"Gowes" di Bundaran Hotel Indonesia dan Monas Jadi Pilihan Warga
Bersepeda di kawasan Bundaran HI sampai Monas menjadi kegiatan yang disukai warga. Kegiatan mengayuh pedal itu bermanfaat bagi kesehatan sekaligus hiburan dan mempererat silaturahmi.
Oleh
CHRISTINA MUTIARANI JENIFER SINADIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Sejumlah masyarakat dan komunitas olahraga Ibu Kota memadati kawasan bebas kendaraan bermotor di Bundaran Hotel Indonesia sampai Monumen Nasional, untuk berolahraga pada Minggu (30/10/2022). Salah satu aktivitas olahraga yang paling banyak ditemui ialah bersepeda. Mereka datang dengan berbagai motivasi di antaranya berolahraga, silahturahmi, rekreasi keluarga, dan hiburan pribadi.
Komunitas sepeda Seroja Sehat misalnya. Di tengah riuh cengkerama sejumlah masyarakat, Ketua Seroja Sehat, Maksum, menuturkan, komunitasnya secara rutin bersepeda setiap hari Minggu di kawasan bebas kendaraan.
“Rute sepedaan hari ini dari kompleks Kodam Kalideres ke Monumen Nasional, lalu ke jembatan penyeberangan orang (JPO) Dukuh Atas, terus ke sini (kawasan Bundaran Hotel Indonesia. Setelah ini balik lagi ke Kalideres,” ucap Maksum.
Bagi komunitas yang memiliki 80 anggota tersebut, bersepeda tidak hanya berguna bagi kesehatan. Melalui bersepeda, kata Maksum, tali persaudaraan antaranggota semakin erat.
Adapun nama Seroja Sehat memiliki singkatan yakni semangat, energik, rukun, optimis, jujur, dan amanah. Secara garis besar, tutur Maksum, singkatan ini memiliki tujuan untuk memperoleh kesehatan secara jasmani dan rohani.
“Dalam bersepeda, ada rasa kebersamaan, keinginan bersilahturahmi, dan kepedulian. Sekali mengayuh sepeda, ada tujuan yang mengarah ke depan. Itu berarti kemajuan bukan kemunduran,” ujar Maksum saat ditemui disela-sela aktivitas swafoto bersama anggota Seroja Sehat.
Menurut penggagas Seroja Sehat itu, bersepeda tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi menyatukan berbagai lapisan usia. Maksum mengatakan, anggota komunitasnya memiliki usia yang beragam yakni mulai dari 16 tahun hingga 68 tahun.
Manfaat kesehatan
Terkait manfaat bersepeda bagi kesehatan, Maksum bercerita, salah satu anggota Seroja Sehat sangat merasakan dampak baik dari bersepeda. Sarmadi (62), mengaku dirinya mengalami gangguan ginjal pada tahun 2020 dan harus mencuci darah.
“Saya sempat tiga kali mencuci darah pada tahun 2020. Tetapi saya merasa tubuh ini gemetar dan tidak stabil setiap selesai mencuci darah,” kata Sarmadi.
Sebelum mengidap gangguan ginjal, tutur Sarmadi, ia suka bersepeda namun tidak rutin. Setelah memutuskan untuk rutin bersepeda, ia merasa tubuhnya lebih sehat dan stabil.
Sekarang saya sudah tidak pernah mencuci darah. Hanya melakukan cek kesehatan rutin dan mengonsumsi obat serta rutin bersepeda.
“Sekarang saya sudah tidak pernah mencuci darah. Hanya melakukan cek kesehatan rutin dan mengonsumsi obat serta rutin bersepeda,” ucap Sarmadi.
Begitu juga bagi komunitas Gowes Ceria SMA 30 (Gocer Galuh). Wakil Ketua Gocer Galuh Dewo, mengatakan, rata-rata usia anggota komunitasnya ialah 50 tahun.
“Badan terasa lebih segar dan bugar setelah bersepeda. Tidak hanya itu, pikiran juga tenang, hati pun senang,” ucap Dewo.
Ia bersama Gocer Galuh, sudah bersepeda hingga menembus ratusan kilometer. Beberapa minggu yang lalu, merek bersepeda dari Kota Bekasi hingga Lembang, Bandung.
Selain sangat bermanfaat bagi kesehatan, bersepeda merupakan aktivitas hiburan bagi segelintir masyarakat, salah satunya adalah Budi (59), seorang guru musik di komplek Duta Merlin, Harmoni, Jakarta. Sambil terkekeh, Budi menuturkan, ia bersepeda untuk memamerkan topi kanvas berwarna krem dengan motiv batik cokelat yang baru selesai ia jahit pada Minggu subuh.
“Cuaca Jakarta sedang cerah akhir-akhir ini. Jadi, saya memutuskan untuk bergerak mencari keringat, sekalian jalan-jalan melihat mural di bawah jembatan, dekat stasiun Dukuh Atas,” ujar Budi.
Untuk aktivitas akhir pekan, kata Budi, ia lebih sering beristirahat di rumah. Ia tidak menargetkan untuk bersepeda rutin. Baginya, bersepeda adalah hiburan untuk melepas penat usai sepekan bekerja.
“Bersepeda itu kegiatan yang tidak banyak memungut biaya. Jalanan Jakarta juga sudah ramah buat pesepeda,” tutur Budi.
Begitu pun bagi keluarga Fitri (34) dan Sarizal (36). Untuk menghirup udara segar usai sepekan bekerja, sepasang suami istri itu membawa Fadil (9), putra mereka untuk berkeliling kawasan bebas kendaraan bermotor.
“Kami dari Tanjung Priok, tetapi sepedaannya dari Monas. Ini jalan-jalan keluarga aja. Udara di sini terasa lebih segar dan area buat sepedaan juga luas,” kata Fitri.
Di atas sepeda berwarna biru, Fitri berkata, ia dan Sarizal lebih memilih bersepeda ketimbang menyambangi mal. Mereka merasa, bersepeda lebih menyegarkan pikiran sehingga bisa bersemangat untuk bekerja sepekan ke depan.