Jutaan rakyat Argentina yang sedang menghadapi krisis ekonomi akibat inflasi merayakan keberhasilan tim nasional juara Piala Dunia Qatar 2022 atau setelah 1978 dan 1986. Sepak bola pelipur derita kehidupan ekonomi warga.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO, LUKI AULIA, YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
BUENOS AIRES, SENIN - Keberhasilan tim sepak bola Argentina menjuarai Piala Dunia Qatar 2022 disambut sukacita jutaan warga, mulai dari Buenos Aires di Argentina hingga Dhaka, Bangladesh. Tim ”Tango” telah menghadirkan kebahagiaan di tengah kesulitan ekonomi dan penderitaan.
Ratusan ribu suporter Argentina di jantung kota Dhaka serentak berteriak girang dan saling berpelukan ketika Gonzalo Montiel, pemain tim Tango, merobek gawang Perancis dalam adu penalti laga final Piala Dunia di Lusail, Senin (19/12/2022) dini hari WIB. ”Messi, Messi! Argentina!” pekik mereka, menepikan dinginnya suhu malam hari di musim dingin yang menusuk tulang.
Sebagian dari mereka, yang menyaksikan laga itu lewat layar raksasa, bahkan menitikkan air mata saat melihat Lionel Messi, bintang Argentina, bersimpuh di lapangan Stadion Lusail dengan menutupi wajahnya yang memerah akibat tangisannya. Meskipun terpisah jarak 4.000 kilometer, warga di Dhaka dan Messi di Qatar seolah menyatu dalam emosi yang sama.
”Saya tak tahu kenapa tiba-tiba menangis. Namun, saya menangis untuknya (Messi),” ujar Nafiun Rahman Zian (18), warga Dhaka.
Kemenangan dramatis, 4-2, atas Perancis melalui adu penalti di Qatar mengakhiri 36 tahun penantian Argentina dan penggemarnya akan trofi Piala Dunia. Emosi mereka diombang-ambing oleh jalannya laga yang bak film thriller itu.
Mereka nyaris tidak percaya saat penyerang Perancis, Kylian Mbappe, mencetak dua gol hanya dalam waktu dua menit di akhir waktu normal. Keunggulan 2-0 di babak pertama sirna begitu saja. Bayangan kekalahan tragis, 3-4, dari Perancis di babak 16 besar edisi Rusia 2018 menyeruak tiba-tiba.
”Saya seperti terkena serangan jantung,” ujar Abdus Sabur (40), pengemudi ojek di Dhaka, yang sengaja tidak mencari penumpang untuk melihat Argentina di final Piala Dunia 2022.
Kondisi ekonomi sedang naik-turun tidak jelas dan di akhir bulan selalu sulit memenuhi kebutuhan hidup. Namun, semua penderitaan kami sepadan (terbayar) dengan kemenangan Argentina.
Di babak waktu ekstra, mereka lagi-lagi dipaksa menunggu dengan penuh kecemasaan ketika Mbappe sekali lagi menunjukan sihirnya lewat eksekusi penalti yang dingin untuk menyeimbangkan gol Messi beberapa menit sebelumnya. Jadi, tidak heran, emosi dan kegembiraan meluap di Dhaka ketika Argentina menang adu penalti.
”Penantian lama telah berakhir untuk menyaksikan cinta saya (Messi), si penyihir kecil, memegang trofi yang sangat ia dambakan,” ucap Zian terharu.
Bangladesh, negara berpenduduk 170 juta jiwa dan mayoritas Muslim, sebenarnya lebih terkenal sebagai negara ”gila olahraga kriket”. Namun, setiap penyelenggaraan Piala Dunia, yaitu empat tahun sekali, banyak anak muda mendukung Argentina dan Brasil.
Menyisihkan gaji
Sejumlah warga dari negara yang seperlima penduduknya hidup di garis kemiskinan itu bahkan terbang ke Qatar untuk mendukung langsung Argentina. Hussein (37) misalnya. Pria yang duduk di kursi roda karena kecelakaan sepeda motor itu menyisihkan 20 persen gajinya setiap bulan selama lima tahun sebagai karyawan penjualan.
Bermodal tabungan sebesar 3.000 dollar AS (Rp 46 juta), ia nekat ke Qatar untuk melihat langsung perjuangan Messi dan Argentina. ”(Menyaksikan) Piala Dunia adalah pengalaman sekali seumur hidup,” ujar Hussein, dikutip TRT World.
Meskipun tidak bisa menyaksikan langsung Argentina di Qatar, jutaan penggemarnya di Buenos Aires tidak kalah meriah merayakan capaian gelar ketiga di Piala Dunia. Mereka tumpah ruah dan berpesta di jalan dan ruang publik. Setidaknya 2 juta orang berkumpul di situs Obelisk yang berada di pusat kota.
Kemenangan Tango membuat rakyat Argentina setidaknya bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Sekitar 40 persen dari 45 juta penduduk di Argentina hidup dalam kemiskinan. Inflasi yang melonjak (mencapai 88 persen dalam setahun terakhir) serta devaluasi mata uang telah menyebabkan malapetaka pada tabungan dan pendapatan rakyat negara itu.
Kesulitan itu hilang sementara. Semalam suntuk, mereka bergembira dengan menari, bernyanyi, menyalakan kembang api, dan membunyikan klakson mobil seolah tiada henti. ”Kondisi ekonomi sedang naik-turun tidak jelas dan di akhir bulan selalu sulit memenuhi kebutuhan hidup. Namun, semua penderitaan kami sepadan (terbayar) dengan kemenangan Argentina,” kata Agustin Acevedo (25), pekerja bangunan dari Temperley, yang datang ke Buenos Aires hanya untuk melihat laga final lewat layar raksasa.
Mengubur perbedaan
Di Rosario, kampung halaman Messi dan Angel Di Maria, pencetak gol Argentina, penggemar dua klub yang berseteru, Newell’s Old Boys dan Rosario Central, mengubur perbedaan. Mereka kompak bergembira.
”Tim nasional menyatukan semua orang. Penggemar Central dan Newell berpelukan dan bernyanyi. Itu hal terindah yang pernah ada,” kata Nahuel Cantero (21), salah seorang warga.
Capaian Messi dan Argentina juga dirayakan para petenis dunia. ”Sebuah dongeng untuk Argentina. Berkali-kali Messi telah mendefinisikan ulang kebesaran. Menjadi keistimewaan bagi saya bisa melihatmu,” ungkap Roger Federer dalam akun Instagram-nya.