Maroko menahan agresivitas Kroasia untuk memaksa hasil imbang 0-0 pada laga penyisihan Grup F Piala Dunia Qatar 2022. Hasil imbang mengulang pertemuan uji coba pada 1996.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
DOHA, KOMPAS — Maroko meredam agresivitas Kroasia, finalis Piala Dunia Rusia 2018, untuk memaksa hasil imbang, 0-0, dalam laga penyisihan Grup F Piala Dunia Qatar di Stadion Al-Bayt, Al-Khor, Rabu (23/11/2022).
Laga yang disaksikan oleh Wartawan Kompas, Paulus Tri Agung Kristanto, ini merupakan pertemuan kedua bagi Maroko dan Kroasia. Maroko ”Singa Atlas” pernah melawan ”Lidah Api” Kroasia pada laga uji coba Piala Hassan II, 11 Desember 1996, yang berakhir 2-2. Pertemuan perdana di Piala Dunia Qatar juga tidak menghasilkan keunggulan bagi salah satu tim.
Padahal, Kroasia lebih diunggulkan. Tim asuhan Zlatko Dalic ini punya rekor bagus atas tim-tim Afrika di Piala Dunia. Kroasia menang 4-0 atas Kamerun di fase Grup A Brasil 2014. Di Rusia 2018, Kroasia menang 2-0 atas Nigeria di fase Grup D. Sejumlah bursa taruhan mengunggulkan Kroasia, setidaknya akan menang tipis 1-0 atau 2-1.
Bagi Maroko, keberhasilan menahan Kroasia itu mengikuti jejak rival sesama tim Afrika Utara. Di Stadion Education City, Doha, Selasa (22/11/2022) malam, Tunisia memaksakan hasil imbang 0-0 dengan Denmark dalam laga penyisihan Grup D.
Meski imbang tanpa gol, Kroasia memuncaki klasemen sementara Grup F. Maroko di urutan kedua karena kalah dalam hal disiplin. Maroko terkena 1 kartu kuning, sedangkan belum ada pemain Kroasia yang terkena hukuman tersebut.
Di Piala Dunia, faktor disiplin bisa memengaruhi perjalanan suatu tim ke fase berikutnya. Hal ini terjadi pada Senegal yang di Rusia 2018 tidak lolos ke fase gugur karena mendapat lebih banyak kartu kuning dibandingkan dengan Jepang. Perubahan di klasemen sementara Grup F menunggu hasil laga antara Belgia dan Kanada di Stadion Ahmad bin Ali, Ar-Rayyan, Kamis (24/11/2022) pukul 02.00 WIB.
Sesaat sebelum menghadapi Maroko, Pelatih Kroasia meminta tim untuk tidak meremehkan lawan. Mereka memetik pelajaran dari kekalahan Argentina, 1-2 (1-0), dari Arab Saudi. Kapten Maroko, Romain Saiss menempatkan laga itu sebagai pedoman dan pintu masuk bagi tim-tim Afrika dan Asia yang dianggap inferior untuk menjungkalkan kekuatan tradisional Eropa dan Amerika.
Maroko menghadapi Kroasia hanya diperkuat empat pemain yang turun di Rusia 2018. Mereka menghadapi barisan veteran finalis, tetapi dalam laga mampu merepotkan pertahanan yang dikoordinasi oleh Dejan Lovren.
Pergerakan Azzedine Ounahi ditunjang Hakim Ziyech dan Achraf Hakimi mampu mengimbangi gelombang tekanan Kroasia yang bermain terbuka dan agresif. Laga ini gagal dimanfaatkan oleh gelandang serang Ivan Perisic, yang telah mengemas 5 gol di Piala Dunia, untuk menyamai atau melampaui catatan legenda Davor Suker (6 gol).
Kapten Kroasia, Luka Modric, peraih Ballon d’Or 2018 dan dianugerahi bola emas sebagai pemain terbaik Rusia 2018, belum dapat memaksimalkan kreativitasnya untuk mengendalikan pertandingan. Padahal, Piala Dunia 2022 merupakan edisi keempat dan mungkin menjadi yang terakhir bagi pemain yang berusia 37 tahun dan 75 hari saat melawan Maroko itu.
Modric menjadi pemain tertua Kroasia yang membela tim di Piala Dunia. Sang kapten Lidah Api memecahkan rekor Drazen Ladic yang memperkuat Kroasia di Paila Dunia pada usia 35 tahun 191 hari.