Sepak Bola, ”Mantra” Peredam Derita Rakyat Argentina
Sepak bola bak mantra bagi rakyat Argentina untuk lari dari penderitaan akibat inflasi tinggi dan kesulitan ekonomi. Di sana, sepak bola memang dipuja bak "agama" dan nyaris melampaui segalanya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
AP PHOTO/VICTOR R CALVANO
Ratusan ribu orang Argentina memadati kawasan Obelisk di ibu kota Buenos Aires merayakan keberhasilan tim nasional mereka menang 3-0 atas Kroasia di semifinal Piala Dunia Qatar, Selasa (13/12/2022). Mereka bergembira di tengah krisis ekonomi yang menghimpit.
Perekonomian Argentina sedang tenggelam, namun rakyatnya kini justru tengah terapung. Kontradiksi itu semata-mata terjadi akibat sepak bola. Keberhasilan Lionel Andres Messi dan rekan-rekannya menembus final Piala Dunia Qatar telah membuncahkan asa rakyat.
Di negara itu, hanya sepak bola yang mampu mengalihkan perhatian, menghibur, di tengah beratnya beban hidup. Maka, gelar Piala Dunia untuk kali ketiga bakal menjadi obat Argentina di tengah derita akibat karut-marut ekonomi. Kali terakhir mereka meraih trofi Piala Dunia adalah pada 1986.
Di Argentina, sepak bola bisa lebih penting daripada segalanya. Diego Armando Maradona, kapten Argentina saat juara Piala Dunia 1986 di Meksiko, misalnya, sampai dikultuskan dan dipuja. Hanya di Argentina seorang fana seperti dirinya dibangunkan ”gereja” dan memiliki jutaan ”umat”.
Padahal, menurut lembaga statistik INDEC, indeks harga di Argentina melesat 6 persen, hanya selama November 2022. Bahkan, setahun terakhir, inflasi komoditas barang dan jasa di negara itu menyentuh 88 persen seiring mulai pulihnya aktivitas warga dari pandemi Covid-19. Belum ada tanda inflasi bakal melambat.
AP PHOTO/RODRIGO ABD
Dua penggemar Argentina mengenakan kostum pahlawan super saat menyaksikan pertandingan semifinal Piala Dunia Qatar antara Argentina melawan Kroasia melalui layar lebar di Buenos Aires, Argentina, Selasa (13/12/2022).
Di Argentina, kehidupan terasa ngeri, terutama di akhir tahun, karena rakyat dibayangi harga-harga yang melonjak di tengah festival Natal dan Tahun Baru. Terbayang kembali corralito, krisis ekonomi pada 2001, yang memicu kerusuhan dan berujung lengsernya Presiden Fernando de la Rua.
Dalam dua pekan, Argentina memiliki empat pemimpin. Sejumlah tragedi berdarah sempat muncul, khususnya di Buenos Aires yang menelan 39 nyawa. Sejak saat itu, pemimpin Argentina selalu menyiapkan program untuk menghadapi Desember yang sulit.
Pada akhir tahun seperti saat ini, rakyat akan berteriak karena harga bahan bakar minyak (BBM) biasanya naik diikuti harga kebutuhan pokok. Mereka akan turun dan unjuk rasa di jalan. Buruh mengancam mogok dengan tuntutan kenaikan upah dan bonus untuk mengatasi inflasi.
Dalam perspektif moral untuk memberikan hal yang berarti bagi rakyat Argentina, kami amat menginginkan timnas menjadi juara (Piala Dunia). Rakyat benar-benar perlu diberikan kesenangan. (Kelly Olmos)
Dalam kondisi itu, sepak bola lantas memainkan perannya yang unik, yaitu sebagai sihir. Capaian Argentina menembus final Qatar 2022 meredakan penderitaan 40 persen rakyat miskin. Setiap kemenangan La Albiceleste di Qatar disyukuri karena menghibur rakyat.
Padahal, Argentina mengawali kiprahnya di Qatar dengan kesakitan. Mereka kalah 1-2 dari Arab Saudi, tim yang sebelumnya tidak pernah punya catatan menang atas Argentina. Namun, kekalahan itu seolah menjadi tamparan yang menyadarkan tim ”Tango”.
