Dominasi Inggris Tidak Terbendung
Empat wakil Inggris masih sempurna saat lolos ke babak 16 besar Liga Champions musim ini. Itu kian mengukuhkan Liga Inggris sebagai kompetisi terbaik di Eropa, bahkan dunia.
LIVERPOOL, RABU – Empat wakil Inggris belum terbendung di fase penyisihan Liga Champions 2022-2023. Liverpool, Tottenham Hotspur, Chelsea, dan Manchester City menumbuhkan asa untuk mengembalikan trofi “Si Kuping Besar” kembali ke tanah Raja Charles III pada musim panas tahun depan.
Lolosnya empat duta dari fase grup menjadikan Liga Inggris satu-satunya kompetisi yang masih sempurna memasuki babak 16 besar. Hal itu kontras jika dibandingkan tiga kompetisi top Eropa lainnya, seperti Liga Spanyol, Liga Jerman, dan Liga Italia.
Liga Spanyol, misalnya, harus menghadapi kenyataan memasuki periode terkelam di Liga Champions. Pasalnya, sejak diterapkan babak gugur di fase 16 besar, Spanyol hanya memiliki satu wakil di babak 16 besar pada musim ini karena hanya Real Madrid yang bisa lolos dari fase grup.
Bayern Muenchen dan Eintracht Frankfurt telah memastikan wakil Jerman di babak 16 besar. Adapun RB Leipzig masih berpeluang lolos ke babak gugur apabila membawa pulang poin dari laga penentu kontra Shakhtar Donetsk, Kamis (3/11/2022) dini hari WIB. Satu duta Jerman lain, Bayer Leverkusen, dipastikan terpental ke Liga Europa karena kalah bersaing dengan Porto dan Club Brugge.
Sementara itu, Italia juga dipastikan tidak sempurna di babak 16 besar karena Juventus telah tersisih dari persaingan Grup H. Selain Napoli dan Inter Milan, harapan Italia mengemuka dari AC Milan yang hanya perlu menghindari kekalahan atas Salzburg, Kamis dini hari WIB, untuk lolos ke babak 16 besar.
Mengirimkan seluruh duta di babak 16 besar bukan hal yang asing bagi Liga Inggris. Sejak edisi 2003-2004, kesempurnaan tim Inggris di fase perdana babak gugur itu telah berjalan konsisten dalam 11 musim.
Bahkan, pada periode 2004 hingga 2022, wakil Inggris bisa melaju ke final kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa itu pada delapan edisi. Hanya di musim 2013-2014 dan 2019-2020 ketika terdapat empat wakil Inggris di babak 16 besar, tetapi tidak ada tim Inggris di partai puncak.
Di musim ini, salah satu dari empat duta Inggris itu berpeluang tampil di final. Bahkan, duel sesama tim Inggris di Istanbul, Turki–lokasi laga final–berpeluang terjadi karena empat tim itu tidak akan saling bertemu di babak 16 besar.
Lihat juga : Liverpool Unggul 2 Gol Tanpa Balas
Mereka juga terbagi di dua bagan fase gugur yang berbeda. Dengan format itu, tidak hanya final, empat tim Inggris berpeluang mengisi dua laga semifinal.
Liverpool tersukses
Liverpool menjadi klub yang paling banyak mewakili Inggris di laga final pada 19 musim terakhir. “Si Merah” tampil di lima edisi final, yaitu 2004-2005, 2006-2007, 2017-2018, 2018-2019, dan 2021-2022. Dari masa itu, Liverpool dua kali meraih gelar juara.
Di musim ini, Liverpool juga kembali menunjukkan ketangguhan mereka di kancah Eropa. Meskipun tertatih-tatih di Liga Inggris karena telah menelan empat kekalahan dari 12 laga serta hanya berada di peringkat kesembilan, Mohamed Salah dan kawan-kawan tampil solid untuk bersaing dengan Napoli di Grup A.
Kemenangan 2-0 atas Napoli di laga pamungkas Grup A, Rabu (2/11) dini hari WIB, di Stadion Anfield, membuat Liverpool menyamai poin tim Italia itu dengan 15 poin. Sayang, Si Merah kalah agregat rekor pertemuan dan selisih gol sehingga hanya bisa duduk di peringkat kedua.
