Timnas Korea Selatan dan Realita Drama “Squid Game”
Korea Selatan bagai menjalani permainan hidup dan mati seperti dalam drama “Squid Game”. Berbekal keberuntungan dan kerja keras, Korea Selatan menghindari kematian dan lolos ke 16 besar
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·5 menit baca
Pertarungan perebutan satu tiket tersisa babak 16 besar Piala Dunia Qatar 2022 di Grup H berlangsung dramatis. Timnas Korea Selatan dan Uruguay menjadi dua pihak yang menyerahkan hidup dan matinya pada laga pamungkas. Bagai drama produksi dalam negerinya, Squid Games, Korea Selatan dipaksa menjalani pertarungan hidup mati nan menegangkan melawan Portugal, Jumat (2/11/2022) malam WIB.
Dalam drama bertema bertahan dari kematian itu, ratusan orang yang putus asa terhadap kehidupannya mendapat tawaran untuk memainkan berbagai macam permainan anak-anak di Korea Selatan. Meski hanya permainan anak-anak, tetapi setiap unsur di dalamnya mengandung risiko tinggi. Pihak yang kalah dalam satu permainan akan tewas dan pemenang berhak melanjutkan ke tahap selanjutnya.
Hanya ada satu pemenang di akhir permainan dan berhak atas hadiah uang tunai sekitar Rp 67 miliar. Ratusan orang yang di kesehariannya menjadi pecundang tak memiliki pilihan selain mencoba bermain demi mengubah nasib. Bagi mereka, mengambil risiko dengan berpartisipasi dalam “Squid Game” jauh lebih baik dibandingkan menderita dan dikejar-kejar utang di kehidupan nyata.
Realitas itu yang kurang lebih dialami oleh timnas Korea Selatan di Qatar. Laga melawan Portugal tiada ubahnya semacam Squid Game atau permainan bertahan hidup. Kemenangan atas Portugal menjadi harga mati bagi Korea Selatan sebab pesaing mereka, Uruguay, sudah mampu unggul 2-0 atas Ghana pada laga lainnya.
Nyawa Korea Selatan sempat berada di ujung tanduk saat tertinggal 0-1 lewat gol cepat Ricardo Horta pada menit ke-5. Para pemain Portugal memperagakan umpan-umpan panjang ke sisi sayap yang ternyata efektif membongkar pertahanan Korea Selatan. Setelah menerima bola, para pemain sayap Portugal akan melakukan manuver untuk merangsek ke jantung pertahanan Korea Selatan.
Tertinggal satu gol membuat tim “Kesatria Taeguk” terbenam di dasar klasemen sementara Grup H dengan satu poin. Uruguay yang tadinya berada di posisi itu mendadak melompat jauh ke peringkat kedua grup berkat keunggulan atas Ghana.
Kendati mencetak gol balasan melalui Kim Young-gwon di menit ke-27, bayang-bayang maut masih tetap mengintai Korea Selatan. Hasil imbang itu tidak berarti apa-apa terhadap posisi Korea Selatan di klasemen Grup H. Mereka membutuhkan kemenangan untuk terhindar dari kematian dan lolos ke fase berikutnya.
Berbagai cara dicoba Korea Selatan untuk melawan kematian. Mereka tampil lebih menyerang pada babak kedua. Penyerang sekaligus kapten Korea Selatan, Son Heung-min, menjadi pemain yang paling membahayakan Portugal. Pemain asal klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur itu mencatatkan lima tembakan ke gawang dan 42 sentuhan di laga ini. Manuver Son pun cukup merepotkan Portugal.
Itu adalah enam menit terlama dalam hidup saya. Kami benar-benar yakin akan lolos.
Kendati sudah dipastikan lolos ke 16 besar, Portugal tidak rela begitu saja gawangnya dibobol Korea Selatan. Selecao das Quinas juga berhasrat meraih kemenangan. Mereka tidak ingin kembali dikalahkan Korea Selatan pada Piala Dunia.
Pertemuan terakhir Portugal dengan Korea Selatan terjadi dua dekade lalu, pada Piala Dunia 2002. Saat itu, Korea Selatan menjadi tuan rumah bersama Jepang. “Kesatria Taeguk” berada satu grup dengan Portugal. Seperti di Piala Dunia Qatar, pertemuan Portugal dan Korea Selatan saat itu juga terjadi di laga terakhir. Lewat pertarungan dramatis, Korea Selatan mampu unggul 1-0 dan keluar sebagai juara grup.
