Lionel Messi menemukan performa terbaik Piala Dunia ketika tampil di Stadion Lusail. Satu laga final tersisa wajib dimenangi Messi demi menyempurnakan karier gemilangnya.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR dari Doha, Qatar
·4 menit baca
LUSAIL, KOMPAS — Stadion Lusail menjadi tempat yang ramah dan magis bagi Lionel Messi selama Piala Dunia 2022. Di stadion terbesar di Qatar itu, Messi meneguhkan peran besarnya bagi Argentina dan membawa ”La Albiceleste” menembus partai puncak untuk mengejar gelar dunia ketiga.
Terakhir, Messi membuat sebuah gol dari eksekusi titik putih dan satu asis yang menegaskan superioritas Argentina atas Kroasia, 3-0, pada laga semifinal, Rabu (14/12/2022) dini hari WIB. Argentina lolos ke final untuk keenam kalinya atau yang kedua untuk ”La Pulga” alias ”Si Kutu”, julukan Messi.
Empat dari enam laga Argentina di Qatar berlangsung di Stadion Lusail dan penampilan Messi ibarat menghidupkan kembali asal-usul wilayah itu pada akhir abad ke-19. Lusail diambil dari nama tanaman asli wilayah itu, yakni al-wassail.
Tanaman serupa semak berbunga itu tidak ditemukan lagi di Lusail saat ini yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Doha. Namun, berkat kehadiran tanaman itu, Sheikh Jassim bin Mohammed al-Thani, bapak pendiri Qatar modern, jatuh hati dengan Lusail sehingga membangun istana untuk kediamannya hingga wafat di kota itu.
Dua abad berselang, al-wassail mewujud dalam diri Messi. Meski bukan berasal dari Qatar, performa Messi di Piala Dunia 2022 adalah perwujudan keindahan al-wassail, yang mungil tetapi membuat orang kagum. Empat dari lima gol Messi dan tiga asis yang dibuatnya di Qatar 2022 tercipta saat tampil di Stadion Lusail.
Tidak ada satu pun dari 88.966 penonton yang memadati laga semifinal Qatar 2022 di Stadion Lusail yang tidak bertepuk tangan ketika Messi merayakan gol dan memberikan asis kepada Julian Alvarez. Pendukung Argentina tak henti menyanyikan lagu untuk Messi, sedangkan suporter Kroasia mengapresiasi performa magis ”Si Kutu”.
”Saya bahagia bisa menyaksikan Messi membawa Argentina menembus final Piala Dunia. Jika Argentina juara, mungkin saya akan memikirkan untuk membuat tato Messi,” ujar Fabio, warga Buenos Aires, Argentina, yang datang ke Qatar untuk menyaksikan laga semifinal dan final.
Ketika ditemui di tribune Stadion Lusail di pengujung laga versus Kroasia, mata Fabio berkaca-kaca setelah wasit Daniele Orsato meniupkan peluit akhir. Entah sudah berapa lagu yang dinyanyikan Fabio selama laga. Ia berteriak dan bertepuk tangan dengan riang dari tempat duduknya.
”Quiero ganar la tercera, quiero ser campeon mundial//Y al Diego, en el cielo los podemos ver// Con don Diego y con la Tota, alentandolo a Lionel ” (Saya ingin memenangi yang ketiga, saya ingin menjadi juara dunia// Dan Diego (Maradona), kami bisa melihatnya di surga// Bersama Don Diego dan La Tota, mendukung Lionel (Messi)”. Demikian lagu yang dinyanyikan Fabio dan ribuan pendukung Argentina.
Lagu itu berjudul ”Muchachos, Ahora Nos Volvimos a Ilusionar” yang dirilis band Argentina, La Mosca Tse-Tse, pada 2021. Lagu itu mereka tulis ulang untuk memberi dukungan kepada skuad La Albiceleste di Piala Dunia 2022.
Setelah kekalahan di laga perdana, kami menganggap semua pertandingan sebagai final. Kami berharap bisa memenangi satu partai final yang tersisa.
Lagu itu pun dinyanyikan Messi dan semua pemain Argentina di ruang ganti seusai mereka menyegel satu tempat di final.
Berbahagia
Messi juga tak kalah berbahagia setelah pertandingan berakhir. Meski sempat membungkuk akibat kelelahan, Messi langsung berpelukan dengan rekan setimnya, seperti Rodrigo De Paul, Lautaro Martinez, Franco Armani, dan Paulo Dybala, yang bergantian menghampirinya.
Pemain bernomor punggung 10 itu turut melompat-lompat merayakan kemenangan bersama ribuan pendukung Argentina di tribune utara stadion. Setelah itu, Messi memeluk satu per satu ofisial Argentina, termasuk pelatih Lionel Scaloni. Pelukan Messi dengan Scaloni adalah yang terlama, berdurasi sekitar 90 detik.
Messi mengatakan, dirinya senang bisa membantu tim dengan gol dan asis yang diciptakannya. Keberhasilan Argentina menembus final adalah hasil kerja kolektif semua pemain yang rela mengorbankan diri untuk bekerja ekstrakeras di setiap laga.
”Setelah kekalahan di laga perdana, kami menganggap semua pertandingan sebagai final. Itu tentu amat melelahkan secara mental, tetapi kami senang bisa memenangi lima laga final itu. Kami berharap bisa memenangi satu partai final yang tersisa,” kata Messi dalam konferensi pers seusai laga.
Partai puncak Qatar 2022 akan membawa Messi menjadi pemain dengan jumlah penampilan terbanyak di Piala Dunia. Ia telah menyamai rekor 25 laga milik Lotthar Matthaeus, legenda Jerman, ketika tampil menghadapi Kroasia.
”Si Kutu” juga telah menjadi pencetak gol terbanyak Argentina di Piala Dunia dengan 11 gol. Ia pun telah sejajar dengan Diego Maradona yang menciptakan delapan asis di pesta sepak bola terakbar.
”Melatih Leo (Messi) adalah sebuah kehormatan bagi saya,” ucap Scaloni, yang mengapresiasi peran besar Messi membantu Argentina tampil di laga final.
Messi akan kembali ke Stadion Lusail, Minggu (18/12), untuk laga final. Ia memulai dan mengakhiri perjalanan Qatar 2022 di Lusail. Partai puncak itu akan menjadi ”tarian terakhir” Messi di ajang Piala Dunia.
Untuk memperbaiki kesan pertamanya di Lusail, yang berakhir dengan kekalahan dari Arab Saudi, Messi tentu ingin keluar dari pintu Stadion Lusail pada hari Minggu dengan senyum dan menggenggam trofi Piala Dunia, yang berlapis emas 18 karat.