Mereka Menikmati Sedikit Kemurahan Pesta Bola Qatar
Sebagian penggila sepak bola, terutama pekerja migran, menikmati Piala Dunia Qatar tak harus dengan biaya yang mahal, yakni pergi ke zona ”fans” dan memakai jersei tim kebanggaan yang murah meriah tapi menikmati suasana.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·5 menit baca
DYLAN COLLINS
Pekerja migran di Qatar menonton laga penyisihan Grup C Piala Dunia Qatar antara Argentina dan Meksiko di Stadion Kriket Asian Town di pinggiran Doha, Sabtu (26/11/2022).
Shafeeq Saqafi mengeluarkan 3 dollar AS atau Rp 47.000 untuk jersei Argentina yang dengan bangga dikenakannya di antara 15.000 pekerja migran saat menonton laga penyisihan Grup H Piala Dunia Qatar antara Argentina dan Meksiko dari layar lebar di Stadion Kriket Asian Town. tepian ibu kota Doha, Sabtu (26/11/2022).
Shafeeq berbinar dan melepaskan kegembiraan ketika megabintang Lionel Messi dan Enzo Fernandez menggetarkan gawang Meksiko yang dijaga Guillermo Ochoa. Argentina menghidupkan peluang lolos ke fase gugur setelah menang 2-0 atas Meksiko. Shafeeq meluapkan kegembiraan karena saat menonton laga sebelumnya merasa ”terluka” akibat Argentina secara mengejutkan dikalahkan Arab Saudi, 1-2.
Shafeeq berteriak sambil menepuk logo Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA) di dada kiri ketika gol tercipta. Turut didendangkan yel-yel dan lagu-lagu ke langit Doha untuk ”La Albiceleste” yang tengah berlaga di Stadion Lusail, 31 kilometer di utara Asian Town. Padahal, Shafeeq yang datang bersama teman-teman senasib sebagai pekerja migran bukan warga negeri Tango di Amerika Selatan itu.
Namun, Shafeeq ingin ikut menikmati pesta bola terakbar yang untuk pertama kali berlangsung di tanah Arab itu. Jersei murah sudah cukup bagi Shafeeq daripada harus membeli produk resmi seharga 90 dollar AS atau lebih dari Rp 1,4 juta. ”Aku tidak mampu membeli nomor punggung (10) dan nama (Messi) untuk dicetak di baju ini, tetapi baju ini sesuatu yang amat aku inginkan,” ujarnya.
Kaum pekerja migran menonton siaran laga Piala Dunia Qatar di lokasi festival fans di Stadion Kriket Asian Town di pinggiran Doha, Jumat (25/11/2022).
Shafeeq berusia 32 tahun dan berasal dari Bangladesh. Ia termasuk dalam 2,5 juta pekerja migran yang menjadi penopang ekonomi ajaib Qatar. Shafeeq juga menyumbangkan tenaga untuk sebagian proyek pembangunan prasarana dan sarana Piala Dunia 2022 sejak Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah selepas Piala Dunia Afrika Selatan 2010.
Shafeeq tinggal di kawasan sederhana untuk pekerja di pinggiran Doha. Pekerjaan itu memberikan rezeki 400 dollar AS atau setara Rp 6,277 juta per bulan bagi Shafeeq. Lebih dari separuhnya dikirim untuk menunjang kehidupan keluarga di Bangladesh. Shafeeq bertahan di negeri yang terus menerima kritik keras dan pedas akibat perlakuan terhadap pekerja dalam pembangunan masif untuk Piala Dunia.
Stadion Kriket Asian Town itu telah menjadi bagian hidup beribu-ribu pekerja migran yang miskin dan tinggal di dekatnya. Mereka jauh dari pusat ibu kota yang berhias kemewahan pusat belanja dan restoran. Shafeeq pun jauh dari ingar bingar suasana di delapan arena penyelenggara laga Piala Dunia. Tiket laga yang hampir dua kali lipat penghasilan bulanan jelas mustahil dijangkau kalangan rakyat jelata seperti Shafeeq.
Namun, jika Piala Dunia adalah pesta sepak bola, idealnya juga dapat dinikmati seluruh umat manusia. Ini bukan sekadar turnamen untuk tim dan ofisial yang akan terasa hambar dan getir tanpa ingar bingar kehadiran pendukung dan pengunjung. Juga seharusnya mampu merangkul warga kelompok ekonomi lemah, tetapi ingin turut merasakan dan menikmati kegembiraan pesta sepak bola.
