Julian Alvarez, Penjaring Gol Ahli Waris Tradisi Tim ”Tango”
Diproyeksi sebagai pemain pelapis, penyerang muda Argentina, Julian Alvarez, justru menjelma sebagai mesin gol yang mengantarkan tim ”Tango” ke final Piala Dunia 2022. Dia mewarisi tradisi ujung tombak andal Argentina.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
Lewat performa apiknya, Julian Alvarez menjelma dari pemain pelapis menjadi pilihan utama Argentina di Piala Dunia Qatar 2022. Bersama sang kapten, Lionel Messi, dia menjadi mesin gol yang membantu Argentina lolos ke final menghadapi Perancis di Stadion Lusail, Minggu (18/12/2022).
Penampilan pemain berjuluk ”La Arana” alias Si Laba-laba itu meneruskan tradisi tim ”Tango” melahirkan ujung tombak andal sejak gelar dunia perdana pada Piala Dunia Argentina 1978. ”Tidak ada yang membayangkan Julian akan memberikan peran besar. Kontribusinya kepada tim benar-benar spektakuler,” ujar Messi, seperti dikutip BBC, Kamis (15/12/2022).
Alvarez, yang debut di tim senior pada saat Argentina ditahan imbang Chile, 1-1, pada kualifikasi Piala Dunia 2022, 4 Juni 2021, sejatinya diproyeksikan sebagai pelapis di antara enam penyerang yang dibawa pelatih Lionel Scaloni ke Qatar. Selain Messi, empat penyerang senior lain adalah Angel Di Maria, Paulo Dybala, Angel Correa, dan Lautaro Martinez.
Alvarez hanya menjadi pengganti gelandang serang Papu Gomez pada menit ke-59 saat Argentina kalah dari Arab Saudi dalam laga pembuka Grup C. Pada laga berikutnya, pemain Manchester City itu kembali masuk menggantikan Martinez pada menit ke-63 ketika ”La Albiceleste” menang 2-0 atas Meksiko.
Alvarez baru dipercaya menjadi pemain mula tatkala Argentina menang 2-0 atas Polandia pada laga terakhir grup dan membalas kepercayaan itu dengan mencetak gol kedua timnya. Sejak itu, pemuda kelahiran Cordoba, Argentina, 31 Januari 2000, itu terus dipercaya mendampingi Messi di lini depan.
Alvarez kembali menyumbang satu gol saat Argentina menang 2-1 atas Australia di babak 16 besar. Tak mencetak gol melawan Belanda di perempat final, dia kembali bersinar dengan mencetak dua gol saat Argentina mengungguli Kroasia, 3-0, di semifinal.
Kelebihan Alvarez adalah mampu bergerak dinamis di banyak posisi, pekerja keras, dan penyelesai umpan yang klinis. Sejak kecil, pemain yang dibesarkan klub raksasa Argentina, River Plate, itu mendapatkan julukan Si Laba-laba karena pergerakannya yang ulet, bak memiliki lebih dari dua kaki.
Gaya bermain Alvarez tergambar pada semifinal. Kengototannya berbuah hadiah penalti yang dieksekusi sempurna Messi dan membawa Argentina unggul, 1-0. Tak lama, Alvarez mendapatkan bola liar dari Messi yang diganggu pemain Kroasia. Hanya dalam delapan detik, dia menggiring bola dan menerobos kawalan tiga pemain Kroasia untuk menembus kotak penalti, sebelum berhadapan dengan kiper Kroasia dan menyarangkan gol pertamanya.
Pada gol keduanya, Alvarez membuktikan diri sebagai pemain oportunis yang paham menempatkan diri untuk menyambut umpan matang Messi. ”Kinerjanya di luar dugaan. Dia bermain bersama Messi dan bekerja untuknya. Anda butuh hati yang besar untuk melakukan itu. Dia memulai Piala Dunia dari bangku cadangan, tetapi dengan satu kesempatan, dia melakukannya dengan brilian,” kata mantan bek sayap Argentina dan Manchester City, Pablo Zabaleta.
Sisihkan pemain inti
Grafik menonjol Alvarez telah menyisihkan Martinez yang semula masuk rencana inti Scaloni di Piala Dunia ini. Adapun Dybala, yang dibawa dengan riwayat cedera paha, nyaris tidak mendapatkan kesempatan bermain hingga akhirnya diturunkan selama 16 menit di akhir semifinal.
Tidak ada yang membayangkan Julian akan memberikan peran besar. Kontribusinya kepada tim benar-benar spektakuler.
”Di usianya, normal jika dia ingin menaklukkan dunia. Dia adalah anak yang akan melakukan apa pun yang dikatakan kepadanya,” ungkap Scaloni tentang Alvarez.
Alvarez kini bersanding dengan penyerang senior Perancis, Olivier Giroud, yang mengoleksi empat gol dan berada di posisi kedua pencetak gol terbanyak Piala Dunia. Mereka tertinggal satu gol di bawah Messi dan ujung tombak Perancis, Kylian Mbappe, yang sama-sama membukukan lima gol dari enam laga.
Alvarez adalah pemain Argentina kedua yang mengemas empat gol di Piala Dunia saat berusia 22 tahun, menyusul Gonzalo Higuain pada Afrika Selatan 2010. Dia pun menjadi pemain termuda yang membukukan lebih dari satu gol di semifinal Piala Dunia sejak hattrick legenda Brasil, Pele, ketika tim ”Samba” menang 5-2 atas Perancis di Swedia 1958.
Oleh karena itu, Alvarez digadang-gadang sebagai penerus tradisi penyerang haus gol Argentina. Tradisi itu diawali Mario Kempes, pencetak gol terbanyak dan pemain terbaik saat Argentina menjadi juara Piala Dunia 1978.
Setelah itu, Argentina tanpa putus menelurkan pemain depan andal, mulai dari Diego Maradona yang menjadi pahlawan saat Argentina merebut gelar dunia kedua di Piala Dunia Meksiko 1986. Kemudian, ada Gabriel Batistuta yang menunjukkan tajinya di Piala Dunia Amerika Serikat 1994 dan Piala Dunia Perancis 1998, sebelum Messi mengorbit di Piala Dunia Jerman 2006.
”Sepanjang Piala Dunia ini, dia (Alvarez) melakukannya dengan luar biasa. Dia menjalankan tugas dengan segalanya. Dia berjuang, menciptakan peluang. Bagi kami, dia adalah penemuan yang mengejutkan. Dia pantas mendapatkan apresiasi atas semua yang sudah dilakukannya,” kata Messi. (AFP/REUTERS)