Bangkit
Argentina segera bangkit seperti rakyatnya yang berjuang mengatasi krisis ekonomi. Argentina menang 2-0 atas Meksiko dan Polandia, sehingga melaju ke fase gugur sebagai juara Grup C. Selanjutnya, Albiceleste berturut-turut mengalahkan Australia, Belanda, dan Kroasia di babak gugur.
Ketika tim nasional mereka menang di jazirah Arab, rakyat di dalam negeri akan bersorak dan berhamburan di jalan dan tempat publik. Apalah arti krisis ekonomi di hadapan kegembiraan. Sepak bola membasuh duka menjadi suka. Air mata kesedihan pun berubah menjadi kegembiraan.
Sebelum turnamen sepak bola akbar itu dimulai pada 20 November 2022, Menteri Ketenagakerjaan Argentina Kelly Olmos mengingatkan, paket program untuk menurunkan inflasi lebih penting daripada timnas menjuarai Piala Dunia Qatar. ”Kita harus bekerja keras mengatasi inflasi, tetapi satu bulan tidak akan membuat perbedaan besar,” katanya.
Namun, di sisi lain, diakuinya, sepak bola bisa menghadirkan perbedaan, setidaknya dalam hal psikologis atau suasana kebatinan. Syaratnya, tim Tango bisa mengalahkan Perancis di babak final, Minggu (18/12) malam.
”Dalam perspektif moral untuk memberikan hal yang berarti bagi rakyat Argentina, kami amat menginginkan timnas menjadi juara (Piala Dunia). Rakyat benar-benar perlu diberikan kesenangan,” ujar Olmos.
AFP/LUIS ROBAYO
Pendukung Argentina di Buenos Aires mencium replika trofi Piala Dunia saat merayakan kemenangan tim kesayangannya atas Kroasia pada semifinal Piala Dunia Qatar 2022, Selasa (13/12/2022).
Ia mengingat kejayaan pada Piala Dunia 1978 ketika negeri itu dipimpin kediktatoran militer. Ketika itu, rakyat Argentina menjadi korban persekusi. Mereka tidak tahu nasibnya pada hari berikutnya. Namun, Argentina menjadi juara dan rakyat merayakan secara meriah di jalan-jalan. ”Setelah itu, kami kembali pada kenyataan yang menyedihkan,” katanya.
Dalam kondisi sulit dan inflasi, hanya sebagian kecil rakyat Argentina yang mampu pergi ke Qatar untuk mendukung Albiceleste. Betapa tidak, harga tiket menonton satu laga setidaknya 66.500 peso Argentina atau 390 dollar AS. Nilai uang itu belum termasuk biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi.
Maka, memberikan dukungan dengan menonton di televisi rumah, bar, atau zona fans di ruang publik kota menjadi pilihan yang logis. ”Sebenarnya kami menyadari masalah ekonomi ini, akan tetapi sepak bola dan situasi ekonomi berada di jalur paralel dan tidak bisa ketemu,” kata Lucrecia Presdiger (38), perawat yang menonton laga semifinal Argentina-Kroasia di Buenos Aires, Argentina.
Presdiger melanjutkan, rakyat memang memerlukan kegembiraan dari kemenangan timnas di Qatar. Namun, mereka paham bahwa Piala Dunia hanyalah sepak bola. Rakyat tetap waspada dengan masalah sosial ekonomi yang terjadi.
AP/RODRIGO ABD
Suasana unjuk rasa anti-pemerintah di Buenos Aires, Argentina, 10 Maret 2022 lalu. Mereka menentang kebijakan Pemerintah Argentina yang menerima kucuran pinjaman senilai 45 miliar dollar AS dari International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi masalah ekonomi di negara itu.
Ariel Scher, penulis sepak bola ternama, mengingatkan, sepak bola bagaimanapun adalah permainan, olahraga, meskipun manusia memberikan gairah yang amat besar. Sepak bola memberikan kesenangan individu dan kolektif.
”Tetapi, kesenangan itu sementara, tak menghapus masalah. Kesenangan itu seperti perasaan semasa kecil saat lulus ujian. Kita bahagia, tetapi tidak bisa melunasi seluruh tagihan sekolah,” ujar Scher.
Ya, sepak bola memang tidak bisa mengatasi realitas berupa masalah sosial-ekonomi. Namun, itu setidaknya bisa menghadirkan kegembiraan yang bisa terus abadi dalam ingatan. (AFP/REUTERS)