Atlet Wushu Yunior Indonesia Mewaspadai Atlet China
Jelang Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022, tim nasional wushu melakukan beragam persiapan. Strategi dan taktik terus dikembangkan, sebab China digadang-gadang sebagai lawan terkuat.
Oleh
YOSEPHA DEBRINA RATIH PUSPARISA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional terus melakukan berbagai persiapan menjelang Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Meski Indonesia berperan sebagai tuan rumah, tapi para atlet tetap mewaspadai performa atlet negara-negara lain dalam pertandingan tersebut.
Pengurus Besar (PB) Wushu Indonesia menargetkan para atlet yunior meraih empat medali emas dalam ajang Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Pencapaian tersebut terbagi untuk tiga medali nomor taolu (jurus) serta satu medali dari sanda (tarung).
Dalam kejuaraan kedelapan ini, Indonesia berperan sebagai tuan rumah yang akan diselenggarakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten. Turnamen itu akan berlangsung pada 2-11 Desember 2022. Meski demikian, PB Wushu Indonesia tak mengejar juara umum dalam kompetisi kali ini.
Enggak kalau kita juara umum karena berat. Pasti China akan lebih baik daripada kita. Kita akuilah.
“Enggak kalau kita juara umum karena berat. Pasti China akan lebih baik daripada kita. Kita akuilah,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) PB Wushu Indonesia Ngatino saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (10/11/2022).
Ngatino menambahkan, China memang menjadi musuh terberat Indonesia. Pasalnya, wushu merupakan olahraga yang berasal dari negeri tirai bambu. Berbeda dengan Indonesia yang belum mampu membina atlet yunior wushu secara terus-menerus, China dapat melakukannya.
“Pasti mereka (atlet China) dari segi pembinaan enggak akan berhenti, dari sumber atlet juga enggak akan kurang,” tambah Ngatino.
Senada dengan Sekjen PB Wushu Indonesia, para pelatih atlet yunior taolu dan sanda juga mengakui kehebatan China. Pelatih wushu yunior cabang taolu, David Hendrawan mengatakan tim tersebut perlu diwaspadai karena kemampuan atletnya yang mumpuni. Persaingan atlet China sejak kecil hingga dewasa tergolong ketat, bahkan dapat menyapu bersih medali emas dalam suatu kompetisi. Selain China, sejumlah negara Asia Tenggara lainnya turut dipertimbangkan kemampuannya, seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, Hong Kong, Korea Selatan, dan Jepang.
Tak hanya itu, Herman Syah Monginsidi, pelatih wushu yunior cabang sanda turut mewaspadai kemampuan atlet China. Sebab, mereka menguasai fisik maupun teknik permainan yang hingga saat ini belum diketahui celahnya. Walau demikian, tim wushu yunior sanda tetap mempersiapkan atlet-atletnya secara maksimal.
Iran juga jadi salah satu negara yang diakui kehebatannya oleh tim sanda yunior Indonesia. Alasannya, para atlet Iran cenderung bermain secara fisik, apalagi postur tubuhnya mendukung dan lebih besar ketimbang pemain Indonesia.
“Iran kuat pada bantingan. Kita akan lawan dengan cara lain, enggak akan mengejar power mereka,” kata Herman di kompleks Gelora Bung Karno (GBK) sembari mengawasi para atlet berlatih.
Solusinya, para pelatih mengajarkan strategi khusus untuk menghadapi para pemain China dan Iran. Caranya dengan memperkuat kelincahan para atlet sanda yunior Indonesia.
Sejumlah kriteria akan jadi bahan penilaian para juri. Taolu akan dilihat dari kemantapan dan kejelasan gerakan, ekspresi atlet, serta kondisi lompatan. Sementara, kondisi fisik menjadi salah satu perhatian utama cabang sanda.
Guna memperkuat kekuatan tim taolu dan sanda, PB Wushu Indonesia menghadirkan dua pelatih China. Mereka adalah Zhang Yongsheng yang memperkuat atlet taolu yunior, sedangkan Xia Hong membantu tim sanda.
Optimistis
Beragam persiapan terus dilakukan, apalagi mendekati hari Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Seluruh atlet berlatih lebih keras dibandingkan turnamen-turnamen sebelumnya. Sebab merasakan latihan intensif berintesitas tinggi baru dirasakan para atlet.
Menurut atlet taolu Thalia Marvelina (14) yang berasal dari Surabaya, latihan saat ini lebih melelahkan dibandingkan turnamen-turnamen sebelumnya. Pasalnya, dalam sehari, ia harus berlatih dua kali yang berdurasi sekitar dua jam di tiap pertemuannya.
Persiapan kejuaraan dunia ini berbeda bagi Thalia, walau dirinya pernah mengikuti Kejuaraan Dunia Wushu Junior Brasil 2018. Sebab saat itu, Thalia hanya berlatih sekali dalam sehari dan tanpa melalui karantina. Ia pun menargetkan mampu meraih medali emas pada kejuaraan Desember mendatang.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, Thalia menilai lawan cukup berat berasal dari Makau dan Hong Kong. Alasannya, para atlet tersebut mahir dalam bermain serta postur tubuh yang tinggi dianggap menguntungkan.
Serupa dengan Thalia, atlet sanda Nabila Puspa (16) dari kelas junior putri (56 kilogram) dan Denis Darmawan (17), perwakilan kelas junior putra (52 kilogram) mengakui sederet latihan kali ini lebih menguras tenaga.
“Lebih intens ini, jadwal lebih padat dan teratur dari pagi sampai sore. Kita terus berlatih di teknik dan fisik,” kata Nabila yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah.
Keduanya pun optimistis mampu menyabet medali emas pada Kejuaraan Dunia Yunior Wushu 2022. Mereka meyakini itu, meski perhelatan dunia ini jadi pengalaman pertama untuk keduanya.
Para pelatih taolu dan sanda juga percaya bahwa anak-anak didiknya dapat mengumpulkan medali emas seperti yang ditargetkan. Di balik itu semua, David dan Herman mengapresiasi kerja keras dan proses yang telah dilalui para atlet wushu yunior ini.
Walau para pelatih sudah memiliki nama-nama yang berpotensi mendapat medali emas, keduanya enggan untuk menyebutkan. Sebab, mereka menghindari atlet-atlet yang terbebani ekspektasi, kemudian berisiko mengganggu performanya.