Pelita Jaya memberi pesan kepada tim pesaing lewat gelar juara Indonesia Cup 2022. Mereka adalah tim berkarakter juara, bukan sekadar tim muda yang potensial.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
SOLO, MINGGU — Meskipun hanya turnamen pramusim, gelar juara Indonesia Cup 2022 sangat bermakna untuk Pelita Jaya Bakrie Jakarta. Mereka akhirnya menunjukkan karakter pemenang setelah kalah di dua edisi final IBL. Kombinasi guard muda dan veteran yang dipimpin pelatih asing baru Djordje Jovicic juga tampak menjanjikan.
Pelita Jaya menuntaskan dendam lewat kemenangan atas Satria Muda Pertamina Jakarta 70-62 dalam laga final di Sritex Arena, Solo, Jawa Tengah, Minggu (13/11/2022). Andakara Prastawa (30) dan rekan-rekan berpesta sebagai juara, hanya kurang dari tiga bulan setelah ditaklukkan lawan yang sama di final IBL 2022.
Prastawa, guard veteran tim nasional, menjadi pahlawan lewat sumbangan 25 poin dan 4 asis. Sebanyak 11 poin dihasilkan pemain berjuluk ”bocah ajaib” itu di kuarter keempat. Sementara itu, guard muda Yesaya Saudale (22) berkontribusi besar dari bangku cadangan dengan sumbangan 13 poin.
”Sebenarnya kita kan sudah sering ketemu sehingga sudah sama-sama tahu. Tinggal mental yang berbicara. Siapa yang lebih mau itu yang juara. Anak-anak tadi bermain bagus. Ini awal yang baik untuk kami, tetapi bukan target utama. Target kami juara liga (IBL),” kata Prastawa.
Pelita Jaya menang berkat duo Prastawa dan Yesaya yang tidak mampu dihentikan pertahanan Satria Muda. Kedua pemain ini bergantian menjadi pembawa bola Pelita Jaya. Uniknya, mereka sama-sama punya kemampuan istimewa dalam penetrasi dan lemparan jauh.
Kombinasi guard itu mengingatkan kepada duet pemain veteran-muda NBA asal Golden State Warriors, Stephen Curry dan Jordan Poole. Berkat mereka, Pelita Jaya selalu bisa memperlebar jarak keunggulan. Seperti pada awal kuarter terakhir, tim asuhan Jovicic itu unggul cepat dari 48-45 menjadi 54-45.
Jovivic mengatakan, dirinya adalah pelatih yang beruntung. Dia punya tiga guard berkualitas. ”Selain Prastawa dan Yesasa, ada juga (Muhamad) Arighi. Semuanya bisa membawa bola, menciptakan situasi dalam serangan. Itu adalah kombinasi sempurna. Saya punya opsi tergantung situasi di lapangan.”
Kata Prastawa, para guard nyaman karena dipercaya untuk menembak oleh sang pelatih. Terbukti, Prastawa mencatat 21 tembakan selama bermain 34 menit, sedangkan Yesaya melesakkan 13 tembakan walaupun tidak menjadi pemain mula. Tidak satu pun pemain Satria Muda yang mencatat lebih dari 12 tembakan.
Di sisi lain, Satria Muda yang memiliki dua guard timnas Hardianus Lakudu (6 poin) dan Widyanta Putra Teja (5 poin) tidak mampu mengimbangi produktivitas lawan. Tim asuhan Pelatih Youbel Sondakh itu hanya mencatat akurasi lemparan 29 persen (20-68), kalah dibandingkan dengan Pelita Jaya (40 persen atau 26-65).
Satria Muda kehilangan momentum saat kuarter terakhir. Poin mereka tidak beranjak dari angka 45 pada 4 menit awal kuarter. Mereka sempat menipiskan jarak menjadi dua angka, 58-60, berkat mendominasi offensive rebound (18 kali). Tanpa itu, mereka pasti kalah telak.
Selain Prastawa dan Yesasa, ada juga (Muhamad) Arighi. Semuanya bisa membawa bola, menciptakan situasi dalam serangan. Itu adalah kombinasi sempurna.
Satria Muda belum menemukan ritme terbaik. Beberapa pemain baru, seperti Widy dan Ali Bagir, masih beradaptasi dengan sistem Youbel. Mereka juga kehilangan dua pemain tinggi pada musim ini, yaitu Kevin Yonas Sitorus dan Rizal Falconi. Kevin pensiun, sedangkan Rizal pindah tim.
Keterbatasan pemain center itu membuat kapten tim, Arki Wisnu, punya tugas baru di final. Forward timnas tersebut sempat dipercaya sebagai center pada awal laga, dalam skema bola kecil ala Youbel. Namun, dia kewalahan berduel dengan center timnas Vincent Kosasih yang memperkuat Pelita Jaya.
”Tim kami belum sempurna. Masih jauh dari yang terbaik. Hasilnya juga kurang bagus. Main basket nikmatnya ya seperti ini. Ngerasain kalah dan menang. Saya ingin ini jadi motivasi kami untuk bangun pelan-pelan. Ini ajang perkenalan beberapa pemain baru kami dan juga mengenal pelatih baru (lawan),” jelas Youbel.
Bagi Pelita Jaya, kemenangan itu terasa indah. Mereka untuk pertama kali bisa menang lagi di final atas Satria Muda, setelah terakhir kali pada 2017. Adapun mereka kalah dari tim rival sekota pada dua kali final terakhir IBL.
Menariknya lagi, Pelita Jaya juara bersama Jovicic. Jovicic menggantikan peran pelatih Fictor Roring yang sekarang berperan direktur operasi bola basket tim. Pelatih asal Serbia itu punya banyak pengalaman di Eropa, salah satunya menjadi asisten pelatih tim nasional Serbia U-20.
Menurut Jovicic, perjalanan masih panjang. Tujuan utamanya adalah IBL musim 2023 yang akan digelar Januari 2023. Jovicic masih punya tugas menyatukan pemain lokal yang tampil di Indonesia Cup dengan pemain asing. “Kami akan bekerja keras lagi setelah pelajaran berharga ini (juara),” pungkasnya.