Tanpa nama besar, Belanda amat bergantung pada sentuhan tangan dingin pelatihnya yang kaya pengalaman, Louis van Gaal, untuk mengantisipasi Argentina, Sabtu WIB. Efektivitas serangan menjadi modal penting ”Si Oranye”.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
DOHA, KOMPAS — Bersama Louis van Gaal, pendukung Belanda sudah kehabisan harapan untuk menyaksikan permainan menyerang ala total football. Pelatih berjuluk ”Si Tulip Besi” itu tetap teguh pada pakemnya mengejar hasil positif dengan fokus mengokohkan pertahanan.
Permainan pragmatis ala Van Gaal telah membawa ”Si Oranye” menjaga tradisi selalu lolos ke babak perempat final dalam tiga edisi Piala Dunia terakhir yang diikutinya. Pada Afrika Selatan 2010, Belanda menjadi finalis. Mereka lalu meraih peringkat ketiga di Brasil 2014.
Pada babak delapan besar Piala Dunia Qatar, Belanda akan menghadapi Argentina, Sabtu (10/2/2022) pukul 02.00 WIB, di Stadion Lusail, kota Lusail. Argentina, yang dipimpin Lionel Messi, akan menghadirkan ujian bagi Van Gaal dan formasi pertahanan andalan, yaitu tiga bek tengah plus dua bek sayap.
Argentina pernah menghadirkan memori buruk bagi Van Gaal. Belanda takluk di semifinal Piala Dunia 2014. Laga itu adalah satu-satunya kekalahan yang dialami Si Tulip Besi dalam 11 laga memimpin Belanda di dua edisi Piala Dunia, yakni Brasil 2014 dan Qatar 2022.
Meski begitu, Van Gaal menolak untuk mengaitkan laga nanti dengan kekalahannya dari Argentina di Brasil 2014. Menurut dia, kedua tim memiliki gaya permainan berbeda serta telah berkembang membentuk identitas yang tidak lagi serupa dengan tahun 2014.
Van Gaal lalu menjelaskan, permainan timnya yang dianggap pragmatis adalah buah dari perjalanan panjangnya sebagai pelatih yang telah mengalami berbagai situasi laga di ajang besar. Melalui pengalaman panjangnya melatih klub-klub seperti Ajax Amsterdam dan Barcelona, ia menyadari bahwa sebuah tim tak melulu harus bermain indah dan menyerang untuk bisa meraih kemenangan.
”Waktu dan pengalaman telah banyak mengubah visi saya tentang sepak bola. Sejak 2014, saya mulai menggunakan konsep permainan (bertahan) yang kini digunakan beberapa tim. Margin skor laga di sepak bola mengecil karena tim semakin kompak untuk bertahan,” ujar Van Gaal dalam konferensi pers jelang laga, Kamis (8/12/2022).
Van Gaal ditemani Memphis Depay pada acara itu. Mereka terlihat amat tenang menjawab pertanyaan dari wartawan. Van Gaal bahkan sesekali tersenyum dan melemparkan pertanyaan yang ditujukan untuk dirinya ke Depay. Sang striker pun membela pelatihnya itu.
Kami telah menyiapkan berbagai skenario untuk meredam kekuatan mereka. Juga taktik untuk menaklukkan mereka. Kami telah menganalisis Belanda dengan sangat baik. (Lionel Scaloni)
Ia menjelaskan, semua pemain Belanda telah memahami keinginan taktik Van Gaal. Gaya permainan apa pun, ungkapnya, pantas ditampilkan timnya demi mendapatkan hasil positif.
”Semakin hari kami semakin memahami visi, karakter, dan rencana permainan pelatih yang membantu kami bisa melangkah ke perempat final dan menjadi tim yang belum terkalahkan. Ia sangat menuntut kami selalu bermain disiplin dengan peran di lapangan. Itulah yang akan kami pertahankan di laga nanti,” ujarnya.
Depay akan kembali menjadi andalan Van Gaal untuk mempertahankan rekor positif tim ”Oranye”, yaitu selalu memenangi laga perempat final dalam tiga kesempatan terakhir, yaitu di 1998, 2010, dan 2014. Striker Barcelona itu telah mencetak 24 gol dan 10 asis dari 30 laga terakhir bersama Belanda.
Dilihat dari penguasaan bola dan jumlah operan, Belanda adalah tim peringkat ketujuh dari delapan tim di perempat final Qatar 2022. Si Oranye hanya mencatatkan 53,3 persen penguasaan bola dan akumulasi 2.153 operan. Jumlah itu hanya unggul dari Maroko.
Meski begitu, Belanda adalah tim yang memiliki lini serang paling efektif di Qatar. Mereka telah mencetak 8 gol dari hanya 35 percobaan tembakan. Dengan kata lain, Belanda hanya butuh rerata empat tembakan untuk mencetak sebuah gol. Sebaliknya, Argentina baru mencetak tujuh gol dari 58 tembakan. Maka, ”La Albiceleste” membutuhkan rerata delapan tembakan untuk menggetarkan jala gawang lawan.
”Saya rasa, laga nanti bakal menjadi pertarungan terbuka. Kami tentu akan berusaha menutup ruang mereka, kemudian menyerang dan memanfaatkan setiap peluang yang kami dapatkan,” ujar Van Gaal, pelatih paling senior di Qatar dengan usia 71 tahun.
Diakui Pelatih Argentina Lionel Scaloni, Belanda bersama Van Gaal adalah tim yang mementingkan keseimbangan dalam menyerang dan bertahan. ”Kami telah menyiapkan berbagai skenario untuk meredam kekuatan mereka. Juga taktik untuk menaklukkan mereka. Kami telah menganalisis Belanda dengan sangat baik,” ujar Scaloni, pelatih termuda di Qatar dengan usia 44 tahun.
Lebih lanjut, Scaloni mengungkapkan, Angel Di Maria, gelandang sayap yang absen di laga melawan Australia, sudah kembali berlatih. Kehadiran Di Maria, katanya, membantu dirinya lebih maksimal menyiapkan tim, termasuk skenario adu penalti yang berpotensi menjadi penentu hasil laga.
Menghadapi Belanda juga menjadi kesempatan Scaloni mengakhiri rekor buruk Argentina saat menghadapi duta Eropa di babak gugur Piala Dunia. Menurut Opta, sembilan kekalahan terakhir Argentina yang membuatnya tersingkir dari babak gugur Piala Dunia dialami ketika bertemu tim-tim Eropa, termasuk tumbang 1-2 dari Belanda pada babak perempat final Perancis 1998.