Paras Mulus Belgia Tercoreng Cakar ”Elang Kartago”
Skuad bintang lima Belgia hanya mengandalkan kehebatan individu pemain. Mereka diajarkan cara bermain sebagai sebuah tim oleh Maroko.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
DOHA, MINGGU — Perubahan skuad mula dan formasi tidak cukup mendongkrak performa Belgia. Kevin De Bruyne dan rekan-rekan justru kalah pertama kali dari tim Afrika di Piala Dunia setelah ditaklukkan Maroko. Skuad bertabur bintang ”Setan Merah” belum menunjukkan wajah sebenarnya.
Maroko mencuri tiga poin penuh setelah menang atas Belgia 2-0 di Stadion Al Thumama, Doha, Qatar, Minggu (27/11/2022). Dua pemain pengganti ”Elang Kartago”, Abdelhamid Sabiri dan Zakaria Aboukhlal, menjadi pahlawan tim, lewat gol pada menit ke-73 dan ke-90+2.
Sabiri hanya butuh lima menit sejak masuk lapangan untuk mencetak gol pembuka dari tendangan bebas. Sepakan Sabiri itu seperti menebus gol tendangan bebas Hakim Ziyech, yang dianulir akibat offside pada babak pertama.
”Kami mencetak gol pada saat yang tepat. Kami pantas menang. Setelah 70 menit beberapa pemain kami lelah, tetapi cara penonton mendukung kami, mereka sangat membantu. Mereka memberi kami dorongan besar,” kata Ziyech yang terpilih sebagai pemain terbaik pada laga itu.
Aboukhal menutup pesta Maroko lewat serangan balik, memanfaatkan Belgia yang tidak lagi fokus bertahan. Pasukan Elang Kartago seolah tidak pernah lelah mengejar bola sampai detik terakhir. Mayoritas dari total 43.000 penonton di stadion mendukung Maroko.
Menurut Opta, hasil laga ini adalah kemenangan pertama Maroko di Piala Dunia sejak terakhir kali pada Piala Dunia Perancis 1998. Mereka juga mencatat nirbobol dalam dua laga beruntun untuk pertama kali sejak Piala Dunia Inggris 1966.
Paras mulus Belgia tercoreng. Mereka baru pertama kali kalah dari tim Afrika setelah empat pertemuan di Piala Dunia (3 menang, 1 seri). Kekalahan ini juga menjadi yang pertama kali bagi Belgia di babak grup falam dua dekade setelah terakhir kali pada Piala Dunia 2002.
”Ini hasil yang sulit karena gol pertama sangat memengaruhi hasil akhir. Gol dari situasi bola mati. Cara kami bertahan dari bola mati itu sama seperti enam tahun terakhir. Hanya saja tembakan itu memang bagus. Kami tidak bisa berbuat banyak,” kata Pelatih Belgia Roberto Martinez.
Menurut Martinez, penampilan anak asuhnya melawan Kanada adalah salah satu yang terburuk. Karena itu, dia mengganti tiga pemain sekaligus di laga ini. Leander Dendoncker, Youri Tielemans, dan Yannick Carrasco diganti oleh Thomas Meunier, Amadou Onanam, dan Thorgan Hazard.
Setan Merah juga mengubah formasi dari 3-4-2-1 menjadi 4-2-3-1. Hasilnya, mereka lebih baik dalam membangun serangan. Belgia unggul dalam penguasaan bola (66,8 persen) dan seimbang dalam jumlah tembakan (10 kali). Berbeda ketika mereka dibombardir serangan bertubi-tubi Kanada.
Cara kami bertahan dari bola mati itu sama seperti enam tahun terakhir. Hanya saja tembakan itu memang bagus. Kami tidak bisa berbuat banyak.
Namun, Belgia gagal mengubah penguasaan bola dominan itu untuk mengancam pertahanan lawan. De Bruyne dan rekan-rekan hanya mencatat 3 tembakan ke arah gawang selama 90 menit. Percobaan itu juga tidak terlalu berbahaya.
Kiper pengganti Maroko, Munie El Jaoui, masih bisa mengontrol gawang dengan tenang. Adapun kiper utama Yassine Bounou tidak bermain meskipun masuk dalam daftar skuad utama sebelum laga. Dia meminta diganti setelah lagu kebangsaan karena problem di mata.
Pemain Belgia paling bersinar justru datang dari bangku cadangan, Dries Mertens. Dia menggantikan Eden Hazard yang tampil sejak awal sebagai gelandang serang. Mertens memberikan percikan lewat gerakan agresifnya untuk menjelahi lubang pertahanan Maroko.
Berbeda dengan Maroko. Serangan mereka selalu tampak berbahaya lewat sisi sayap, Hakim Ziyech di kanan dan Sofiane Boufal. Duet pemain yang tampil bersama klub Eropa itu mengincar sisi sayap Belgia, yang sering kosong karena naik membantu serangan.
”Saya melihat ada masalah di mentalitas mereka. Saya tidak melihat gairah dan daya juang untuk bertarung. Mereka masih memiliki kualitas individu untuk menang dan lolos 16 besar. Tetapi menyedihkan melihat sekelompok pemain mereka tidak berjuang bersama untuk negara,” kata mantan rekan De Bruyne di Manchester City, Pablo Zabaleta.
Penyerang bintang Romelu Lukaku yang dalam pemulihan cedera baru diturunkan pada 9 menit terakhir waktu normal. Dia menggantikan Mitchy Batshuayi yang gagal bersinar meskipun mendapat suplai dari gelandang kreatif terbaik seperti De Bruyne. Dia diredam pertahanan Maroko yang dipimpin bek Romain Saiss.
Masalah nyata
Bagi tim peringkat kedua seperti Belgia, performa dua laga di Qatar adalah hal yang mengkhawatirkan. Mereka punya pemain terbaik di setiap posisi. Dari kiper Thibaut Courtois, Eden Hazard, sampai De Bruyne. Namun, mereka tidak mampu bermain sebagai kesatuan tim.
Kata De Bruyne, dia membutuhkan waktu beradaptasi dari gaya bermain City ke timnas. ”Saya tahu harus beradaptasi, tetapi saya juga tidak bisa melakukan pekerjaan ini seorang diri. Saya membutuhkan pemain lain untuk meningkatkan level tim ini jika ingin sukses,” jelasnya.
Setan Merah cukup beruntung karena selamat dari kekalahan lawan Kanada. Mereka nyaris saja tertinggal di laga itu seandainya Courtois tidak mampu menggagalkan eksekusi penalti Alphonso Davies. Adapun Belgia kalah telak dalam jumlah tendangan dari Kanada 9-22.
Menurut Eden, skuad Belgia di Piala Dunia Rusia 2018 lebih baik dibandingkan saat ini. Namun, dia percaya diri karena tim kali ini lebih berpengalaman. Mirisnya, faktor pengalaman tersebut belum terlihat di babak grup.
Belgia pun harus menunda kelolosan ke 16 besar. Mereka seharusnya bisa mengamankan tiket ke babak gugur jika menang atas Maroko. Sekarang, mereka harus fokus menghadapi laga terakhir melawan finalis edisi sebelumnya, yaitu Kroasia. (AP/REUTERS)