Mengulang kejayaan
Memori atas kemenangan manis di 2002 itu kembali membayangi benak para pemain Korea Selatan. Mereka merasa kejayaan atas Portugal itu bisa kembali diulangi. Kendati Portugal saat ini diperkuat pemain-pemain yang membela klub besar Eropa.
Dalam Drama Squid Game, pemenang permainan itu adalah pria pengangguran bernama Seong Gi-hun. Gi-hun dikenal sebagai pria yang acap menemui kegagalan di kehidupannya. Di akhir drama, Gi-hun dihadapkan pada teman masa kecilnya, Cho Sang-woo, untuk saling bertarung memperebutkan hadiah atau mati.
Meski sama-sama berasal dari kawasan kumuh, Gi-hun tidak seperti Sang-woo yang dikenal sebagai anak yang jenius. Bermodal keberuntungan dan tekad kuat, Gi-hun akhirnya mampu memenangkan permainan. Salah satu kunci kemenangan Gi-hun melawan Sang-woo adalah mampu melihat celah dan mengoptimalkannya untuk menyerang.
Situasi serupa dialami pula oleh Korea Selatan. Ketika maut semakin dekat menjemput, pemain Korea Selatan melihat setitik celah melalui skema serangan balik cepat. Transisi Portugal yang lambat dimanfaatkan dengan baik oleh Son yang berlari kencang dari area pertahanannya.
Pada sisi lain, pemain pengganti, Hwang Hee-chan, juga membantu Son dengan berlari di sisi lainnya. Memasuki area sepertiga akhir Portugal, Son dengan cerdik melepaskan umpan mendatar yang langsung disambut dengan sepakan keras Hwang. Seisi stadion langsung bergemuruh dengan gol tersebut. Hingga laga usai, Korea Selatan mampu mempertahankan keunggulan 2-1.
“Itu adalah enam menit terlama dalam hidup saya. Kami benar-benar yakin akan lolos,” kata Son.
Pemain Korea Selatan dengan segera memantau laga Uruguay melawan Ghana melalui ponsel. Mereka berkerubung di lapangan, bersama-sama menonton Uruguay yang tengah berjuang mencari satu gol tambahan untuk menyingkirkan Korea Selatan. Namun, hingga akhir, Urugay gagal menambah keunggulan.
Meski memiliki poin dan selisih gol yang sama, Korea Selatan berhak melaju ke 16 besar karena unggul produktivitas gol atas Uruguay, yaitu empat gol berbanding dua gol. Para pemain Korea Selatan seketika langsung menangis sejadi-jadinya, seakan tidak percaya mereka telah berhasil menghindari maut.
“Rasanya seperti keajaiban,” ucap penyerang Korea Selatan, Cho Gue-sung.
Menurut catatan Opta yang diterima Kompas, Portugal adalah satu-satunya tim yang mampu dikalahkan Korea Selatan dua kali pada Piala Dunia. Ini juga menjadi kemenangan pertama Korea Selatan setelah tertinggal lebih dulu di Piala Dunia sejak 2006. Opta mencatat, Korea Selatan kalah dalam 10 laga sebelumnya setelah tertinggal lebih dulu.
Walau kalah, Portugal lolos sebagai juara grup dengan mengemas enam poin. Korea Selatan menyusul di peringkat dua dengan raihan empat poin, hasil dari satu kali menang, satu kali imbang, dan satu kalah.
Setelah menepis kematian, Korea Selatan kini bersiap meladeni favorit juara Brasil di 16 besar. Laga ini barangkali akan menjadi permainan paling sulit bagi Korea Selatan di Qatar. Setiap orang tahu, ketika berhadapan dengan Brasil, maka risiko kematian akan selalu menghantui di setiap menitnya.
Korea Selatan tidak terlalu gentar. Apalagi mereka selama ini dikenal piawai menciptakan drama dan memancing perhatian publik untuk menyaksikan mereka. Menurut catatan Opta, empat dari tujuh gol terakhir Korea Selatan pada Piala Dunia dicetak di menit ke-90 atau lebih. Mereka selalu tahu cara memberikan kejutan di akhir laga.
Dengan begitu, bila tidak waspada hingga akhir laga, Brasil yang akan berada di tiang gantung kematian. (AFP/REUTERS)