Denmark penuh percaya diri menghadapi Tunisia di laga pertama Grup D Piala Dunia Qatar 2022. Bermodal Christian Eriksen yang bangkit dari penyakit jantung, Denmark sesumbar bisa mengalahkan semua tim di ajang kali ini.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
Denmark bertekad membuat kejutan di Piala Dunia Qatar 2022 sebagai tim peringkat ke-10 dunia.
Pada ajang Piala Eropa 2020 yang digelar tahun lalu, Denmark berhasil lolos ke semifinal. Pencapaian itu menjadi modal besar di Piala Dunia.
Pertemuan Denmark dan Tunisia di Grup D adalah pertemuan pertama kedua tim di Piala Dunia.
DOHA, SENIN — Denmark boleh jadi bukan tim yang difavoritkan menjuarai Piala Dunia Qatar 2022. Namun, tim ”Dinamit” memiliki mimpi besar untuk membuat ledakan mengejutkan di Piala Dunia ke-22 tersebut. Setidaknya, mereka pernah membuat keajaiban saat berstatus tim pengganti yang menjuarai Piala Eropa Swedia 1992 dan tanpa sang bintang, Christian Eriksen, justru menembus semifinal Piala Eropa 2020.
”Tim ini memiliki pemain berkualitas untuk memenangi segalanya. Apakah kami favorit juara? Tentu tidak. Tetapi, kami bisa mengalahkan semua tim dan kami memiliki kepercayaan diri tinggi. Cara terbaik untuk memenangi segalanya adalah bermimpi besar dan pergi ke turnamen untuk memenanginya,” ujar Pelatih Denmark Kasper Hjulmand jelang menghadapi Tunisia dalam laga pertama Grup D di Stadion Education City, Al Rayyan, Doha, Selasa (22/11/2022) seperti dilansir Yahoo News dari BBC, Senin (21/11/2022).
Sebagai tim peringkat ke-10 dunia, Denmark mungkin boleh sesumbar untuk bersaing dalam perebutan juara Piala Dunia kali ini. Tim yang memiliki julukan lain, ”De Rod-Hvide” alias ”Si Merah-Putih”, itu pun pernah meraih beberapa capaian di luar dugaan pada turnamen besar. Selain juara Piala Eropa 1992, kisah pada Piala Eropa 2020 juga cukup dramatis.
Dalam gelaran setahun lalu, Denmark memang tidak juara, tetapi aksi heroik mereka setelah Eriksen pingsan karena serangan jantung patut diacungi jempol. Mereka mampu melawan segala keterbatasan hingga menembus semifinal, sebelum takluk 1-2 kepada Inggris yang menjadi finalis. Itu prestasi terbaik mereka setelah Piala Eropa 1992.
Kami memiliki perasaan yang baik. Kami berada dalam posisi yang baik dan siap menyerang. Saya pikir kami masih memiliki celah untuk menjegal negara-negara unggulan. Apakah kami tidak bisa mengalahkan mereka? Tentu tidak.
Hal itu yang menjadi modal Hjulmand menatap Piala Dunia kali ini. ”Kami memiliki perasaan yang baik. Kami berada dalam posisi yang baik dan siap menyerang. Saya pikir kami masih memiliki celah untuk menjegal negara-negara unggulan. Apakah kami tidak bisa mengalahkan mereka? Tentu tidak,” ujar pelatih berusia 50 tahun tersebut.
Kehadiran Eriksen di skuad juga menambah kepercayaan diri rekan-rekannya. Bagaimanapun, sentuhan magis gelandang Manchester United itu masih ada dan bisa membantu timnya di saat yang diperlukan. ”Eriksen adalah detak jantung tim. Dia adalah pemain yang fantastis, senang bisa bekerja dengannya,” ungkap Hjulmand.
Hal itu diaminkan oleh kapten Denmark, Simon Kjaer, yang menerima penghargaan dari Presiden Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) atas upaya tanggapnya ketika Eriksen pingsan. ”Eriksen mungkin salah satu pemain terbaik yang pernah saya lihat. Setiap menit dia bermain, itu akan menjadi nilai tambah untuk Denmark,” kata bek AC Milan tersebut.
