Kawasan olahraga Gelora Bung Karno kini tidak lagi semata menjadi arena atlet bertanding. Kawasan di Senayan, Jakarta, yang dilengkapi hutan kota itu juga telah menjelma destinasi wisata olahraga rekreasi masyarakat.
Oleh
Christina Mutiarani Jeinifer Sinadia
·5 menit baca
Kawasan olahraga Gelora Bung Karno (GBK) di Senayan, Jakarta, tidak hanya menjadi arena latihan atau pertandingan bagi para altet. Fasilitas-fasilitas olahraga berikut taman kota di tempat itu telah menjelma area rekreasi keluarga. Kendati demikian, hal tersebut tidak menghilangkan roh kawasan itu sebagai arena olahraga.
Pada Minggu (23/10/2022), sejumlah keluarga menggelar tikar di area Taman Hutan Kota GBK, salah satunya pasangan Arris (40) dan Alia (44) yang datang bersama anak laki-lakinya yang berusia empat tahun. Mereka senang dengan aktivitas di area terbuka.
Keluarga kecil itu memilih Taman Hutan Kota GBK sebagai destinasi rekreasi pada akhir pekan. ”Anak kami kan baru berusia empat tahun dan beraktivitas di alam terbuka adalah salah satu kebutuhannya,” kata Alia saat membuka kotak berwarna biru berisi makanan.
Taman Hutan Kota GBK, kata Alia, dapat menjadi wahana belajar anak. ”Pepohonan dan tanaman di sini kan banyak, terus ada binatang-binatang seperti semut, belalang, dan katak. Jadi, anak saya bisa mengenal jenis-jenis binatang dan tumbuh-tumbuhan,” kata Alia.
Di atas tikar merah, Arris dan Alia bercengkerama dengan anaknya. Mereka membawa sepeda kecil berwarna oranye, kereta dorong anak, tiga kotak berisi makanan berwarna merah, biru, dan kuning, dan perlengkapan piknik lainnya. Rekreasi di Taman Hutan Kota GBK rutin mereka lakukan tiga kali dalam sebulan.
”GBK sekarang sudah bagus banget. Tidak hanya jadi tempat olahraga, tapi juga tempat piknik keluarga. Tempat-tempat kayak begini sangat dibutuhkan, terutama di kota besar seperti Jakarta,” kata Arris.
Alia menambahkan, duduk sembari memandang warna hijau pohon yang alami, mendengar kicauan burung, dan merasakan angin dapat menyegarkan pikiran dan baik untuk kesehatan mental anak. Di samping itu, aktivitas berlari di taman juga sudah termasuk berolahraga.
”Lari-larian gitu kan meningkatkan mobilitas tubuh yah. Itu baik buat kesehatan. Jadi, saya dan suami bisa sekaligus gerak-gerak (olahraga) juga. Kami sehat, anak kami juga sehat,” ujar Alia.
Hal serupa dikatakan Elly (35), warga Depok, Jawa Barat, yang saat itu membawa lima keponakannya menyambangi Taman Hutan Kota GBK. ”Muter-muter aja sih di sini. Sekarang kan susah nyari yang hijau-hijau (taman kota) gini. Jadi, sering ke sini buat jalan-jalan aja, hirup udara segar,” ujar Elly.
Kehadiran taman kota di tengah kompleks fasilitas olahraga menambah referensi destinasi rekreasi keluarga. Menurut Elly, mengitari Taman Hutan Kota GBK juga merupakan aktivitas olahraga karena tubuh bergerak dan menghasilkan keringat.
Bersyukur sih, GBK sekarang sudah banyak spot (lokasi) buat bisa olahraga. Dulu kan susah nyari trek buat olahraga sepatu roda.
Seperti Elly, Nadiya (23) dan Siti (23), dua pemudi yang tinggal di Bekasi, Jabar, sempat merasa kesulitan menemukan area terbuka yang bisa digunakan untuk sekadar rehat sejenak dari hiruk pikuk perkotaan. Maka, mereka memilih Taman Hutan Kota GBK untuk menghabiskan akhir pekan sambil bersantai dan berolahraga.
”Sekarang mah GBK udah rindang banget. Melihat pohon-pohon gini bikin segar mata dan pikiran. Adem rasanya,” ujar Nadiyah.
