 poin pada musim 2005-2006. Koleksi poin itu hanya kalah dari capaian Tottenham Hotspur (musim 1960-1961), Manchester City (2017-2018), dan Liverpool (2019-2020), yang masing-masing mengoleksi 46 poin. Keempat tim tersebut sukses merengkuh trofi juara liga pada akhir musim.
“Arsenal tengah dalam performa terbaik dan tepat menuju gelar liga, tanpa diragukan lagi. Ini bukan kebetulan. Mereka bisa mencapai hal itu karena mereka adalah tim yang sangat bagus,” ucap Paul Merson, pengamat Liga Inggris Sky Sports.
Menjauh
Si Meriam adalah satu-satunya tim di peringkat tiga besar Liga Inggris yang meraih tiga poin di pertandingan pamungkas tahun 2022. Mereka memanfaatkan dengan baik hasil imbang yang diraih dua pesaing terdekat, Manchester City dan Newcastle United, yang ditahan imbang masing-masing oleh Everton dan Leeds United pada laga kandang.
City harus puas bermain imbang 1-1 setelah pemain sayap Everton, Demarai Gray, mencetak gol di menit ke-64 untuk menganulir kemenangan City yang mencetak gol lebih dulu melalui Erling Haaland di babak pertama. Adapun Newcastle menelan kekecewaan karena bermain seri tanpa gol dengan Leeds.
Kami menunjukkan bisa memanfaatkan momen dengan baik untuk menentukan waktu menyerang dan bertahan dengan tepat. (Mikel Arteta)
Arsenal, yang membawa pulang tiga poin dari markas Brighton & Hove Albion, menjauh dari kejaran City, sang juara bertahan, dengan jarak tujuh poin. Meski begitu, Manajer Arsenal Mikel Arteta belum menganggap timnya memiliki kans juara lebih baik dari tim-tim lain, terutama City.
“Kompetisi musim ini masih panjang. Hal yang membuat saya tertarik adalah ambisi setiap pemain yang selalu ingin tampil lebih baik lagi di laga-laga selanjutnya,” ujar Arteta dilansir Football-London.
Efisien
Lebih lanjut, Arteta senang dengan performa lini serang timnya yang tampil efisien untuk menghasilkan empat gol dari tujuh tembakan mengarah ke gawang. Namun, menurut juru taktik asal Spanyol itu, skuad Si Meriam perlu terus membenahi diri untuk memahami momen di setiap pertandingan demi menampilkan permainan yang tepat di atas lapangan hijau.
“Laga melawan Brighton & Hove adalah ujian yang besar bagi kami karena mereka memaksa kami bertahan dalam dan menderita selama pertandingan. Tetapi, kami menunjukkan bisa memanfaatkan momen dengan baik untuk menentukan waktu menyerang dan bertahan dengan tepat,” ucap Arteta.
Di Stadion Palmer, Arsenal mengoleksi persentase penguasaan bola terendah di musim ini. Mereka hanya mencatatkan 32 persen penguasaan bola, sedangkan “Si Burung Camar”, julukan Brighton & Hove Albion, menguasai pertandingan dengan 68 persen penguasaan bola.
Namun, Arsenal mengkreasikan peluang lebih banyak dibanding tim tuan rumah. Pemain Arsenal mencatatkan 14 tembakan yang tujuh tendangan di antaranya tepat sasaran. Adapun Brighton menghasilkan sembilan tembakan dengan lima tendangannya mampu menguji kiper Arsenal, Aaron Ramsdale.
Gol tercepat
Arsenal bermain lebih bertahan karena ditekan tuan rumah setelah unggul cepat ketika laga baru berjalan 66 detik. Si Meriam mencetak gol pertama melalui sontekan Saka.
Gol itu adalah gol tercepat kedua Arsenal di Liga Inggris. Catatan gol tercepat Si Meriam masih dipegang Theo Walcott yang menjaringkan bola ke gawang Queens Park Rangers pada detik ke-20, Mei 2013.
Setelah itu, Arsenal mencetak dua gol tambahan melalui Martin Odegaard pada menit ke-39 dan Eddie Nketiah saat babak kedua baru berjalan dua menit. Brighton sempat memperkecil kedudukan melalui penyerang sayap asal Jepang, Kaoru Mitoma, pada menit ke-65.
Gabriel Martinelli mengunci kemenangan Si Meriam pada menit ke-71. Pertahanan Arsenal sempat lengah karena gagal menghalau peluang Evan Ferguson untuk mencetak gol kedua tim tuan rumah ketika waktu normal tersisa 13 menit.
Manajer Brighton Roberto De Zerbi mengesampingkan hasil akhir di laga terakhir timnya di tahun 2022. Menurut dia, skuad Si Burung Camar bermain dengan performa yang baik untuk memberikan tekanan kepada sang pemuncak klasemen.
“Arsenal mencetak gol-gol aneh yang memberikan kami hasil yang aneh terlepas dari permainan kami yang lebih baik,” kata De Zerbi dikutip The Guardian.