Untuk laga awal Grup D, Denmark boleh saja menaruh kepercayaan tinggi seperti itu. Sebab, Tunisia praktis bukan lawan sebanding yang levelnya jauh di bawah mereka. Bahkan, Tunisia dan Australia tergolong tim terlemah dibandingkan kontestan Grup D lainnya, yakni Perancis.
Data statistik
Data Opta Facts yang diterima Kompas menunjukkan, ini adalah pertemuan pertama antara Denmark dan Tunisia di Piala Dunia. Pertemuan perdana dan satu-satunya terjadi 20 tahun lalu dalam laga uji coba di Jepang jelang Piala Dunia Korea Selatan-Jepang 2002, saat Denmark menang 2-1. Di sisi lain, Denmark punya rekor superior atas tim-tim Afrika di Piala Dunia, yakni dua menang dan dua imbang. Sebaliknya, Tunisia memiliki rekor inferior terhadap tim-tim Eropa di ajang ini, yakni tiga imbang dan tujuh kalah.
Secara permainan, dari 30 gol yang dicetak Denmark di Piala Dunia, tidak ada satu pun tercipta dari luar kotak penalti. Tidak ada tim yang bisa mencetak gol sebanyak itu tanpa proses dari jarak jauh. Sebaliknya, dalam kualifikasi Piala Dunia 2022, Denmark menang sembilan kali dari 10 laga. Mereka mencatat tanpa kebobolan terbanyak di fase grup dibandingkan tim Eropa lainnya, yakni delapan kali tanpa kebobolan.
Sementara itu, walau berstatus negara Afrika pertama yang meraih kemenangan di Piala Dunia ketika menang 3-1 atas Meksiko pada edisi Argentina 1978, Tunisia adalah negara dengan persentase kekalahan tertinggi ketiga di Piala Dunia untuk tim yang bermain minimal 15 kali di ajang ini. Rasio kekalahan tim berjuluk ”Elang Kartago” itu mencapai 60 persen atau hanya lebih baik dibandingkan Australia 63 persen dan Arab Saudi 69 persen. Selain itu, mereka gagal mencatat tanpa kebobolan dalam 14 dari 15 laga di Piala Dunia, dengan total kebobolan 25 gol.
Angka statistik itu menjadi gambaran bahwa Denmark lebih diunggulkan atas Tunisia. Raihan tiga poin akan menjadi modal berharga Denmark untuk bersaing lolos dari penyisihan grup, paling tidak mendampingi Perancis yang juara bertahan. Sejarah mencatat, Denmark langganan lolos ke fase gugur Piala Dunia.
Dari lima kesempatan sebelumnya, cuma di Piala Dunia Afrika Selatan 2010, Denmark tidak lolos dari penyisihan grup. Sisanya, mereka menembus 16 besar Piala Dunia Rusia 2018, Piala Dunia 2002, dan Piala Dunia Meksiko 1986, serta perempat final Piala Dunia Perancis 1998. ”Kami memimpikan sesuatu yang besar. Kepercayaan pada skuad ini dari media dan fans jauh lebih besar dibandingkan sebelum saya kembali,” tutur Eriksen, dikutip Taiwan News, Senin.
Akan tetapi, Denmark jangan besar kepala. Tunisia punya motivasi ganda untuk menaklukkan Denmark. Sebagai sesama negara jazirah Arab, Tunisia memiliki komitmen besar membela marwah nilai-nilai Islam yang diusung tuan rumah Qatar. Adapun Denmark adalah salah satu negara paling getol mengkritik Qatar, terutama mengenai kebijakan anti-LGBT.
”Kami berada di negara Arab dengan tradisi Islam. Kita harus menghormati budaya orang lain. Kami di sini di Qatar dan saya pikir kebijakan di Qatar adalah menghormati budaya dan keyakinan agama setiap orang,” ujar Pelatih Tunisia Jalel Kadri.
Penyerang Tunisia, Issam Jebali, percaya, tim-tim Arab lainnya akan turut mendukung mereka. Itu bakal menjadi dukungan moral yang berguna untuk membuat kejutan di Piala Dunia ini. ”Semua komunitas Arab akan mendukung kami. Kami berharap dapat memenuhi harapan setiap negara Arab di ajang ini,” pungkas Jebali yang bermain untuk klub Denmark, Odense Boldklub. (AP)