Warga negara Argentina, Victor Taborda (kiri) selaku pemilik Sudestada Cafe, Jakarta, bersama teman-temannya saat mendukung saat nonton bareng pertandingan Argentina vs Arab Saudi di Piala Dunia 2022 Qatar, Selasa (22/11/2022), Restoran yang menyajikan menu khas Argentina ini menyelenggarakan acara nonton bareng Piala Dunia 2022.
Di Stadion Kriket, perempuan disjoki menghibur lautan orang, mayoritas pria asal Asia Selatan, dengan lagu pop Hindi dan film Bollywood sebelum siaran laga. Bagi kebanyakan pekerja migran, zona fans itu yang terdekat dan terjangkau dengan Piala Dunia. Tiket untuk masuk dan menikmati suasana Piala Dunia di zona fans itu mencapai 360 riyal atau 100 dollar AS. Beberapa ribu lembar tiket termurah dilepas dengan harga 40 riyal (10 dollar AS), dengan cepat habis oleh penggila seperti Shafeeq.
Aku tidak mampu membeli nomor punggung (10) dan nama (Messi) untuk dicetak di baju ini, tetapi baju ini sesuatu yang amat aku inginkan.
Tiket untuk menonton siaran laga cukup tinggi. Atribut untuk menambah suasana, apalagi yang resmi jelas tak terbeli. Untuk itu, Shafeeq dan kebanyakan penonton membeli atribut Piala Dunia yang murah tetapi cukup berkualitas meski palsu atau bajakan di pasar-pasar dadakan.
Murah meriah
Yaseen Gul, pekerja migran yang 10 tahun terakhir bekerja untuk perusahaan listrik di Doha, mengatakan, ia memilih zona fans di Asian Town untuk menikmati Piala Dunia yang murah meriah. Qatar adalah negeri yang keras dan pekerjaan yang berat. ”Pendapatan jelas membaik di sini sehingga aku belum mau pulang,” katanya.
Shaqeel Mahmoud, pekerja migran lainnya, mengatakan, ia hanya membeli tiket termurah masuk zona fans meski berebutan. Sebab, sebelum Argentina lawan Meksiko berakhir pada Sabtu malam itu, Shaqeel sudah harus pergi bekerja. Bahkan, dirinya tak sempat membeli secangkir teh seharga 1 dollar AS (Rp 15.000), yang bagi mereka sudah dianggap mahal.
FAKHRI FADLURROHMAN
Pendukung tim nasional Belanda menghias wajahnya di acara Festival Oranje Indonesia di Lapangan Panahan, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Jumat (25/11/2022). Ribuan pendukung Belanda memadati Lapangan Panahan, kompleks Gelora Bung Karno, untuk nonton bareng Belanda melawan Ekuador pada Piala Dunia Qatar 2022.
”Tiada keharusan membeli dan bagiku sudah cukup senang bisa menikmati Piala Dunia di sini,” kata pekerja dari Bangladesh ini.
Menurut Studi Keller Sport, harga tiket laga di Qatar lebih tinggi 40 persen daripada Piala Dunia Rusia 2018. Di Rusia, rata-rata harga tiket ialah 339 dollar AS (Rp 5,3 juta). Di Qatar, rerata harga tiket 812 dollar AS (Rp 12,75 juta) atau naik lebih dari dua kali lipat. Harga tiket laga Piala Dunia Qatar menjadi yang termahal sehingga tidak terjangkau, bahkan oleh ”warga domestik” dari kalangan pekerja migran yang miskin.
Ashley Brown dari Free Lions Football Supporter Association menyebutkan, biaya akomodasi, konsumsi, bahkan menonton siaran pertandingan di bar atau restoran di Qatar juga tinggi. Akomodasi yang nyaman meski tidak mewah menyentuh Rp 6,8 juta per malam. Untuk menyiarkan pertandingan di bar, restoran, vila, hotel, apartemen untuk tujuan komersial, pengelola harus membayar hak siar Rp 408 juta.
”Itulah yang mengakibatkan banyak fans Inggris tidak berangkat karena lebih murah menikmati Piala Dunia di rumah,” katanya. (AP/AFP)