Kekalahan Arsenal dari Eindhoven adalah puncak dari penurunan performa sejak medio Oktober. Performa mereka menurun karena kelelahan pemain yang disebabkan minimnya rotasi.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·5 menit baca
EINDHOVEN, JUMAT – Arsenal menatap cermin realitas setelah kalah dari PSV Eindhoven. “Si Meriam” mulai kehilangan daya ledak setelah tampil berapi-api sejak awal musim. Kelelahan para pemain menjadi faktor terbesar penurunan performa yang sudah tampak sejak empat laga sebelumnya itu.
Arsenal gagal mengamankan posisi juara Grup A Liga Europa seusai takluk dari PSV 0-2 di Stadion Philips, Eindhoven, pada Jumat (28/10/2022) dini hari WIB. Dampak rendahnya intensitas dan kesalahan individu, mereka dihukum oleh gol gelandang Joey Veerman dan penyerang Luuk de Jong pada babak kedua.
Bagi Arsenal, kekalahan itu merupakan yang pertama kali pada babak grup Liga Europa setelah lima pertandingan. Adapun mereka juga baru merasakan dua kali kalah setelah 16 laga di seluruh kompetisi. Terakhir kali mereka kalah pada awal September, dari Manchester United pada Liga Inggris.
“Kami tidak memperlihatkan cara kami bermain seperti biasa dari awal sampai akhir laga ini. Tanpa bola, kami tidak bekerja sekeras mereka. Kami kemasukan satu gol, lalu saya membuat kesalahan. Kami pun tertinggal dua gol yang nyaris mustahil dikejar untuk tim tandang,” kata kiper Arsenal Aaron Ramsdale.
Manajer Arsenal Mikel Arteta menurunkan separuh skuad intinya sejak awal laga, antara lain penyerang Gabriel Martinelli dan gelandang Martin Odegaard. Mereka bisa menguasai permainan, terbukti dengan penguasaan bola hingga 69,8 persen.
Hanya saja, “Si Meriam” kebingungan menghadapi pertahanan blok rendah lawan. Nyaris 11 pemain PSV bertahan di separuh lapangan sendiri. Tim tuan rumah menunggu untuk menyerang balik Arsenal yang bermain dengan garis pertahanan sangat tinggi.
Taktik pragmatis pelatih PSV Ruud van Nistelrooy terbukti efektif. Mereka sudah menebar alarm bahaya sebelum turun minum. PSV dua kali mencetak gol, tetapi dianulir karena offside. Adapun mereka yang banyak bermain umpan panjang tertangkap tujuh kali offside sepanjang laga.
PSV semakin berbahaya seusai turun minum. Nistelrooy memainkan de Jong, menggantikan Anwar El Ghazi. Xavi Simons yang memulai laga sebagai penyerang tunggal dalam formasi 4-2-3-1, beralih ke sayap kanan. “Kami bisa lebih menekan dan lebih berbahaya pada paruh kedua,” kata Nistelrooy.
Kami tidak memperlihatkan cara kami bermain seperti biasa dari awal sampai akhir laga ini. Tanpa bola, kami tidak bekerja sekeras mereka.
Baru 10 menit paruh kedua dimulai, tim tuan rumah langsung unggul. Veerman sukses memanfaatkan kesalahan organisasi pertahanan Arsenal yang menumpuk di sisi kiri. Hanya 8 menit berselang, de Jong menggandakan keunggulan lewat skema tendangan sudut. Gol itu disebabkan Ramsdale yang gagal menyapu bola saat keluar dari sarangnya.
Arteta menurunkan lima pemain utama lagi dari bangku cadangan seusai tertingal dua gol, antara lain penyerang Gabriel Jesus. Namun, pergantian itu tidak mengubah apa pun. Arsenal tidak menemukan jawaban atas blok rendah lawan. Aliran bola hanya berputar-putar dari depan ke belakang, tidak banyak peluang berarti ke gawang.
Alarm inkonsistensi
Arteta berkata, kekalahan itu adalah sebuah pertanda. “Kami harus memulai dari awal. Ini waktunya menganalisis apa yang sebenarnya terjadi. Selamat untuk PSV yang tampil berbeda di kandang. Namun, hasil itu terjadi karena kami tampil sangat buruk di banyak aspek. Terutama Agresivitas kami sangat mengkhawatirkan,” jelasnya.
Arsenal bisa memimpin klasemen sementara Liga Inggris dan Liga Europa hingga saat ini karena bermain sangat intens. Mereka bertahan agresif dengan garis pertahanan tinggi untuk merebut bola lawan secepat mungkin. Saat menyerang, tempo “Si Meriam” pun sangat cepat dengan kombinasi umpan pendek.
Intensitas tinggi itu tidak terlihat sama sekali di Stadion Phillips. Setelah kehilangan bola, Odegaard dan rekan-rekan seperti membiarkan pemain PSV berkreasi. Para pemain Arsenal yang harus bermain tiga kali setiap minggu tampak tidak berada dalam kondisi fisik terbaik.
Penurunan kondisi fisik, juga level permainan, sudah terpampang sejak empat laga sebelumnya. Mereka hanya mampu mencetak satu gol di empat laga sejak lawan Bodoe/Glimt, pada 13 Oktober. Adapun Arsenal mencetak rerata 2,5 gol pada 11 laga sebelum itu.
Tidak hanya itu, level permainan Arsenal juga sudah menurun drastis. Terutama ketika bertandang ke markas Bodoe/Glimt, Leeds United, dan Southampton. Mereka bermain dengan ciri khas seperti sejak awal musim pada babak pertama, tetapi dieksploitasi pada babak kedua.
Terbukti, setelah menang beruntun dalam delapan pertandingan, Arsenal tertahan di markas Southampton 1-1. Mereka sempat unggul lebih dulu, tetapi berhasil dibalas dan nyaris kalah seusai turun minum. Puncaknya adalah kekalahan dari PSV. Adapun di laga tadi, Arsenal untuk pertama kali tidak mencetak gol gol pada musim ini.
Semua klub memang menghadapi jadwal padat. Namun, situasi di Arsenal berbeda karena rotasi pemain yang kurang baik. Arteta tetap ingin timnya menampilkan permainan terbaik di setiap laga. Saat bersamaan, dia tidak punya banyak pilihan sepadan di bangku cadangan. Oleh karena itu, pemain kunci tetap diturunkan. Menurut Arteta, dia ingin pemain Arsenal seperti bintang Eropa yang bisa tampil konsisten setiap tiga hari.
Gelandang Arsenal Granit Xhaka menjadi sosok yang bisa menggambarkan kelelahan para pemain. Dia adalah salah satu pemain yang paling diandalkan musim ini. Arteta pun selalu mempercayai Xhaka mengisi lini tengah mereka.
“Si Meriam” sudah bermain delapan kali sejak awal Oktober. Xhaka tampil di semua laga tersebut. Sebanyak 7 kali di antaranya sebagai starter. Total dia bermain sebanyak 629 menit dalam rentang 28 hari. Jumlah menit yang sangat banyak itu membuatnya kehilangan daya jelajah tinggi.
Tim asuhan Arteta akan bermain dua hari lagi. Mereka akan pulang ke London, dari Eindhoven, untuk menghadapi laga kandang lawan Nottingham Forest. Laga itu bisa menjadi titik balik Arsenal untuk kembali ke tren positif, atau semakin terpuruk akibat tumpukan rasa lelah di kaki para pemain. (AP/REUTERS)