Dibukanya GBK untuk masyarakat umum membuat sejumlah keluarga memiliki tambahan referensi destinasi rekreasi akhir pekan. Mereka merasa kawasan GBK adalah sarana olahraga keluarga yang murah dan mudah diakses karena berlokasi di tengah kota.
Meskipun demikian, gelanggang olahraga yang direnovasi jelang Asian Games Jakarta-Palembang 2018 itu tidak kehilangan ruhnya. Beragam kegiatan olahraga masyarakat di akhir pekan turut menghidupkan area Taman Hutan Kota GBK dan area sekitar Stadion Utama GBK.
Mereka ada yang berlari, jalan sehat, bermain bulu tangkis, tenis, sepatu roda, dan bersepeda. Pranodjo (62), purnawirawan TNI AD, mengatakan, dirinya bersepeda ke GBK setiap dua kali dalam seminggu.
”Saya kan suka donor darah tiap tiga bulan sekali. Jadi, olahraga itu perlu agar tubuh tetap bugar,” kata Pranodjo yang sudah menerima piagam penghargaan dari Palang Merah Indonesia (PMI).
Pranodjo bercerita, setelah bersepeda, ia melemaskan otot di tepi Taman Hutan Kota GBK. Area itu menjadi tempat favoritnya kala mendatangi GBK. Trek bagi pejalan kaki di taman itu cocok bagi pesepeda.
Intan, pengelola Garuda Muda Roller Skate Club, mengatakan, jalanan GBK yang rata sangatlah cocok untuk berlatih sepatu roda. Klubnya berlatih setiap dua kali dalam seminggu di Jalan Gerbang B Stadion Utama GBK.
Yang namanya olahraga itu tidak hanya tentang olahraga prestasi, tetapi juga ada olahraga masyarakat (rekreasi). Nilai rekreasi itu berkembang dari olahraga masyarakat. (Djoko Pekik)
Jalanan itu merupakan salah satu sudut yang membelah taman hutan kota di kawasan itu. Trotoar yang beratapkan pepohonan juga digunakan oleh para orangtua sebagai tempat menunggu anak-anaknya.
”Bersyukur sih, GBK sekarang sudah banyak spot (lokasi) buat bisa olahraga. Dulu kan susah nyari trek buat olahraga sepatu roda. Sekarang, di GBK, sudah ada trek yang cocok dan nyaman. Orangtua yang anaknya tergabung dalam klub kami juga bisa menunggu anaknya latihan sambil piknik di trotoar. Gelar tikar, bawa makanan dan minuman. Jadi, olahraga sekalian pula rekreasi keluarga,” tutur Intan.
Integrasi
Peran kawasan GBK yang multifungsi dipandang baik oleh akademisi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta, Djoko Pekik Irianto. Menurut Djoko, sangat bagus apabila arena olahraga turut difungsikan sebagai area rekreasi keluarga.
”Yang penting, kegiatan rekreasi itu tidak mengurangi fungsi fundamental arena olahraga tersebut, yakni untuk latihan dan pertandingan. Jadi, poinnya adalah mengintegrasikan arena olahraga dengan rekreasi. Bahkan, bisa lebih luas lagi untuk pariwisata atau sport tourism,” ujar Djoko.
Terdapat tiga konsep pengembangan olahraga, di antaranya sport science (sains olahraga), sport industry (industri olahraga), dan sport tourism (wisata olahraga). Djoko menuturkan, rekreasi keluarga di GBK tersebut mengarah pada wisata olahraga.
”Kan yang namanya olahraga itu tidak hanya tentang olahraga prestasi, tetapi juga ada olahraga masyarakat (rekreasi). Nilai rekreasi itu berkembang dari olahraga masyarakat. Kalau perlu, industri olahraganya juga ikut dikembangkan,” kata Djoko.
Sebagai upaya mengembangkan aspek industrinya, ia lantas menyarankan pengelola arena olahraga juga membangun gerai yang menjual berbagai atribut olahraga. Djoko memberi contoh Allianz Arena, stadion sepak bola di Muenchen, Jerman.
”Kandang Bayern Muenchen itu tidak hanya untuk pertandingan sepak bola, tetapi juga untuk rekreasi olahraga. Mereka jualan atribut, ada paket tur ke museum klubnya, tur ke stadionnya, dan lain-lain. Jadi, terintegrasi elemen olahraganya,” tutur Djoko.