Baca juga : Malam Final di San Siro
Ketika menghadapi tim kuat, itu meningkatkan kewaspadaan Anda dan itu dipahami Liverpool dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, Liverpool menjadi tim pertama yang bisa mengakhiri perjalanan fenomenal Napoli. Melalui gol dari Salah dan Darwin Nunez, Liverpool memberikan kekalahan pertama bagi Napoli dalam 18 laga di musim ini.
Salah mengakui bermain Liga Champions memberikan energi ekstra bagi dirinya dan rekan setimnya. Itu, tambahnya, yang membuat Si Merah bisa menampilkan performa berbeda meski tengah menjalani performa inkonsisten di liga.
“Mengalahkan salah satu tim terbaik di dunia saat ini meningkatkan kepercayaan diri. Kami buktikan bisa tampil baik melawan tim tangguh. Kami wajib membawa penampilan ini di laga berikutnya demi fokus membenahi posisi di liga,” ujar Salah yang telah mencetak tujuh gol di Liga Champions musim ini.
Stephen Warnock, mantan bek Liverpool, menilai, Liverpool memiliki mentalitas berbeda ketika tampil di Eropa. Ia menegaskan, tim-tim kuat Eropa lainnya tidak boleh meremehkan Si Merah karena melihat performa buruk mereka di liga.
“Ketika menghadapi tim kuat, itu meningkatkan kewaspadaan Anda dan itu dipahami Liverpool dalam beberapa tahun terakhir. Namun, mereka harus segera membenahi diri agar segera kembali menekan gas dan tidak lengah di fase penting kompetisi,” kata Warnock kepada BBC Radio 5.
Baca juga : Tottenham Hotspur Melepas “Kutukan” Conte
Pragmatisme Spurs
Spurs adalah tim Inggris terakhir yang memastikan tempat di babak 16 besar Liga Champions musim ini. Dua gol yang dicetak Spurs pada babak kedua melalui sundulan Clement Lenglet dan tembakan Pierre-Emile Hojbjerg memastikan kemenangan 2-1 atas Marseille di Stadion Velodrome, Perancis.
Pada laga itu, Spurs kembali menunjukkan wajah pragmatisme yang digagas Manajer Antonio Conte. “Si Lili Putih” tidak perlu mendominasi pertandingan, tetapi mereka bisa membawa pulang tiga poin.
Spurs bisa dua kali membobol gawang Marseille hanya dengan tiga tembakan mengarah ke gawang. Sementara itu, Marseille yang juga mengejar kemenangan tampil amat dominan dengan koleksi 64 persen penguasaan bola dan menciptakan empat tembakan tepat sasaran.
Harry Kane dan kawan-kawan tidak terlalu gemar menguasai bola di enam laga fase grup musim ini. Itu terlihat dari rerata 48,3 persen penguasaan bola. Spurs pun hanya mencatatkan rerata 5,8 tembakan tepat sasaran per laga. Itu membuat Si Lili Putih tidak masuk dalam 10 besar tim dengan kreasi tembakan mengarah ke gawang tertinggi di Liga Champions musim ini.
Baca juga : Momentum ”Los Blancos” Keluar dari Hasil Minor
Asisten Pelatih Spurs, Cristian Stellini, memuji semangat juang skuad Spurs yang tidak menurun meski sempat tertinggal di akhir babak pertama. Laga melawan Marseille, kata Stellini, menjadi pelajaran penting yang menunjukkan semua pemain wajib mempertahankan ritme dan menjalankan rencana permainan secara konsisten selama 90 menit.
“Gol mereka (Marseille) melalui sepak pojok cepat juga menjadi pelajaran penting bagi kami di fase gugur. Kami harus mempertahankan kebugaran, identitas, dan energi luar biasa yang telah ditampilkan tim ini,” kata Stellini dilansir laman UEFA.
Pada laga di Velodrome, Conte hanya mengamati aksi anak asuhannya di kursi tribune naratama akibat kartu merah di laga kontra Sporting Lisbon, pekan lalu. (AFP)